Oleh: Ery Masruri
Ilusi
Jiwa tidak pernah berhenti. Dia terus bergerak melintasi batas ruang dan waktu, melukis mimpi dengan apa yang dia mau atau tidak mau. Maka jiwa akan terus memproduksi mimpi, kecuali dia koma, pingsan, tidur atau mati.
Mimpi terus bergerak di langit langit jiwa. Timbul tenggelam mengikuti irama dan suasana jiwa. Maka mimpi harus segera masuk dalam tabulasi, ditata dalam skala prioritas peluang dan daya
Jangan sampai mimpi memenuhi ruang jiwa tanpa tertata, hingga menutup batas maya dan nyata. Karena jika batas maya dan nyata tertutupi, mimpi akan berubah menjadi ilusi. jika hidup dalam bayang ilusi, keburukan keburukan pasti terjadi.
Engkau bisa merasa semua orang membenci, padahal semua meyayangi. Tidak ada tentram di hati, karena semua orang engkau curigai. Setiap orang melintas, hati menjadi was was. Dinasehati terasa diintimidasi. Bahkan orang datang menolong, engkau kira hendak menodong.
Atau, engkau bisa bercerita berbusa busa tentang luasnya relasi, walau engkau tak pernah berinteraksi.
Tentang tingginya prestasi dan meriahnya apresiasi walau semuanya tak pernah terjadi.
Tentang besarnya infestasi walau tak punya bukti.
Tentang besarnya jasa yang engkau bagi, walau sedikitpun tak pernah engkau berpartisipasi.
Engkau bisa merasa sebagai pejuang padahal sesungguhnya pecundang.
engkau berbahagia tertawa tawa karena merasa sedang berpesta, padahal engkau sedang sendiri di tempat sepi tak ada hidangan yang bisa dinikmati.
Ilusi, boleh sekali kali dinikmati, tapi tidak boleh sampai menguasai hati.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Muhammad Chirzin: Israel Merajalela
Bau Busuk Nepotisme
Puisi Yusuf Blegur: Jokowi Sang Suci
Puisi Yusuf Blegur: Bumi Berbisik
Puisi: Aku Terlanjur
Dajjal, namanya terkenal, siapakah dia sebenarnya??
Yakjuj dan Makjuj, dimanakah mereka tinggal??
Cerpen: Pusaka Kakek
Pertama di dunia, Australia mengesahkan undang-undang yang melarang anak-anak menggunakan media sosial
Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur”(Seri-20): Ziarah ke Tarim (TAMAT)
No Responses