Tulisan berseri ini diambil dari Novel “SAFARI” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, lihat linknya dibawah tulisan ini. Atau pesan langsung bukunya pada redaksi zonasatunews.com dengan nomor kontak WA: 081216664689
Novel “SAFARI” ini merupakan fiksi murni yang diangkat dari kisah nyata yang dialami sejumlah mahasiswa yang kuliah di luar negri dikombinasi dengan pengalaman pribadi penulisnya. Seorang mahasiswa yang memiliki semangat tinggi untuk menuntut ilmu di negara maju, ditopang oleh idealisme berusaha memahami rahasia kemajuan negara lain yang diharapkan akan berguna bagi bangsa dan negaranya saat kembali ke tanah air.
Karya: Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO

Cover Novel “SAFARI” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store. Ikuti linknya dibawah.
SERI-27
Kembali berada di Jerman, berarti kembali ke ritual seperti biasa. Setiap Sabtu dan Minggu Aku ke Berlin untuk urusan PPI. Di Berlin ritual pertama yang Aku lakukan adalah mengecek surat-surat masuk. Setumpuk surat teronggok di meja kerjaku, meski dalam bentu email yang bisa Aku pantau dan Aku respon dimanapun Aku berada. Berbeda dengan surat-surat lain, ada sebuah amplop besar berwarna coklat bertanda Kedutaan Amerika Serikat, Berlin. Aku tarik kursi kerja dan sambil menyandarkan badan kubuka surat itu dengan menggunakan gunting. Ternyata sebuah undangan dari United Services Information Agency (USIA).
Karena belum pernah mendengar namanya, Aku segera membuka komputer dan masuk ke jaringan internet. Melalui Google Aku mencari tahu. Ternyata sebuah badan di bawah Departemen Penerangan Pemerintah Amerika. Aku melanjutkan membaca surat itu secara lengkap. Isinya undangan untuk berpartisipasi dalam sebuah program yang diberi nama International Visitor Program (IVP), dan akan diikuti oleh para pemuda serta pemudi yang dipilih dan berasal dari banyak negara. Menarik juga, pikirku spontan. Aku melihat lembaran- lembaran berikutnya yang berupa blanko yang harus diisi, dan permintaan untuk segera mengirimnya kembali bila sudah diisi. Aku heran, darimana mereka tahu tentang diriku? Seingatku, belum pernah Aku berhubungan dengan orang Amerika, baik di dalam maupun di luar kampus.
Tiba-tiba Aku teringat nasehat Azam, untuk berhati-hati karena CIA berada di mana-mana. Ah, peduli amat, toh Aku tidak pernah melakukan hal-hal yang merugikan Amerika. Aku juga tidak pernah punya rencana buruk terhadap negara itu, pikirku. Karena itu, Aku bulatkan niatku untuk mengunjungi negara adidaya ini. Aku pamitan pada sahabat karibku sembari menjelaskan rencanaku.
“Sudahlah! Buang saja undangan itu ke tong sampah! Antum tidak akan mendapatkan manfaat apa-apa mengunjungi negara itu,” kata Azam dengan nada datar.
“Yah, apa salahnya. Pelajaran toh bisa dipetik tidak hanya dari yang baik, tapi juga dari yang buruk”, jawabku mantap dalam hati untuk meyakinkan diri sendiri.
Azam menyerah dengan keteguhanku. Pengurusan visa berjalan sangat lancar. Tidak ada interogasi sebagaimana yang dikeluhkan banyak teman-teman yang pernah berurusan dengan kedutaan Amerika. Hanya ada wawancara dan tidak lebih dari dua pertanyaan. Kelihatannya hanya sekadar untuk memenuhi prosedur formal saja. Aku mendapat penjelasan bahwa seluruh biaya akan ditanggung, termasuk tiket, transportasi lokal, akomodasi dan seluruh keperluanku selama di sana.
Aku terbang dengan menggunakan pesawat United Airline milik Amerika yang mendarat di Bandara John F Kenedy, New York. Pesawat mendarat dengan mulus. Para penumpang meninggalkan pesawat dengan tertib.
Kami antre melalui meja-meja para petugas Imigrasi. Proses pemeriksaan berlangsung cukup cepat karena para petugas dilengkapi dengan komputer. Tiba giliranku terasa lebih lama dari yang lain. Setelah memasukkan data pribadiku, petugas meminta Aku menuju meja paling ujung.
Aku hanya mengikutinya. Petugas yang melayaniku kali ini berbadan besar dan gemuk dengan wajah tidak ramah, tapi kelihatannya berpangkat paling tinggi dibanding yang lain, hal ini tampak dari atribut yang dikenakannya. la menanyai tujuanku datang ke Amerika. Aku tidak menjawab langsung. Aku keluarkan surat undangan yang Aku terima dan menyodorkannya. Ia melihat sekilas, lalu menggeledah seluruh barang bawaanku. Setelah itu Ia juga meraba sekujur tubuhku. Aku menoleh ke arah penumpang lain, ternyata sudah lewat semua. Hatiku mulai gusar. Apa yang salah? Penumpang lain ada yang berkulit putih, kuning ataupun hitam semua lewat tanpa hambatan.
Petugas itu lalu mengajakku ke kamar khusus dan memintaku untuk mencopot pakaianku satu per satu. Aku mulai mengomel. Aku tersinggung. Ini sudah termasuk persoalan harga diri. Tapi, petugas itu cuek saja. Hampir setengah jam Aku berada di kamar khusus. Ia bertanya apakah Aku punya keluarga atau teman di Amerika.
“Tidak ada!”, jawabku ketus.
Diperlakukan seperti ini rasanya Aku ingin segera kembali dengan merobek undangan yang pegang, untuk menunjukkan pada petugas itu bahwa Aku tidak bisa dihina. Saat kesabaranku sudah tinggal setetes, si petugas gendut itu lalu membebaskanku.
Bandara John F. Kennedy sangat besar tapi terkesan semrawut. Aku melihat beberapa pemuda kulit hitam duduk di lantai makan hamburger sambil bercanda dengan suara sangat keras. Berkali-kali mereka cekakakan. Tidak sopan, pikirku. Pemandangan seperti itu tidak
pernah Aku lihat di Eropa.
Baca Juga:
- Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-24): Menjadi Asisten Herr
- Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-25): Ke Negeri Kanguru
- Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-26): Mudik ke Bali
IVP merupakan program yang dibuat untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman melihat Amerika dari dekat bagi calon-calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Kegiatannya bervariasi, meliputi kuliah di kelas untuk belajar tentang sejarah Amerika, sistem politik dan budayanya, juga ada kunjungan ke tempat-tempat bersejarah, dipadu dengan rekreasi ke tempat-tempat menarik.
Kami diajak mengunjungi gedung parlemen di Washington DC yang kubahnya megah menjulang berwarna putih. Bentuknya mirip sekali dengan kubah Dome des Invalides di Paris, atau French Cathedral dan German Cathedral di Berlin. Begitu juga wajah depannya. Aku pikir perancang bangunan itu meniru bentuk gedung-gedung di Eropa yang dibangun pada abad ke-17 itu.
Gedung parlemen itu disebut Capitol Hill. Aku teringat sebutan yang sama untuk gedung parlemen di Australia. Mungkinkah karena perancang gedung parlemen itu berasal dari Amerika?
“Di tempat inilah sebuah rancangan undang-undang yang di sini disebut bill disusun sampai disahkan menjadi undang-undang. Bagaimana aspirasi masyarakat diserap lewat para pelobi yang disebut lobbiest”, kata Merry yang ditunjuk sebagai guide kami pagi itu.
“Apakah para pelobi itu dalam melaksanakan tugasnya betul-betul sesuai dengan aspirasi yang berkembang di masyarakat?”, tanyaku.
Aku sengaja lontarkan pertanyaan tersebut, karena seringnya Aku mendengar cerita-cerita miring tentang mereka.
“Dalam perjalanannya, kelompok-kelompok pelobi itu berubah menjadi kekuatan politik yang sangat berpengaruh. Apa yang diperjuangkannya seringkali berbeda, bahkan berlawanan dengan aspirasi masyarakat Kelompok-kelompok kepentingan seringkali berlomba mempengaruhi para pelobi. Kelompok kepentingan yang dimaksud bisa kelompok bisnis, dan bisa juga kelompok politik”, jawabnya berterus-terang.
“Ada berapa banyak kelompok pelobi yang beroperasi di sini?”, tanyaku lagi.
“Ada banyak. Ada yang terdaftar resmi, dan ada juga yang tidak resmi. Yang terdaftar bisa dicari dengan mudah”.
“Yang paling berpengaruh?”.
“Menurutku American Israel Public Affairs Committee, yang disingkat AIPAC. Organisasi lobi yang didirikan tahun 1950 ini memiliki hubungan dengan para konglomerat Amerika dan media massa. Karena kuatnya pengaruh politiknya, para politisi Amerika biasanya enggan berseberangan dengan keinginan kelompok ini, karena risiko politiknya bisa fatal. Pelobi Yahudi ini selalu membela kepentingan Israel untuk berbagai isu”.
“Bagaimana sikap rakyat melihat kenyataan itu?”.
“Banyak yang mengeluh, bahkan yang paling ekstrem sampai mengatakan bahwa mereka tersandera oleh para pelobi ini. Tapi, mereka tidak bisa berbuat apa-apa”.
Sungguh realitas yang paradoks dengan semangat demokrasi yang selalu didengung-dengungkan negeri ini, pikirku.
Sekitar lima ratus meter dari Capital Hill terdapat kediaman resmi presiden AS yang disebut White House atau Gedung Putih. Orang Indonesia banyak yang mengira Capital Hill itulah Gedung Putih. Di gedung yang terdiri dari dua lantai itulah presiden Amerika tinggal dan berkantor, termasuk menerima tamu-tamu resmi negara. Gedung itu tampak sederhana, tapi indah dan anggun. Bagian depannya mirip sekali dengan Frensh Cathedral, German Cathedral, Bundestag di Berlin dan Petra yang berada di Jordania.
Aku teringat kata-kata Tariq saat kami mengunjungi Amman, Jordan. Apa yang dulu Aku anggap hanya bualan seorang guide, kini Aku saksikan kebenarannya. Hanya saja kalau Frensh Cathedral, German Cathedral, Bundestag dan Petra, kolom penopang utama gedung berjumlah enam, Gedung Putih hanya ditopang oleh empat kolom.
Gedung Putih menghadap ke jalan Pensylvania Avenue yang di sisi Kiri dan Kanannya hijau rimbun dengan pepohonan. Yang sering muncul di TV sebetulnya adalah wajah belakang gedung dengan balkon berbentuk setengah lingkaran yang menjadi ciri khasnya. Didepan balkon itu terhampar taman yang ditata rapi, indah dan bersih. Di situlah sering disampaikan pernyataan resmi presiden AS bersama tamunya sesudah mengadakan pembicaraan. Gedung tersebut dinamakan Gedung Putih, mungkin karena seluruh cat bangunannya berwarna putih. Capital Hill juga menjadi tempat rekreasi. Di belakangku para pelajar setempat antre memasuki bagian-bagian tertentu gedung tersebut.
Di seberang Capital Hill, yang posisinya agak tinggi, adalah Abraham Lincoln Memorial-sebuah tempat yang dibangun untuk mengenang presiden ke-16 AS yang berkuasa pada 1861-1865. Lincoln dikenal karena perjuangannya menghapuskan perbudakan di Amerika. Padahal, Muhammad Rasulullah saw telah melakukan hal serupa 12 abad sebelumnya. Patung Lincoln dengan cambangnya yang khas berdiri gagah di bagian depan bangunan tersebut, sehingga tampak jelas dari kejauhan. Bangunannya sendiri tidak terlalu besar, tapi bentuknya yang unik dipadu dengan warna putih polos, membuatnya tampak sangat indah.
Antara Capital Hill dan Abraham Lincoln Memorial terdapat boulevard yang sangat lebar dan dihiasi oleh taman yang tertata rapi. Di tengah-tengahnya terdapat National Monument yang bentuknya meniru tugu atau obelix peninggalan Fir’aun yang terletak di Luxor, Mesir. Bedanya, Monumen Nasional Amerika dilengkapi dengan lift, sehingga orang bisa naik ke puncaknya. Di sisi Kiri dan Kanan boulevard terdapat banyak museum yang sangat menarik. Selain kaya dengan berbagai koleksi, museummuseum itu juga didesain sedemikian rupa sehingga menarik sebagai tempat kunjungan turis maupun tempat rekreasi masyarakat setempat, termasuk anak-anak.
Di dalam museum ada pemutaran film, ada peralatanperalatan simulasi dan ada juga tempat bermain anakanak. Yang paling mengesankanku adalah museum dirgantara. Ada koleksi pesawat pertama, sampai pesawat tempur mutakhir Amerika seperti F16 digantung dalam bentuk aslinya. Para pengunjung bisa naik dan duduk di kokpitnya. Juga ada Apollo 11 asli dilengkapi simulasinya bagaimana pesawat ini terbang dan mendarat di bulan, lalu kembali ke bumi.
Usai acara, Aku diam-diam mengunjungi Islamic Center dengan menggunakan taksi yang di Amerika disebut cab. Islamic Center Washington DC tidak susah dicari, karena terletak di jalan besar dan berada di tengah kawasan elite. Di peta kota Wahington DC atau googlemap tertera dengan jelas letak Islamic Center tersebut. Bentuk masjidnya berarsitektur Timur-Tengah. Mungkin karena dana terbesar untuk pembangunan masjid itu berasal dari negara-negara Arab kaya minyak. Di kawasan yang cukup asri, masjid Islamic Center berdiri anggun. Aku tertegun saat memasuki halamannya. Rasanya seperti berada di negara Muslim. Azan Magrib berkumandang dengan syahdu, menyongsong senja yang temaram.
Aku masuk ke serambi masjid bersama orang-orang yang berkulit Hitam, Putih, dan wajah-wajah Timur-Tengah. Aku shalat Magrib berjamaah. Usai shalat, Aku berkeliling melihat berbagai sudut masjid, memegang pilarnya dan mencium lantainya. Saat sampai di depan papan pengumuman, Aku memerhatikan berbagai kegiatan yang diadakan di masjid. Ada kegiatan untuk orang dewasa, untuk remaja, serta untuk perempuan dan anak-anak. Aku merasa bangga membacanya.
“Assalamu’alaikum”, terdengar seseorang memberi salam di sebelahku.
Aku menoleh. Ternyata seorang lelaki tua berwajah Arab.
“Wa ‘alaikum salam”, jawabku.
“Do you speak English or Arabic?”, tanyanya.
“English”, jawabku.
“Kalau tidak keberatan, mau menemani kami makan
malam?”.
Tawaran yang aneh, pikirku. Aku berpikir sejenak.
“Di mana?”, tanyaku.
“Di sana”, katanya sambil menunjuk ke sudut masjid.
“Dengan senang hati”, jawabku sambil bergerak ke arah anaknya yang berusia sekitar dua belas tahun bersama bungkusan di sebelahnya.
Orang tua itu lalu membuka bungkusan yang dibawanya.
“Ini Kuskus, makanan khas Maroko buatan istriku”, katanya.
Dia memberikan sebagian makanan yang dibawanya padaku. Seperti nasi kuning, tapi terbuat dari gandum yang dilengkapi dengan daging kambing. Rasanya lezat sekali. Aku sangat menikmatinya.
(Bersambung…..)
EDITOR: REYNA
Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:
Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ Judul Novel: Safari https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ Judul Novel: Bersujud Diatas Bara https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ![]()
Related Posts
Muhammad Chirzin: Israel Merajalela
Bau Busuk Nepotisme
Puisi Yusuf Blegur: Jokowi Sang Suci
Puisi Yusuf Blegur: Bumi Berbisik
Puisi: Aku Terlanjur
Dajjal, namanya terkenal, siapakah dia sebenarnya??
Yakjuj dan Makjuj, dimanakah mereka tinggal??
Cerpen: Pusaka Kakek
Pertama di dunia, Australia mengesahkan undang-undang yang melarang anak-anak menggunakan media sosial
Blue Arrow Strategy: Ilusi
รู้จัก หวยฮานอย หวยเวียดนาม 3 รูปแบบSeptember 19, 2023 at 5:24 am
… [Trackback]
[…] Find More here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-27-menginjak-gedung-putih/ […]
มาทำความรู้จักกับ เว็บ Huayyim กันว่าคืออะไรJanuary 1, 2024 at 6:27 am
… [Trackback]
[…] Read More here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-27-menginjak-gedung-putih/ […]
scam siteJanuary 13, 2024 at 1:54 pm
… [Trackback]
[…] Find More on to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-27-menginjak-gedung-putih/ […]
โรงแรมเชียงคานApril 27, 2024 at 12:27 pm
… [Trackback]
[…] Find More to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-27-menginjak-gedung-putih/ […]
magic mushroom psilocybin gummiesMay 14, 2024 at 1:30 pm
… [Trackback]
[…] Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-27-menginjak-gedung-putih/ […]
เว็บปั้มไลค์July 21, 2024 at 9:10 am
… [Trackback]
[…] Find More Information here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-27-menginjak-gedung-putih/ […]
browse around this siteAugust 2, 2024 at 12:29 am
… [Trackback]
[…] Read More on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-27-menginjak-gedung-putih/ […]
Browning Rifles For SaleSeptember 10, 2024 at 1:32 am
… [Trackback]
[…] There you can find 30916 more Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-27-menginjak-gedung-putih/ […]
shower room bangkokSeptember 12, 2024 at 9:46 am
… [Trackback]
[…] Read More to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-27-menginjak-gedung-putih/ […]
ทดลองเล่น สล็อตออนไลน์ PP Slot ได้ก่อนลงสนามจริงSeptember 17, 2024 at 5:35 am
… [Trackback]
[…] Read More Info here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-27-menginjak-gedung-putih/ […]
site linkDecember 2, 2024 at 8:21 pm
… [Trackback]
[…] Information to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-27-menginjak-gedung-putih/ […]
Telegram下载December 22, 2024 at 4:24 am
… [Trackback]
[…] Read More to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-27-menginjak-gedung-putih/ […]
Food RecipesDecember 27, 2024 at 11:18 pm
… [Trackback]
[…] Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-27-menginjak-gedung-putih/ […]
LSM55January 22, 2025 at 8:17 am
… [Trackback]
[…] There you can find 88408 more Information to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-27-menginjak-gedung-putih/ […]