Jika merujuk pada Al Qur’an secara benar, maka kita tidak saja menemukan betapa kitab suci ini memberikan penghargaan yang sangat tinggi terhadap akal manusia. Logika dan berfikir menjadi proses untuk memahami ciptaanNya yang akan bermuara pada mengimani keberadaanNya. Dengan kata lain antara hati dan otak atau antara keyakinan dan fikiran bukan saja seharusnya berjalan seiring, lebih dari itu seharusnya saling menopang dan saling melengkapi. Jika muncul ketidak serasian atau ketidak sinkronan diantara keduanya, maka kita harus introspeksi diri, mungkin saja ilmu yang terakumulasi di kepala belum cukup atau perkembangan sain dan teknologi belum menjangkau atau pemahaman kita terhadap ayat-ayat Al Qur’an keliru.
Novel ini berkisah seputar masalah ini.
Karya: Dr Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
SERI 1: SYUKUR
Usai prosesi wisuda Aku melangkah pulang dengan menggenggam ijazah S-3 tergulung dalam pipa kertas yang diikat pita merah ditemani istri dan dua anakku dengan hati berbunga-bunga. Kini lengkap sudah bekal sebagai dosen setelah menyelesaikan studi formal tertinggi di perguruan tinggi. Cita-citaku sejak SD untuk menjadi seorang guru bukan saja terpenuhi tetapi seperti melampaui mimpiku, karena Aku mendapat kesempatan kuliah di sebuah perguruan tinggi bergengsi di Eropa. Aku berjalan bagai melangkah di awan, melayang diantara gumpalan awan putih seakan burung bangau yang menikmati pemandangan indah lembah dan ngarai yang dilewatinya sambil mengepak-ngepakkan sayapnya yang lebar.
Sesampainya di rumah Aku mengunci kamar sendirian, bersujud berkali-kali sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Maha Kuasa yang telah memandu jalan hidupku. Berkali-kali sujud Aku panjangkan untuk merasakan lebih dalam kebahagiaan hatiku dan tanpa terasa tempat sujudku basah oleh cucuran air mata. Inikah air mata bahagia? Kataku dalam hati. Setelah puas, Aku kemudian membersihkan tempat sujudku juga wajahku, lalu melangkah ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, dilanjutkan shalat Syukur dua rakat.
Untuk menambah rasa syukurku, Aku mengambil HP dengan menggunakan video call ku telpon teman-temanku di kampung. Diantara mereka hanya sebagian kecil yang dapat menyelesaikan studinya sampai SMA, sebagian hanya selesai di bangku SMP dan lainnya bahkan berhenti setamat SD. Pekerjaan yang mereka geluti hanya mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, menghadiri hajatan atau berlibur ke luar kota merupakan sebuah kemewahan, jika sakit tidak mampu ke dokter sehingga diselesaikan dengan cara membeli obat-obat ringan di warung. Biaya sekolah anak-anak sering menjadi masalah.
Diantara mereka yang paling dekat denganku bernama Saiful teman sebangku saat SD. Ia merupakan siswa paling cerdas di kelas, sayang ia berhenti sekolah setelah menerima ijazah SD karena kondisi ekonomi keluarga. Ia membantu ayahnya berjualan di pasar tradisional, kemudian melanjutkan menjaga warung kecil milik orang tuanya. Aku memiliki pengalaman yang tidak pernah terlupakan. Suatu saat seorang guru Tauhid menjelaskan tentang Tuhan yang untuk mengenalnya katanya kita perlu memperhatikan ciptaanNya seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, serta alam semesta secara keseluruhan.
Mendengar penjelasan ini fikiranku bergerak spontan, jika semua ini Tuhan yang menciptakan lalu yang menciptakan Tuhan siapa? Saat Guru memberikan kesempatan para siswa untuk bertanya Aku mengumpulkan segenap keberanian lalu mengangkat tangan. Mendengar pertanyaanku, sang guru spontan mendelik dan dengan suara keras memarahiku dengan mengatakan pertanyaan itu berbahaya karena bisa merusak keimananku. Aku heran dan bersedih mendengarnya, dan hatiku protes walau bibirku tertutup rapat dan kepala Aku tundukkan, salahku apa kataku dalam hati.
Saat waktu istirahat tiba seluruh teman-teman meninggalkan kelas untuk bermain di halaman atau jajan di kantin, sementara Aku kehilangan gairah dan tetap duduk menyendiri di bangkuku. Hatiku sedih bercampur risau, apalagi saat guru memarahiku seluruh mata siswa mengarah kepadaku seakan menambah hukuman. Saat itu lalu datanglah Saiful menenangkan dan menghiburku, seperti mengerti perasaanku, ia kemudian mengucapkan kalimat yang Aku tangkap seperti membelalku. “Aku juga heran mengapa jawaban Pak Guru seperti itu”, katanya pelan dengan nada lirih. Pertanyaan masa kecilku ini terus hidup dan mendorongku untuk terus mencari jawabannya.
Sesudah menelpon beberapa teman lalu Aku berpesan kepada adikku yang masih berada di kampung untuk mengirimkan beras kepada mereka, mendengarkan diantara para tetangganya yang sakit dan butuh bantuan untuk berobat, serta yang memerlukan biaya sekolah untuk anak-anaknya. Aku berjanji untuk mengirimkan uang secara reguler untuk semua itu.
BERSAMBUNG
Baca Juga Seri sebelumnya: Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Seri 1: Syukur)
EDITOR: REYNA
Novel karya Dr Muhammad Najib yang lain dapat dibaca dibawah ini:
1) Novel “Di Beranda Istana Alhambra” terdiri dari 36 seri. Klik Link: Di Beranda Istana Alhambra (1-Mendapat Beasiswa)
2) Novel “SAFARI” terdiri dari 31 seri. Klik Link: Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-1): Meraih Mimpi
3) Novel “BERSUJUD DIATAS BARA” terdiri dari 59 seri. Klik Link: Novel Muhammad Najib, “Bersujud di Atas Bara” (Seri-1): Dunia Dalam Berita
4) Novel “JALUR REMPAH SEBAGAI JEMBATAN TIMUR BARAT” terdiri dari 40 seri. Klik Link: Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-1): Kembali ke Madrid
Related Posts
Tren ‘Wut Wut Wut’ di TikTok, mengapa viral??
Muhammad Chirzin: Israel Merajalela
Bau Busuk Nepotisme
Puisi Yusuf Blegur: Jokowi Sang Suci
Puisi Yusuf Blegur: Bumi Berbisik
Puisi: Aku Terlanjur
Dajjal, namanya terkenal, siapakah dia sebenarnya??
Yakjuj dan Makjuj, dimanakah mereka tinggal??
Cerpen: Pusaka Kakek
Pertama di dunia, Australia mengesahkan undang-undang yang melarang anak-anak menggunakan media sosial
No Responses