Oleh : Agus Mualif Rohadi
IX. Nabi Muhammad
52. Nabi Muhammad wafat
Usai haji wada’, saat itu usia nabi Muhammad telah 63 tahun, namun kondisi fisiknya sangat bagus dan segar nampak jauh lebih muda dari usianya. Hari – hari beliau banyak digunakan untuk berbicara pada kaum muslim tentang akhirat dan surga. Demikian pula jika berbicara dengan para istrinya, nabi Muhammad sering berbicara dengan kata-kata yang memberikan kesan atau gambaran atas penglihatan beliau pada surga. Karena seringnya berbicara seperti itu, sehingga kaum muslim tidak memandang hal itu sebagai suatu isyarat tertentu tentang apa yang akan terjadi pada beliau dalam waktu dekat.
Bahkan ketika sedang berbicara dengan para istrinya tentang alam barzakh dan akhirat, para istrinya kemudian bertanya siapa diantara mereka yang lebih dahulu menemani beliau di alam barzakh. Nabi menjawab yang menemaninya lebih dahulu adalah yang tangannya paling panjang diantara mereka. Para istrinya kemudian saling mengukur lengan tangannya dan Sawdah yang paling tinggi diantara mereka tentu yang paling panjang lengannya. Namun sepuluh tahun kemudian yang meninggal lebih dahulu adalah Zaynab yang dikenal paling dermawan. Jadi maksud nabi dengan istilah panjang lengan adalah orang yang dermawan.
Kaum muslim juga semakin terbiasa mendengar ucapan-ucapan nabi tentang alam barzakh dan akhirat dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa dan tidak berkesan sesuatu yang khusus. Apalagi kemudian, sekitar bulan Muharram atau awal bula Shafar 10 H, nabi Muhammad mempersiapkan ekspedisi militer muslim dengan tujuan ke al-Balqa’. Yaitu wilayah Yordan di barat laut Amman berbatasan dengan sungai Yordan dan di seberangnya adalah wilayah Yudea yang dikuasai Bizantium. Nabi Muhammad menunjuk Usamah bin Zaid bin Haritsah sebagai panglima ekspedisi militer. Saat itu Usamah masih sangat muda. Nabi menyertakan beberapa sahabat yang sudah berpengalaman dalam banyak peperangan dan ekspedisi. Posis al-Balqa’ adalah tujuan ekspedisi militer terjauh kaum muslim jika dibandingkan dengan ekspedisi militer yang dipimpin ayah Usamah.
Perintah tersebut jelas menunjukan bahwa wilayah Yudea, Samaria dan Filistin adalah wilayah penting dalam tujuan dakwah Islam berikutnya setelah jazeerah Arabiya terbentuk menjadi negara Islam. Di wilayah tersebut terdapat banyak nabi dan rasul dan terdapat Masjidil Aqsha. Wilayah tersebut adalah wilayah yang menjadi cikal bakal risalah tauhid yang perlu dakwah Islam, al-Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai penyempurna risalah tauhid sebelumnya. Sebagian wilayah Yordan terutama yang berbatasan dengan negeri Islam Arab telah menjadi wilayah yang tidak membahayakan kaum muslim karena setelah ekspedisi militer di Tabuk, suku suku arab di wilayah tersebut sudah mengikat perjanjian dan mengakui negeri Islam Arab, dan mereka juga telah berbai’at menjadi Islam. Namun untuk sampai ke Al-Balqa’ akan ada resiko perang dengan Bizantium dan sekutunya.

researchgate.net pembagian propinsi di Yordania sekarang, dan al-Balqa’ adalah salah satu propinsi diantara 12 propinsi lainnya.
Ibnu Ishaq berkisah, pada akhir bulan shafar atau awal bulan rabiul awal, ketika Usamah bin Zaid bin Harits dan kaum muslim sedang sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk berangkat ekspedisi militer ke al-Baqa’, suatu malam Rasulullah mengajak mantan budaknya yaitu Abu Muwaihibah untuk ziarah ke kompleks kuburan al-Baqi’ al-Gharqad karena mendapat perintah memohonkan ampunan bagi para penghuni al-baqi’. Abu Muwaihibah kemudiian menemani Rasulullah. Ketika sampai di tengah tengah kuburan Rasulullah kemudian menyapa penghuni kuburan tersebut: “ Assalamu’alaikum wahai penghuni kuburan, berbahagialah kalian semua dengan apa yang kalian rasakan di dalamnya, dari pada apa yang kini dirasakan manusia. Banyak cobaan kini datang bagaikan serpihan malam yang gelap gulita dimana cobaan yang terakhir lebih buruk dari cobaan yang pertama “.
Setelah menyapa penghuni kuburan kemudian Rasulullah berkata kepada Abu Muwaihibah :“ Wahai Abu Muwaihibah, telah diberikan kepadaku kunci-kunci kekayaan dunia, keabadian di dalamnya, dan surga, lalu aku diperintahkan untuk memilih diantaranya atau aku memilih dengan pilihan bertemu Tuhanku dan surga “. Abu Muwaihibah kemudian berkata : “ Wahai Rasulullah, ambillah kunci-kunci kekayaan dunia, keabadian di dalamnya, dan surga “. Rasulullah SAW bersabda : “ Tidak, demi Allah, wahai Abu Muwaihibah, aku lebih mencintai bertemu dengan Tuhanku dan surga “. Setelah itu Rasulullah memohon ampunan bagi penghuni kuburan al-Baqi’, setelah usai berdo’a kemudian pulang.
Baca Juga:
- Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-271)
- AgusMualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-272)
Ibnu Ishaq berkisah, esok harinya setelah malamnya dari al-Baqi’, Aisyah berkata kepada suaminya : “ Aduh, kepalaku sakit sekali “. Rasulullah menjawab: “ Demi Allah, wahai Aisyah, kepalaku ini justru lebih sakit “. Kemudian Rasulullah melanjutkan perkataannya kepada Aisyah: “Bagaimana kiranya jika engkau meninggal dunia sebelum aku lalu engkau kumandikan dan kukafani, setelah itu kushalati dan kukuburkan“. Aisyah kemudian menjawab: “ Demi Allah, jika itu yang terjadi padaku engkau pasti pulang ke rumahku lalu bermesraan dengan salah seorang istrimu “. Mendengar jawaban tersebut, Rasulullah
tersenyum.
Hari berganti, namun ternyata sakit Rasulullah semakin parah. Namun beliau masih menyempatkan mengunjungi istri-istrinya. Ketika kunjungannya sampai di rumah Maymunah, Rasulullah sudah hampir tidak mampu berdiri lagi, kemudian memanggil semua istrinya. Ketika semua istrinya telah berkumpul, nabi Muhammad minta izin untuk dirawat di bilik Aisyah, dan semua istrinya menyepakatinya. Namun ternyata Rasulullah tidak mampu berdiri sehingga kemudian dipapah dua orang yaitu Al-Fadhl bin Al-Abbas dan seorang lainnya menuju bilik Aisyah. Sampai di bilik Aisyah, Rasulullah kemudian tidak sadarkan diri.
Berita sakit parahnya nabi Muhammad segera tersebar ke seluruh penjuru kota Madinah. Semua orang pergi ke Masjid dan ke sekitar rumah nabi Muhammad. Mereka semuanya nampak dalam ketegangan. Usamah menunda keberangkatan pasukan muslim. Hari hari berikutnya kota Madinah menjadi sepi bak kota mati. Penduduknya sedang dicekam rasa sedih dan takut ditingalkan oleh orang yang selalu siap setiap saat membimbing mereka. Mereka belum pernah merasakan hidup tanpa petunjuk langsung dari Rasulullah.
Suatu saat, nabi Muhammad tersadar dari pingsannya. Kemudian berkata pada Aisyah: “Siramkan kepadaku tujuh gayung air dari beragam sumur agar aku sehat kembali dan dapat keluar menemui orang-orang dan memberi wasiat kepada mereka “. Aisyah kemudian menyampaikan permintaan itu kepada para istri nabi lainnya. Kemudian dengan bergegas beberapa orang mengambil air dari beberapa sumur yang kemudian di taruh di gentong milik Hafshah binti Umar bin Khattab yang ditaruh di bilik Aisyah. Setelah itu, kepala nabi Muhammad di guyur air tujuh gayung sesuai permintaannya, sehingga beliau berkata: “Sudah cukup. Sudah cukup “.
Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam berkisah, berita nabi sadar kemudian membuat orang-orang berbondong bondong menuju masjid. Kemudian nabi Muhammad keluar dari bilik Aisyah menuju masjid langsung menuju mimbar dan duduk di mimbar. Kemudian nabi Muhammad mendo’akan para syuhada’ perang uhud, memintakan ampunan untuk mereka dan memperbanyak shalawat untuk mereka. Setelah itu meneruskannya dengan bersabda: “Sesungguhnya salah seorang hamba Allah diberi dua pilihan, dunia atau apa yang ada disisiNya. Kemudian hamba tersebut memilih apa yang ada disi-Nya “.
Abu Bakar menyadari bahwa yang beliau maksud dengan hamba pada sabdanya adalah beliau sendiri. Saat itu pula Abu Bakar kemudian menangis. Melihat itu Rasulullah menghentikan sabdanya kemudian nabi turun dari mimbar dan duduk di dekatnya. Abu Bakar kemudian berkata: “Biarkan kami menebus engkau dengan jiwa kami dan anak-anak kami “. Rasulullah kemudian bersabda: “ Tahanlah emosimu, wahai Abu Bakar. Lihatlah pintu pintu (rumah) menuju masjid ini, kemudian tutuplah semua kecuali rumah Abu Bakar, karena aku tidak dapatkan orang yang lebih baik persahabatannya denganku dari pada Abu Bakar. Seandainya aku boleh menjadikan seseorang sebagai kekasihku, tentu aku pasti mengambil Abu Bakar sebagai kekasihku, tapi yang ada hanyalah persahabatan dan persaudaraan seiman hingga Allah menghimpun aku dengannya (seluruh kaum muslim) “.
(bersambung ………………)
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dajjal, namanya terkenal, siapakah dia sebenarnya??
Yakjuj dan Makjuj, dimanakah mereka tinggal??
Allah Tahu Yang Terbaik Untukmu
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-276 TAMAT)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-275)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-274)
Agus: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-272)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-271)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-270)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-269)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-275) - Berita TerbaruMay 1, 2023 at 8:46 am
[…] Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-273) […]
CCI PRIMERSJanuary 21, 2025 at 7:41 am
… [Trackback]
[…] Find More Information here to that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-273/ […]