Oleh: Muhammad Chirzin
Para ulama berpandangan: Al-Quran shalih likulli zaman wa makan – Al-Quran itu cocok untuk setiap ruang dan waktu. Al-Quran diturunkan 1500 tahun yang lalu, tetapi untuk sepanjang waktu. Pesan-pesan Al-Quran selalu relevan sepanjang zaman. Sebagai contoh, ajaran yang terkandung dalam surat pertama, kedua, dan terakhir Al-Quran (disalin terjemahnya) sebagai berikut.
Surat pertama, al-Fatihah.
1. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam,
3. Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,
4. Pemilik hari pembalasan.
5. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
6. Tunjukilah kami jalan yang lurus,
7. yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat.
(QS Al-Fatihah/1:1-7)
Setiap saat kita dalam limpahan kasih dan sayang Allah swt.
Setiap saat kita dalam pemeliharaan-Nya.
Dia Maha Pengasih tak pilih kasih, dan Maha Penyayang tak pandang sayang.
Setiap saat kita niscaya waspada akan adanya hari pembalasan.
Ketika semua amal manusia dihadirkan.
Semua anggota badan memberikan kesaksian, kecuali lisan.
Tak ada kesempatan mengemukakan bualan atau tipuan.
Sudah sepatutnya setiap saat kita beribadah secara tulus kepada-Nya.
Hanya kepada-Nya kita meminta.
Kita pun memohon agar selalu dibimbing pada jalan-Nya.
Supaya tidak tergolong orang yang dimurkai dan sesat jalan.
Surat kedua, (pembukaan) Al-Baqarah ayat satu sampai dengan lima.
1. Alif lam mim.
2. Kitab Al-Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
3. mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
4. dan mereka yang beriman kepada Kitab Al-Quran yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum kamu, serta mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat.
5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Al-Fatihah ditutup dengan permohonan petunjuk kepada Allah swt, dan pembukaan Al-Baqarah berisi jawaban atas permohonan itu: inilah Al-Quran, petunjuk bagi mereka yang bertakwa dengan segala ciri-cirinya.
Surat terakhir, An-Nas.
1. Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang mengurus manusia,
2. Raja bagi manusia,
3. Tuhan sembahan manusia,
4. dari jahatnya setan pembisik yang bersembunyi,
5. yang membisikkan kejahatan ke dalam hati manusia,
6. dari golongan jin dan manusia.”
(QS An-Nas/114:1-6)
Manusia hidup bersama manusia.
Ada yang baik dan ada yang jahat.
Selalu dan untuk selamanya.
Kita berlindung kepada Tuhan dari bisikan jahat sesama manusia.
Manusia bisa lebih jahat daripada jin.
Adakah jin yang mengganggu sesama?
Walaupun Al-Quran diturunkan di jazirah Arab dan berbahasa Arab, tetapi ditujukan kepada semua manusia, di mana pun ia berada, dan apa pun bahasanya. Dihentikannya mata rantai pewahyuan pada Nabi akhir zaman, Rasulullah Muhammad saw menandakan kiamat sudah dekat.
Manusia sejajar di hadapan Tuhan. Di mana pun ia berada niscaya menjunjung tinggi aturan-aturan Tuhan Sang Pencipta. Manusia memang diciptakan berbeda-beda suku, bahasa, dan agama, tetapi mengemban amanat yang sama: memakmurkan dunia. Tak ada keistimewaan orang Arab atas suku dan bangsa lainnya kecuali ketakwaannya.
Wahai manusia, sungguh, Kami ciptakan kamu dari satu pasang laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu beberapa bangsa dan suku bangsa supaya kamu saling mengenal (bukan saling membenci). Sungguh, yang paling mulia di antara kamu dalam pandangan Allah ialah yang paling bertakwa. Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal. (Al-Quran 49:13)
Para ulama juga sepakat dengan pandangan: Al-Quran yufassiru ba’dhuhu ba’dan – Al-Quran itu saling menafsirkan satu dengan yang lain. Hal itu ditandai dengan pengulangan kosakata dalam Al-Quran dengan frekuensi yang berbeda-beda, juga pengulangan pesan mengenai tema-tema tertentu, termasuk kisah para nabi dan rasul.
Kesamaan tema antarsurat, sebagai contoh, terdapat dalam surat Adzh-Dhuha dan Al-Insyirah, At-Tin dan Al-‘Ashr berikut.
Demi cahaya pagi yang gemilang, dan demi malam bila sedang hening. Tuhanmu tidak meninggalkan kau dan tidak membencimu. Sungguh, yang kemudian akan lebih baik bagimu daripada yang sekarang. Dan Tuhanmu kelak memberimu apa yang menyenangkan kau. Bukankah Dia mendapati kau sebagai yatim, lalu Dia melindungi? Dan Dia mendapati kau tak tahu jalan, lalu Dia memberi bimbingan? Dan Dia mendapati kau dalam kekurangan, lalu Dia memberi kecukupan? Karenanya, janganlah kau berlaku sewenang-wenang kepada anak yatim. Dan orang yang meminta, janganlah kaubentak. Dan nikmat Tuhanmu, hendaklah kau siarkan. (Al-Quran 93:1-11)
Bukankah telah Kami lapangkan dadamu? Dan Kami singkirkan bebanmu yang telah memberatkan punggungmu? Dan Kami angkat namamu? Maka, sungguh, bersama setiap kesulitan ada kemudahan. Sungguh, bersama setiap kesulitan ada kemudahan. Karenanya, jika engkau telah selesai dari tugasmu, tetaplah bekerja keras. Dan kepada Tuhanmu tujukanlah perhatian. (Al-Quran 94:1-8)
Kedua surat tersebut mengungkap tentang pengalaman eksistensial Nabi Muhammad saw sejak kecil hingga dewasa. Boleh jadi tidak sedikit di antara kita yang mengalami hal yang relatif serupa. Kita tentu harus selalu mensyukuri nikmat Allah swt yang tak terhingga dan optimis bahwa bersama segala macam kesulitan terdapat kemudahan. Orang bijak berkata, “Setiap masalah mengandung benih pemecahannya.”
Surat At-Tin dan Al-Ashr berikut saling menjelaskan. Orang akan memperoleh perluasan makna tentang kandungan At-Tin bila ia merujuk ke surat Al-Ashr, dan begitu sebaliknya.
Demi Tin dan Zaitun, demi bukit Sinai, dan demi kota Mekah yang aman ini. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik, kemudian Kami jatuhkan dia serendah-rendahnya, kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan amal kebaikan; maka bagi mereka pahala yang tiada putusnya. Maka, apa yang menyebabkan mereka menyangkal engkau tentang hari pembalasan yang akan datang? Bukankah Allah Hakim yang paling bijaksana? (QS At-Tin/95:1-8)
Demi waktu sepanjang sejarah. Sungguh manusia dalam kerugian. Kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan amal kebaikan, dan saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. (QS Al-‘Ashr/103:1-3)
Berbekal kedua pandangan ulama tersebut penulis menggambar Al-Quran dengan garis-garis, bukan dengan kata-kata. Hasilnya, sebuah lingkaran dengan duabelas titik. Masing-masing titik terhubung satu sama lain dengan garis, sehingga membentuk semacam kristal. Penulis letakkan satu kosakata Al-Quran secara acak pada tiap-tiap titik tersebut. Terteralah di sana kata-kata: (1) kafir, (2) mukmin, (3) musyrik, (4) syukur, (5) binatang, (6) laut, (7) hujan, (8) langit, (9) Fir’aun, (10) surga, (11) neraka, (12) kiamat.
Berdasarkan pandangan pertama, penulis meyakini bahwa keduabelas kosakata Al-Quran tersebut selalu aktual dan relevan sepanjang zaman. Sedangkan pandangan kedua memberikan keyakinan kepada penulis bahwa semua ayat Al-Quran terhubung satu dengan yang lain demikian rupa. Dengan begitu semua kotakata dalam Al-Quran berhubungan yang satu dengan yang lain, baik secara jelas dan nyata, maupun samar-samar.
Penulis telah menyusun trilogi Kamus Pintar Al-Quran, Kearifan Al-Quran, 10 Tema Besar Al-Quran (Jakarta: Gramedia, cetak ulang 2020). Buku pertama dapat disebut terjemah Al-Quran tematik-alfabetik, karena menampilkan terjemah seluruh ayat Al-Quran; masing-masing satu kali saja. Buku kedua terdiri atas dua bagian. Bagian pertama tentang fenomena Al-Quran, dan bagian kedua ayat-ayat pilihan yang mengandung pesan-pesan universal. Buku ketiga memuat klasifikasi ayat-ayat Al-Quran menjadi sepuluh kelompok sesuai dengan judulnya.
Penulis sedang menyusun buku “Anatomi Al-Quran: Tafsir Al-Quran Tematis-Alfabetis” berdasarkan buku pertama dari trilogi tersebut. Semoga Allah swt memudahkan segalanya.
Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag. Guru Besar Tafsir Al-Quran UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dosen S3 Prodi Psikologi Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), S3 Prodi Akidah dan Filsafat Islam Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, dan S3 Prodi Studi Islam Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta; penulis 365 Renungan Harian Al-Quran (Bandung: Mizania, 2018), dan lebih dari 60 buku lainnya.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Operasi Garis Dalam Jokowi: Ketika Kekuasaan Tidak Rela Pensiun

Jejak Kekuatan Riza Chalid: Mengapa Tersangka “Godfather Migas” Itu Masih Sulit Ditangkap?

Penjara Bukan Tempat Para Aktifis

FTA Mengaku Kecewa Dengan Komposisi Komite Reformasi Yang Tidak Seimbang

Keadaan Seperti Api Dalam Sekam.

Ach. Sayuti: Soeharto Layak Sebagai Pahlawan Nasional Berkat Jasa Besarnya Dalam Fondasi Pembangunan Bangsa

SPPG POLRI Lebih Baik Dibanding Yang Lain Sehingga Diminati Sekolah

Pak Harto Diantara Fakta Dan Fitnah

Surat Rahasia Bank Dunia: “Indonesia Dilarang Membangun Kilang Minyak Sendiri”

Mantan Dirut Pertamina Karen Agustiawan Mengaku Ditekan 2 Tokoh (PY) dan (HR) Untuk Memperhatikan Perusahaan Riza Chalid



No Responses