Isra’ Mi’raj: Perjalanan Agung yang Menjadi Tolok Ukur Iman dan Ilmu Pengetahuan

Isra’ Mi’raj: Perjalanan Agung yang Menjadi Tolok Ukur Iman dan Ilmu Pengetahuan
ILUSTRASI



Oleh: Soegianto, Fakultas Sain dna Teknologi UNAIR
soegianto@fst.unair.ac.id

Perjalanan Isra’ Mi’raj adalah salah satu peristiwa terbesar dalam sejarah Islam yang menunjukkan kebesaran Allah SWT dan posisi istimewa Nabi Muhammad SAW. Perjalanan ini mencakup dua fase besar, yakni perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (Isra’) dan perjalanan ke langit hingga Sidratul Muntaha (Mi’raj). Kisah ini dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadis-hadis sahih, yang menjadi tolok ukur keimanan dan alat penilaian terhadap fenomena apa pun, termasuk yang didekati melalui ilmu pengetahuan.

Perjalanan Isra’

Isra’ adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW pada malam hari dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina, seperti dijelaskan dalam QS. Al-Isra (17): 1:

“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Perjalanan ini dilakukan dalam waktu yang sangat singkat. Nabi Muhammad SAW diperjalankan menggunakan Buraq, sebagaimana disebutkan dalam berbagai hadis sahih. Sesampainya di Masjidil Aqsa, Nabi Muhammad SAW menjadi imam shalat bagi para Nabi sebelumnya.

Perjalanan Mi’raj

Setelah selesai di Masjidil Aqsa, Nabi Muhammad SAW melanjutkan perjalanan ke langit bersama Malaikat Jibril. Dalam QS. An-Najm (53): 13-18, Allah SWT berfirman:

“Dan sesungguhnya dia (Muhammad) telah melihat Jibril pada kesempatan lain, di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.”

Rincian Perjalanan

Langit Pertama: Bertemu Nabi Adam AS.
Langit Kedua: Bertemu Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS.
Langit Ketiga: Bertemu Nabi Yusuf AS.
Langit Keempat: Bertemu Nabi Idris AS.
Langit Kelima: Bertemu Nabi Harun AS.
Langit Keenam: Bertemu Nabi Musa AS.
Langit Ketujuh: Bertemu Nabi Ibrahim AS.

Di Sidratul Muntaha, Nabi Muhammad SAW diperlihatkan tanda-tanda kebesaran Allah, termasuk Surga, Neraka, dan Malaikat Jibril dalam wujud aslinya. Perjalanan ini berujung pada perintah langsung dari Allah SWT untuk melaksanakan shalat lima waktu.

Ilmu Pengetahuan: Menghampiri Pemahaman Isra’ Mi’raj

Perjalanan Isra’ Mi’raj melibatkan realitas yang melampaui batasan fisik manusia dan pemahaman ilmu pengetahuan modern. Al-Qur’an dan hadis menjadi alat ukur untuk memahami fenomena ini, bukan sebaliknya. Jika pemahaman modern tidak sejalan dengan apa yang disampaikan dalam Al-Qur’an dan hadis, umat Islam diwajibkan untuk mengimani wahyu tersebut karena ia adalah kebenaran mutlak dari Allah SWT.

Namun, ilmu pengetahuan terus berkembang dan mulai mendekati pemahaman terhadap fenomena luar biasa seperti yang terjadi dalam Isra’ Mi’raj, khususnya melalui teori-teori dalam mekanika kuantum dan fisika modern.

Berikut adalah beberapa konsep yang menunjukkan potensi penjelasan ilmiah terhadap perjalanan ini:

1. Konsep Dimensi yang Melampaui Empat Dimensi

Mekanika kuantum dan teori string mulai membuka wawasan tentang dimensi-dimensi yang lebih tinggi. Fisika klasik hanya mengenal tiga dimensi ruang (panjang, lebar, tinggi) dan satu dimensi waktu. Namun, teori string memperkirakan adanya hingga 11 dimensi dalam struktur alam semesta.

Dalam konteks ini, perjalanan Mi’raj dapat dianggap melibatkan dimensi-dimensi yang melampaui pemahaman ruang dan waktu manusia, memungkinkan perjalanan lintas dimensi yang tidak dapat dijelaskan oleh fisika klasik.

2. Teori Relativitas dan Waktu

Dalam teori relativitas Einstein, waktu adalah sesuatu yang relatif, bergantung pada kecepatan dan medan gravitasi. Ketika suatu objek mendekati kecepatan cahaya, waktu bagi objek tersebut melambat dibandingkan dengan pengamat yang berada dalam keadaan diam. Dalam konteks ini:

Nabi Muhammad SAW dapat mengalami perjalanan panjang dalam “waktu yang melambat,” sementara bagi manusia di bumi, perjalanan tersebut hanya berlangsung dalam satu malam.

Konsep ini mendekati pengertian perjalanan cepat yang memungkinkan Nabi Muhammad SAW mengunjungi berbagai tempat dalam satu waktu yang sangat singkat.

3. Tunneling Kuantum

Dalam mekanika kuantum, terdapat fenomena yang disebut tunneling kuantum, di mana partikel dapat melintasi penghalang energi tanpa harus melewati jalur linear. Fenomena ini menunjukkan bahwa perjalanan lintas batasan fisik bukanlah hal mustahil, meskipun belum sepenuhnya dipahami.

Perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam Isra’ Mi’raj dapat dikaitkan dengan fenomena ini, di mana batasan ruang dan waktu yang biasanya berlaku untuk manusia tidak relevan karena kehendak Allah SWT.

4. Entanglement Kuantum

Entanglement adalah fenomena kuantum di mana dua partikel yang “terhubung” tetap saling memengaruhi, bahkan jika terpisah oleh jarak yang sangat jauh. Fenomena ini menunjukkan bahwa dalam skala subatomik, informasi dapat berpindah secara instan, tanpa batasan ruang.

Dalam Isra’ Mi’raj, komunikasi Nabi Muhammad SAW dengan para Nabi, Jibril, dan Allah dapat dianalogikan dengan entanglement, di mana realitas fisik manusia tidak menjadi batasan.

Ilmu Pengetahuan adalah Proses, Wahyu adalah Kebenaran

Ilmu pengetahuan adalah proses eksplorasi dan pengembangan yang terus berjalan. Mekanika kuantum, teori relativitas, dan teori string hanyalah langkah awal dalam memahami realitas yang lebih luas. Namun, kebenaran wahyu dalam Al-Qur’an dan hadis bersifat absolut dan tidak memerlukan pembuktian oleh sains modern.

Jika ilmu pengetahuan tampaknya tidak selaras dengan Isra’ Mi’raj, maka umat Islam diwajibkan untuk tetap mengimani peristiwa ini berdasarkan Al-Qur’an dan hadis. Dalam QS. Al-Baqarah (2): 2, Allah SWT berfirman:

“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”

Analisa

Isra’ Mi’raj adalah peristiwa agung yang menegaskan kebesaran Allah SWT dan posisi istimewa Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya. Al-Qur’an dan hadis memberikan gambaran yang jelas tentang perjalanan ini, yang melibatkan realitas yang melampaui batasan ilmu pengetahuan manusia. Sementara ilmu pengetahuan modern, melalui mekanika kuantum dan teori relativitas, mulai mendekati pemahaman tentang fenomena luar biasa ini, kebenaran Isra’ Mi’raj tetap berpegang pada wahyu, yang menjadi tolok ukur segala hal.

Seiring dengan berkembangnya eksplorasi ilmu, umat Islam tetap diwajibkan mengimani peristiwa ini sebagai tanda kebesaran Allah SWT, yang di luar batas logika dan pemahaman manusia. Al-Qur’an dan hadis adalah alat ukur kebenaran, bukan yang diukur.

EDITOR: REYNA




http://www.zonasatunews.com/wp-content/uploads/2017/11/aka-printing-iklan-2.jpg></a>
</div>
<p><!--CusAds0--><!--CusAds0--></p>
<div style=