Novel “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” karya Masterpiece Dr Muhammad Najib ini terinspirasi dari kisah Jalur Sutra atau Tiongkok Silk Road, yang kini muncul kembali dalam bentuk baru: One Belt One Road (OBOR) atau Belt and Road Initiative (BRI).
Penulis yang saat ini menjabat sebagai Duta Besar RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO ini meyakini, Indonesia sebagai Jamrud Katulistiwa ini sebenarnya juga memiliki warisan sejarah yang bernilai. Sayangnya, kita belum mampu mengapitalisasi warisan leluhur yang dimiliki, seperti yang dilakukan Tiongkok, meski peluang Indonesia sama besarnya.
Novel ini sendiri merupakan fiksi murni. Di sini, penulis mencoba mengangkat fakta-fakta sejarah, diramu dengan pemahaman subjektif penulis sendiri terhadap situasi terkait.
Ada berbagai peristiwa sejarah di masa lalu, yang seakan terjadi sendiri-sendiri dan tidak saling berkaitan. Maka dalam novel ini, penulis berupaya merangkai semua dengan menggunakan hubungan sebab-akibat. Sehingga Novel ini menjadi sangat menarik. Ceritanya mengalir, kaya informasi, dan enak dibaca. Selamat membaca dan menikmati.
**********************************************************
SERI-10
Sevilla sebagai Kota Raja
Hari berikutnya Aku mengunjungi Sevilla. Dulu, saat Islam berjaya, Sevilla merupakan kota terpenting kedua setelah Cordoba. Berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah, kota ini juga yang kedua terbesar dan terluas sesudah Cordoba. Sungai terpanjang kedua di Spanyol, Guadalquivir, melewati Cordoba dan Sevilla, lalu bermuara di samudra lepas.
Tentang Guadalquivir, mulanya sungai ini disebut Wadi al Kabir. Arti harfiahnya mata air atau sumber air besar. Air yang mengalir ke sungai ini berasal dari danau yang berada di tengah wilayah Spanyol dan ujungnya menembus Samudra Atlantik. Nama Wadi al Kabir diberikan oleh seorang penguasa Arab, yang kala itu mengendalikan Sevilla.Karena lidah orang Spanyol kemudian menyebutnya Guadalqibir.
Saat Islam berjaya di Andalusia, kapal laut merupakan angkutan utama untuk manusia dan barang. Di sinilah letak keunggulan Sevilla dibandingkan Cordoba. Hanya Sungai Guadalquivir yang bisa dilalui kapal laut. Namun, meski sama-sama dilewati Sungai Guadalquivir, kapal laut hanya bisa berlayar hingga ke Sevilla, tidak bisa sampai ke Cordoba. Maka beruntunglah Sevilla. Pelabuhan sungai di kota ini pun menjadi strategis. Aksesnya langsung ke samudra lepas. Transportasi laut di Andalusia pada masa itu sangat tergantung pada pelabuhan sungai di Sevilla ini.
Keberadaan pelabuhan juga menjadikan Sevilla bernilai strategis untuk pertahanan. Maka, ketika Cordoba lepas dari tangan umat Islam, pengendalian wilayah dipindahkan ke Sevilla.
Kini, Andalusia – yang melingkupi Cordoba, Sevilla, Granada dan beberapa kota lainnya – menjadi salah satu provinsi di Negara Spanyol modern. Hingga sekarang, provinsi tersebut merupakan wilayah tersubur di Negeri Matador ini. Sungai Guadalquivir juga tetap memberi berkah kesuburannya. Penduduk di Andalusia berkembang pesat. Provinsi ini bahkan tercatat sebagai wilayah otonom terpadat di Spanyol.
Aku terus berjalan menelusuri Sevilla. Kota ini masih tetap mempertahankan keasliannya. Bangunan-bangunan lama nan menawan masih berdiri kokoh. Taman-taman yang luas dipenuhi bunga berwarna-warni, berpadu serasi dengan hijaunya pepohonan. Tidak bisa dibantah, tata kota Sevilla memang menakjubkan.
Tibalah Aku di Istana Alcazar. Istana ini juga sangat indah dan megah. Tamannya yang sangat luas masih terjaga dengan baik. Hampir di setiap sudut istana, ada kolam dengan air mengalir. Aku sempat memerhatikan, di beberapa bagian istana ada tambahan bangunan baru. Terus-terang bagiku, dari sisi arsitektur, ini agak mengganggu keindahan.
Aku lalu duduk di taman belakang. Di sini juga sama rimbunnya. Terdengar gemericik air yang turun mengalir dari ketinggian. Tidak puas rasanya Aku memandang keindahan istana dari tempat dudukku ini. Terbayang bagaimana kehidupan istana dan keluarga kerajaan saat Islam masih berjaya.
Sesudah puas menelusuri keindahan istana, Aku bertandang ke gedung Fundacion Tres Culturas. Tempat ini dikelola suatu yayasan dan berfungsi sebagai ruang dialog antarpemeluk agama, khususnya Katolik, Islam dan Yahudi. Bangunan ini cukup megah dan indah, dilengkapi taman yang apik. Lokasinya di wilayah kota baru Sevilla.
Baca Juga:
- Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-8): Perang Salib
- Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-9): Cordoba Menjadi Jantung Andalusia
Fundacion Tres Culturas mendapat dukungan dana dari Kerajaan Spanyol dan Maroko. Aku berharap, suatu saat nanti, Indonesia bisa berpartisipasi dalam dialog antaragama, Abrahamic faiths, di gedung ini.
Aku beruntung bisa bertemu mantan anggota parlemen, Maria Fernandez. Ia kini memimpin Fundacion Tres Culturas. Maria menjelaskan bahwa lembaga tersebut didirikan untuk menjaga keharmonisan antarumat beragama di Spanyol. Tujuan lainnya adalah untuk merawat warisan sejarah yang hingga kini mewarnai perkembangan bangsa Spanyol.
“Bangsa mana saja yang Anda maksud ikut mewarnai Spanyol?”tanyaku ke Maria.
“Yunani, Romawi, Visigoth dan Moor. Sedangkan dari sisi agama, tentunya Katolik, Yahudi dan Islam. Akhir-akhir ini, kami juga merangkul etnik Basque, yang tinggal di Utara Spanyol dan berbatasan dengan Prancis. Wilayah mereka membentang hingga pantai dan berhadapan langsung dengan Samudra Atlantik. Basque diyakini sebagai suku asli di Spanyol. Mereka sudah lebih dahulu ada sebelum bangsa-bangsa lain.”
Maria juga menjelaskan pentingnya pendekatan interculture bagi bangsa Spanyol.
“Mengapa istilahnya interculture dan bukan interfaith?” tanyaku lagi.
“Perlu diketahui, di Spanyol juga ada kelompok ateis dan agnostik. Jumlah mereka cukup banyak dan terus meningkat. Mereka juga ingin terlibat dalam dialog. Selain itu, agama Hindu dan Budha di Spanyol juga semakin berkembang. Jadi kami memutuskan bahwa dialog tidak hanya untuk penganut tiga agama abrahamik tadi. Ateis, agnostik dan pemeluk agama lain juga dilibatkan,” jelas Maria.
“Apa penyebab berkembangnya kelompok sekuler, ateis dan agnostik tadi? Fenomena ini, saya kira, tidak hanya terjadi di Spanyol, tapi di hampir seluruh daratan Eropa. Hal serupa juga ada di dunia Barat lainnya, seperti Amerika, Kanada, Australia dan Selandia Baru.”
“Ceritanya panjang. Ini dimulai dari masa Renaissance, yang pada sisi tertentu bisa dipandang sebagai era kemenangan kelompok sekuler atas kelompok agama,” ujar Maria.
“Tampaknya yang dimaksud kelompok agama di sini adalah Katolik. Bukankah sudah ada koreksi atau reformasi yang dilakukan oleh kelompok Protestan?” tanyaku lebih lanjut.
“Betul. Meski ada juga perbaikan dari kelompok Katolik, tetapi kelompok sekuler tampaknya sudah terlanjur mengenyam kebebasan yang diimpikan. Kebebasan ini terus bergerak tanpa batas. Inilah kenyataan yang terjadi sekarang.”
“Apakah hal tersebut tidak bisa dibendung?” tanyaku lugu.
Maria hanya tersenyum.
BERSAMBUNG
EDITOR: REYNA
Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:
Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ Judul Novel: Safari https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ Judul Novel: Bersujud Diatas Bara https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ
Related Posts
Muhammad Chirzin: Israel Merajalela
Bau Busuk Nepotisme
Puisi Yusuf Blegur: Jokowi Sang Suci
Puisi Yusuf Blegur: Bumi Berbisik
Puisi: Aku Terlanjur
Dajjal, namanya terkenal, siapakah dia sebenarnya??
Yakjuj dan Makjuj, dimanakah mereka tinggal??
Cerpen: Pusaka Kakek
Pertama di dunia, Australia mengesahkan undang-undang yang melarang anak-anak menggunakan media sosial
Blue Arrow Strategy: Ilusi
No Responses