Serial Wali Paidi (Bagian 2): Sejarah Wali Paidi, Episode 7: Berkunjung ke Demak (Ziarah ke makam-makam)

Serial Wali Paidi (Bagian 2): Sejarah Wali Paidi, Episode 7: Berkunjung ke Demak (Ziarah ke makam-makam)
Gambar ilustrasi Pondok Pesantren



Ditulis Ulang Oleh: Ir HM Djamil MT

 

Sejak Paidi pulang dari Malang dengan cara yang dia sendiri bingung, dia merasa ada perubahan pada dirinya, tapi perasaannya dia tekan dan tetap bersahaja sebagaimana biasanya.

Ada suatu kejadian yang dia sendiri tak menyadari tatkala Pondok ada tamu utusan dari Kerajaan Arab Saudi, tiba tiba Abah Kyai meminta Paidi untuk mendampingi tamu dan menerangkan keadaan Pondok.

Paidi tidak menolak dan dengan perasaan biasa saja dia bisa menerangkan pada si tamu tentang situasi pondok dan didengar oleh tamu seperti menjelaskan dengan Bahasa Arab yang halus.

Paidi memang ndak bisa apa–apa tentang Bahasa Arab, dia hanya bisa membaca tulisan Arab tanpa bisa mengerti susunan tata bahasanya. Dia menjelaskan kepada si tamu menggunakan bahasa jawa halus campur bahasa Indonesia sedikit-sedikit.

Kejadian seperti itu juga terjadi pada saat ada tamu dari Perancis. Peristiwa itu dianggap bukan luar biasa, karena Paidi mendengar ucapan tamu-tamu itu seolah bahasa Jawa dan dia berusaha menerangkan dengan bahasa Jawa yang halus pula walaupun yang mendengar seolah Paidi berbicara dengan bahasa tamunya.

Kamis Kliwon ba’da Asar, Paidi dipanggil oleh Abah Kyai untuk sowan ke dalem, seperti biasanya disana sudah tersedia kopi dan rokok.

“Li… sekarang sudah waktunya kamu mengabdi pada masyarakat… derajatmu sekarang lebih tinggi dari semua murid-muridku… bahkan insya Allah lebih tinggi dari aku sendiri… sudah waktunya kamu meninggalkan pondok ini,… namun untuk melengkapi pengalamanmu… nanti setelah berbuka puasa, hendaklah kamu pergi untuk Ziarah Wali, mulailah ke Sunan Ampel Surabaya, sekarang balik ke kamarmu, nanti setelah buka puasa, siap-siap untuk berangkat Ziarah,” ujar abah Kyai yang tahu persis kalau Paidi sedang puasa.

Paidi tak bekata apa-apa dia hanya tertunduk dan melelehkan air mata, dia mencium tangan Kyai dan undur ke kamar. Kopinya tidak diminum namun rokoknya seijin Kyai dia bawa satu pak.

Setelah Sholat Magrib dan berbuka puasa, Paidi menghadap Abah Kyai untuk pamit dengan membawa rangsel yang berisi pakaian dan barang-barang pribadinya.

“Sini mana barang-barangmu kusimpan dulu disini, dan mana semua uangmu juga akan kusimpan disini,”… ujar pak Kyai, dan Paidi menyerahkan Rangsel serta semua uang yang ada di sakunya, karena hanya itu yang dia punya.

Setelah dihitung uang itu ternyata hanya Rp 215.750,- yaitu uang sisa pemberian Gus Mursyid dan pemberian para santri yang kadang merasa kasihan melihat kang Paidi.

“Li… sekarang berangkatlah kamu ke makam Sunan Ampel di Surabaya… dan hanya kepada Allah kamu bergantung!” kata Abah Kyai sambil mebalik badan dan membawa barang serta uang wali Paidi.

Tanpa Salam dan tanpa salaman. Walaupun abah Kyai pergi tanpa salam, Paidi menjawab wa alaikum salam, kemudian nyeruput kopi yang tadi sore belum sempat diminum dan pergi tanpa sangu dan tanpa bekal.

Langkah pertama Paidi menuju ke jalan raya, tujuannya jelas.. mencari nunutan, dalam benaknya ia akan mencegat truk atau mobil-mobil berplat nomer L,

Singkat cerita Paidi dapat nunutan truck dan dia duduk di jok depan bersama supir dan kernet. Rupanya mereka ini iba pada Paidi hingga dia ditraktir makan malam, ngopi dan merokok bersama mereka.

Malam hari sekitar jam 12-an tengah malam truck itu nyampai di daerah Pete’an Surabaya yang merupakan tujuan truck itu. Wali Paidi turun, setelah mendapatkan pengarahan dari si sopir tentang letak masjid Ampel dan diberi sangu sepuluh ribu, Paidi berjalan kaki menuju masjid Ampel untuk Ziarah ke makam Sunan Ampel.

Malam itu suasana makam Sunan Ampel cukup ramai karena banyak Penziarah. Setelah bertanya-tanya di mana makam Sunan, disela-sela para Penziarah Paidi duduk berdo’a dengan hikmat dan khusyuk tapi tiba-tiba dia merasa ngantuk.

Dia undur untuk raup-raup dan wudhu, ternyata di dekat tempat wudhu juga ada perjual kopi, uang 10 ribu tadi dibelikan kopi sasetan yang harganya enam ribu lima ratus rupiah. Setelah wudhu dan minum kopi dia balik ke makam untuk meneruskan laku ziarah kubur.

Baru beberapa kalimat do’a dirapal Paidi ngantuk tak tertahan dan tertidur. Dalam tidur ia bermimpi didatangi orang berjubah putih, di tangannya ada tasbih yang selalu berputar tapi dia bukan yang memberikan Petromax dulu.

“Pergilah ke Raden Patah, Demak…”.. perintah orang itu.

Cekekal…. Paidi terbangun dari mimpi singkatnya dan aneh suasananya jadi sepi, orang-orang yang tadi berjubel untuk Ziarah sudah pada pergi entah kemana hanya tinggal dia sendirian.

Paidi bergegas keluar makam menuju halaman masjid, suasana masih gelap dan sepi. Di gerbang masjid dilihatnya ada seekor kuda putih tanpa pelana. Paidi menuju gerbang itu untuk melihat suasana di luar halaman masjid namun kuda itu menghalanginya keluar gerbang dan bahkan kuda itu duduk seakan memberi isyarat agar dia menaikinya.

Walau tanpa pelana Paidi menaiki punggung kuda itu dan membisikan di telinga kuda itu : “Masjid Demak”, kuda itu berdiri dengan Paidi di punggungnya dan hanya beberapa langkah mereka sudah berada di pelataran masjid Demak yang juga sunyi sepi.

Paidi melompat turun dan bertanya pada sang kuda…”dimana makam Raden Patah?”… kuda tidak menjawab hanya kepalanya memberikan isyarat kearah mana. Paidi bergegas menuju belakang masjid, sebelumnya ia menoleh ke kuda putih sambil berkata : “tunggu aku di sini” tapi kuda itu menggelengkan kepalanya dan lari entah kemana.

Paidi bergegas ke belakang Masjid untuk Ziarah ke makam Raden Patah ternyata di sana sudah banyak Penziarah..ramai seperti pasar. Paidi berjalan di sela-sela penziaran agar bisa mendekat ke makam Raden Patah tapi tidak bisa ia hanya dapat di lapisan ketiga dari para Penziarah.

Paidi berdo’a dengan khusuk kepada Allah agar dia selalu diberi petunjuk dan bimbingan Nya… dan agar bisa dipertemukan dengan Raden Patah. Kali ini Paidi tidak merasa ngantuk.. dia berdzikir asma’ul husnah entah berapa puluh kali sampai loud-spieker masjid di on kan dan memperdengarkan ayat-ayat suci Al Qur’an.

Satu per satu orang-orang meninggalkan makam untuk bersiap mengikuti sholat Subuh berjama’ah. Ketika dikumandangkan tarhim, Paidi terpaksa undur dari makam untuk bersiap-siap sholat Subuh.

Ba’da subuhan Paidi duduk-duduk di serambi masjid hingga matahari merangkak agak tinggi. Perut wali Paidi sudah mulai keroncongan dan dihitung uangnya hanya tinggal Rp 3.500,- paling hanya cukup untuk beli sebatang rokok.

Padahal ini hari Jum’at, untuk mandi di Ponten dengan menyewa sabun dan handuk, paling tidak butuh 10 ribu, Paidi mohon kepada Allah agar dia bisa sholat Jum’at di masjid Demak walaupun ia tahu kalau pakaiannya sudah banyak Najis.

Maka otomatis hatinya berbunyi… yaa Rohman… ya Rohim.. begitu seterusnya. Mungkin karena tak tidur semalaman, akhirya Paidi tertidur bersandar tembok. Paidi bermimpi. Dalam mimpi itu ia seolah bertemu dengan pemilik masjid ini, orangnya tua berjenggot tapi penampilannya bersih dan berwibawa.

Dalam mimpi itu seolah Paidi duduk pada posisi seperti ini, seolah dia sedang bersila dengan sarung baru warna putih dan baju koko baru warna krem di saku bajunya ada beberapa lembar uang real.

Orang tua itu tidak berkata apa-pada kepada Paidi, orang tua itu hanya tersenyum dan tangannya seolah mengisyaratkan agar Paidi melihat ke belakang. Perasaan Paidi mengikuti isyarat itu, ndak terlihat apa apa kecuali pemandangan yang indah.

Tatkala Paidi menoleh kembali ke orang tua itu, ternyata sudah hilang entah kemana.
Eh.. ternyata hanya mimpi, wali Paidi seolah tidak percaya dengan keadaan sebenarnya.

Berkali-kali dicubitnya tangannya masih bisa dirasakan sakit, dilihatnya pakaiannya ternyata masih pakaian yang najis itu, tapi dirasakan badannya terasa lebih segar dan matanya byar sulit untuk meneruskan mimpi yang tadi.

Barang siapa tawakal pada Allah wa hua khasbuh, ingatannya selalu begitu.

EDITOR: REYNA




http://www.zonasatunews.com/wp-content/uploads/2017/11/aka-printing-iklan-2.jpg></a>
</div>
<p><!--CusAds0--><!--CusAds0--></p>
<div style=