Oleh : Syah Ganda Nainggolan (Sabang Merauke Circle ) dan Sutoyo Abadi ( Kajian Politik Merah Putih )
Tentara Nasional Indonesia (TNI) menggelar HUT ke-79 di lapangan Silang Monumen Nasional (Monas) Jakarta Pusat. Kegiatan itu berlangsung pada Sabtu (5/10) kemarin.
Dalam perayaan itu, ada momen di mana Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang terlihat tidak menyalami Wakil Presiden (Wapres) ke-6 RI, Jenderal RI dr (Purn) TNI Try Sutrisno. (lihat Merdeka Online 6/10/24)
Awalnya, Jokowi diminta atau dipersilakan oleh MC dalam acara itu untuk beristirahat sejenak di mimbar kehormatan.
Sebelum beristirahat, Jokowi dan Ma’ruf Amin pun menyempatkan diri untuk bersalaman dengan tamu lainnya yang duduk sejajar dengannya yakni Wapres ke-10 dan 12 Jusuf Kalla (JK), Wapres ke-11 Boediono hingga istri Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Sinta Nuriyah.
Namun, ketika itu Jokowi terlihat tidak menyalami Try Sutrisno beserta istri yang duduk di sebelah Boediono. Terlihat itu sengaja. Padahal, saat itu jenderal sepuh tersebut sudah berusaha untuk bangun dari kursinya yang sempat dibantu sang istri. Try Sutrisno pun kemudian kembali duduk.
Kejadian di atas sangat diduga ada kaitan dengan terjadinya pemindahan MayorJenderal Kunto Arief Wobowo “mutasi politis” dari posisi bergengsi sebagai Pangdam Siliwangi di Bandung menjadi Wakil Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan, dan Latihan Angkatan Darat (Wadankodiklatad), bermuatan politis
Mutasi tersebut terkait Jokowi merasa terganggu dengan tulisan beliau yang dimuat di Kompas pada 10 April 2023, yang sangat berani terkait situasi politik kemungkinan pencurangan pemilu, termasuk pilpres 2024. Kunto memberikan isyarat bahwa TNI akan maju ke depan jika pemilu dan pilpres curang.
MayorJenderal Kunto Arief Wobowo Putra Jenderal (Purn) Try Sutrisno –mantan Wapres– itu bisa dikatakan dipindahkan dari shaf (baris) depan TNI ke shaf belakang.
Dari sikap yang tidak beretika dan tidak menghargai orang tua bahkah tercatat mantan Wakil Presiden Masa jabatan 11 Maret 1993 – 11 Maret 1998 dan mantan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ke-7 masa jabatan 27 Februari 1988 – 19 Februari 1993 – selayaknya tidak terjadi.
Sebaiknya Presiden Joko Widodo yang justru akan mengahiri masa jabatannya segera :
Meminta maaf kepada Jenderal (Purn) Try Sutrisno dan keluarganya serta meminta kepada Presiden terpilih Prabowo Subianto berkenan berkenan menormalisasikan karir Mayjend Kunto Arief sebagai tentara profesional.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Kedaulatan Kompor – Martabat Negara: Orkestrasi Bauran Energi Dapur Rakyat: LPG, DME, Jargas & CNGR

Sedikit Catatan Pasca Pemeriksaan di Polda Metro Jaya (PMJ) Kemarin

Operasi Garis Dalam Jokowi: Ketika Kekuasaan Tidak Rela Pensiun

Penasehat Hukum RRT: Penetapan Tersangka Klien Kami Adalah Perkara Politik Dalam Rangka Melindungi Mantan Presiden Dan Wakil Presiden Incumbent

Negeri di Bawah Bayang Ijazah: Ketika Keadilan Diperintah Dari Bayangan Kekuasaan

Novel “Imperium Tiga Samudra” (11) – Dialog Dibawah Menara Asap

Wawancara Eksklusif Dengan Kol (Purn) Sri Radjasa Chandra (3-Tamat): Korupsi Migas Sudah Darurat, Presiden Prabowo Harus Bertindak!

Wawancara Eksklusif Dengan Kol (Purn) Sri Radjasa Chandra (2): Dari Godfather ke Grand Strategi Mafia Migas

Wawancara Eksklusif dengan Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra (1): “The Gasoline Godfather” Dan Bayangan di Balik Negara

Republik Sandiwara dan Pemimpin Pura-pura Gila



No Responses