Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-37): Konsultasi ke Pak Dubes

Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-37): Konsultasi ke Pak Dubes
Duta Besar Indonesia untuk Spanyol, Dr Muhammad Najib sedang di masjid terbesar di kota Malaga.



Novel “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” karya Masterpiece Dr Muhammad Najib ini terinspirasi dari kisah Jalur Sutra atau Tiongkok Silk Road, yang kini muncul kembali dalam bentuk baru: One Belt One Road (OBOR) atau Belt and Road Initiative (BRI).

Penulis yang saat ini menjabat sebagai Duta Besar RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO ini meyakini, Indonesia sebagai Jamrud Katulistiwa ini sebenarnya juga memiliki warisan sejarah yang bernilai. Sayangnya, kita belum mampu mengapitalisasi warisan leluhur yang dimiliki, seperti yang dilakukan Tiongkok, meski peluang Indonesia sama besarnya.

Novel ini sendiri merupakan fiksi murni. Di sini, penulis mencoba mengangkat fakta-fakta sejarah, diramu dengan pemahaman subjektif penulis sendiri terhadap situasi terkait.

Ada berbagai peristiwa sejarah di masa lalu, yang seakan terjadi sendiri-sendiri dan tidak saling berkaitan. Maka dalam novel ini, penulis berupaya merangkai semua dengan menggunakan hubungan sebab-akibat. Sehingga Novel ini menjadi sangat menarik. Ceritanya mengalir, kaya informasi, dan enak dibaca. Selamat membaca dan menikmati.


Foto Ilustrasi: Jalur Sutra (garis merah), jalur Rempah (garis biru)

**********************************************************

SERI-37

Konsultasi ke Pak Dubes

 

“Selain Ibnu Rush siapa lagi pemikir Islam yang berpengaruh?”; kataku dengan maksud menggali lebih banyak nama untuk memperkaya wawasanku.

“Ibnu Khaldun yang di Barat dikenal sebagai ‘Bapak Sekularisme’, karena beliau sesungguhnya yang memulai gagasan untuk memisahkan antara mana yang urusan dunia yang menjadi otoritas manusia dan mana yang termasuk urusan ukhrawi yang menjadi wilayah Tuhan. Pada saat bersamaan manusia diberikan semacam otonomi untuk memakmurkan bumi sebagai konsekuensi diangkatnya manusia sebagai Wakil Tuhan di Bumi atau Khalifah fil Ard dalam Bahasa Arab, Wakil Tuhan di Bumi yang nantinya dimintai pertanggungjawaban atas mandat yang telah diberikan atas pilihan-pilihan atau usahanya”.

“Bukankah Allah berkuasa atas segala sesuatu ?”.

“Allah memang berkuasa mutlak terhadap segala sesuatu baik di dunia ini maupun di akhirat kelak, tetapi Allah telah memberikan sebagian kekuasaannya pada manusia khususnya untuk mengelola dan memakmurkan bumi”.

“Jadi ?”, kataku masih tidak mengerti.

“Disinilah pentingnya pemikiran Ibnu Khaldun yang memisahkan mana saja wilayah yang menjadi otoritas manusia yang kemudian dikenal dengan istilah sekuler, sementara yang menjadi otoritas Allah disebut gaib atau tidak terjangkau manusia. Di Dunia Islam sendiri sebetulnya Ibnu Khaldun dikenal sebagai pembaharu, karena sebelumnya ilmuwan Muslim mengembangkan pemikirannya selalu berangkat dari Al Qur’an atau Hadits, yang melahirkan ilmu-ilmu seperti Tafisr, Fiqih, dan seterusnya, sementara Ibnu Khaldun berangkat dari realitas sosial di masyarakat khususnya terkait dengan kehidupan sosial dan ekonomi, baru kemudian melihat korelasinya dengan Al Qur’an atau Hadits.Dari sinilah berkembang riset-riset sosial dan ekonomi yang berkembang sampai saat ini”.

“Bisa disebutkan contoh ilmuwan Barat yang dipengaruhi oleh dua tokoh tadi ?”.

“Emile Durkhem menjelaskan hal yang sama dengan Ibnu Khaldun dengan istilah Profan versus Sakral, yang sakral atau yang gaib menjadi wilayah Tuhan sedangkan yang profan atau yang nyata menjadi wilayah manusia. Dari paradigma berfikir seperti inilah kemudian lahir teori Kontrak Sosial oleh Rousseau, juga Teori Triaspolitica oleh Montesquieu, dan banyak lagi kalau Kita mau menyebutkannya semua. Kalau saudara memerlukannya tinggal tanya saja ke Ustad Google”, katanya dengan nada canda.

TERKAIT :

“Apa pelajaran yang bisa dipetik oleh Dunia Islam atas semua cerita tadi ?”, kataku.

“Sejak Renaissance dunia Barat kemudian menyalip Dunia Islam, ditandai oleh Revolusi Sosial dan Politik di Perancis dan Revolusi Industri di Inggris. Sejak itu satu persatu dunia Islam dijajah dan puncaknya terjadi pada perang Dunia I yang dipimpin oleh koalisi Inggris dan Perancis yang kemudian mengakhiri Dinasti Turki Usmani yang menjadi simbol terakhir Dunia Islam. Sejak saat itu hampir seluruh Dunia Islam terjajah”, katanya.

“Apa kesalahan Dunia Islam sehingga tertinggal sampai sekarang ?”.

“Perlu kajian khusus terkait tema ini, akan tetapi kalau merujuk pada Al Qur’an sesungguhnya kekuasaan itu dipergilirkan”.

“Tanpa memandang apa agamanya atau apa bangsanya ?”.

“Demikianlah Sunatullah yang sudah ditetapkan. Akan tetapi kalau Kita menggunakan pendekatan rasional berdasarkan kajian historis, setelah mencapai puncak kejayaannya para pemimpin Islam lalai, berfoya-foya, dan bertikai satu dengan yang lainnya memperebutkan kekuasaan”.

 

BERSAMBUNG

EDITOR: REYNA

Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:

Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra
https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ

Judul Novel: Safari
https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ

Judul Novel: Bersujud Diatas Bara
https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ

Buku-buku novel karya Dr Muhammad Najib juga bisa dibeli di Shopee melalui link: https://shopee/ks65np4



http://www.zonasatunews.com/wp-content/uploads/2017/11/aka-printing-iklan-2.jpg></a>
</div>
<p><!--CusAds0--><!--CusAds0--></p>
<div style=