Oleh: Tere Liye
Tere Liye, penulis novel “OMON-OMON”
Saya tidak nyinyir. Tapi saya ingin membuka mata. Biar kita itu pintar dikitlah.
10 tahun Jokowi berkuasa, tahukah kalian, ada 27 bandara baru yang dibangun. Menghabiskan trilyunan duit negara.
Maka, izinkan saya bertanya: berapa dari bandara ini yang akhirnya ada penerbangannya? Sebagian besar NOL. Sebagian lagi, ada yang ramai, seperti Kulon Progo, tapi itu karena dipaksa, Adi Sucipto ditutup. Sebagian lagi, bahkan sudah dipaksa tutup bandara Bandung, apakah Kertajati jadi ramai? Tidak tuh, penumpang lari ke Jakarta.
Termasuk yang saya ambil foto peresmiannya, dan saya posting di sini. Izinkan saya bertanya, setiap hari, ada berapa pesawat yang mendarat di Bandara Ngloram, Jawa Tengah? Whaaat. 11.000 trilyun pesawat? Atau NOL?
Nah, apa yang sebenarnya terjadi?
Sederhana. Di Indonesia itu, pembangunan dilakukan demi proyek saja. Bukan demi kebutuhan. Kamu bangun 27 bandara, bagus! Demi akses transportasi dll, baguuus banget, tapi apakah dititik tersebut memang mendesak bandara baru? Sebesar apa bandara yang dibutuhkan? Tutup mata. Kertajati adalah contoh epic, saat nafsu tinggi proyek, trilyunan habis, hanya untuk membangun bandara yang hitungan jari penerbangannya. Kenapa nggak dulu kamu cukup bangun bandara level kabupaten dulu, 10-20 tahun baru diupgrade. Tidak mau. Mereka butuh proyeknya.
Saya teringat sekali saat setiap pemda kabupaten rebutan bangun terminal bus di luar kotanya. Megah. Milyaran. Kosong. Jadi tempat tinggal hantu.
Apa sih kebutuhan rakyat? Bodo amat. Bangun dulu itu bandaraaaa! Duitnya ngocor deras. Sampai lupa, aduh, bagaimana rakyatnya mau naik pesawat saat penghasilan mereka rendah? Tiketnya beli pakai daun?
Pun sama saat IKN dibangun, logika proyek kembali dipakai. Bangun itu IKN! Gelontorkan ratusan trilyun, tapi apakah itu kebutuhan rakyat? Mereka membual tentang pemerataan ekonomi Indonesia Timur, Jakarta tenggelam dan dusta lainnya.
27 bandara ini, tentu butuh biaya perawatan dll, milyaran digelontorkan per tahun. Dan saat tidak kuat lagi, kena efisiensi, nasib bandara ini sama kayak terminal deh. Sepi. Rusak. Untuk 2034, yuk mari anggarkan lagi dananya oleh penguasa anak cucu Jokowi.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Sedikit Catatan Pasca Pemeriksaan di Polda Metro Jaya (PMJ) Kemarin

Operasi Garis Dalam Jokowi: Ketika Kekuasaan Tidak Rela Pensiun

Jejak Kekuatan Riza Chalid: Mengapa Tersangka “Godfather Migas” Itu Masih Sulit Ditangkap?

Penjara Bukan Tempat Para Aktifis

FTA Mengaku Kecewa Dengan Komposisi Komite Reformasi Yang Tidak Seimbang

Keadaan Seperti Api Dalam Sekam.

Ach. Sayuti: Soeharto Layak Sebagai Pahlawan Nasional Berkat Jasa Besarnya Dalam Fondasi Pembangunan Bangsa

SPPG POLRI Lebih Baik Dibanding Yang Lain Sehingga Diminati Sekolah

Pak Harto Diantara Fakta Dan Fitnah

Surat Rahasia Bank Dunia: “Indonesia Dilarang Membangun Kilang Minyak Sendiri”



No Responses