Ajrun Karim, GM PLN Itu….

Ajrun Karim, GM PLN Itu….
Ajrun Karim



Oleh: Ahmadi Sofyan
Penulis Buku/Pemerhati Sosial Budaya

Ahmad Sofyan

KEPRIBADIANNYA tidak hanya siap menerima kritikan, tapi juga cacian. Komunikasinya bagus, sosoknya cerdas, santun dan tawadhu tapi mengalami “apes” saat berada disini. Baru 5 bulan 3 hari memimpin PLN Wilayah Bangka Belitung harus dipindahkan.

Ketika beliau mengenalkan diri melalui WhatsApp (WA) ke Handphone saya, sejenak saya tersenyum sendiri dalam kamar. Sebab, beliau memanggil saya dengan kalimat “Kanda” sedangkan beliau memposisikan diri sebagai “Dinda”, karena mungkin informasi yang beliau dapatkan sosok Ahmadi Sofyan, selain keras, tak bisa diajak kompromi, orangnya sudah tua, sebab dipanggil Atok Kulop. Padahal secara usia, pendidikan dan pengalaman, beliau jauh lebih senior daripada saya.

Tapi, memang otak saya suka iseng plus suka “kurang ajar” apalagi kalau berhadapan orang yang memiliki jabatan dan wewenang. Saya oke-kan saja ketika beliau menyapa saya dengan panggilan “Kanda”. Ketika sore menjelang berbuka puasa hari Pertama Ramadhan, saya yang sedang bersama laptop diteras rumah (menulis tentang PLN Babel yang melakukan pemadaman bergilir), tiba-tiba datang dengan sepeda motor dan tas dipunggung, memberikan salam.

Memang, sepengetahuan saya, beliau sering bepergian menggunakan motor dan tas ransel dipunggung. Sambil tubuh merunduk beliau menyalami saya yang berdiri tegak. Beliau pun dengan sangat sopan mengenalkan diri.

Tak lama kemudian datang bawahannya juga menghampiri dan mengenalkan diri.

Ajrun Karim, begitulah beliau mengenalkan diri tanpa menyebut jabatan yang tengah disandang. “Owh… Bapak GM PLN Babel kan?” tanya saya sambil mempersilahkan duduk di lantai alias “ngamper” (lesehan) diteras rumah.

“Injiih Pak, saya GM PLN” jawab beliau santun dan membungkukkan tubuh sebagaimana adab dan adat orang Jawa yang sangat menjunjung tinggi toto kromo. Dalam benak saya, “santun sekali orang ini, baru kali ini GM PLN Babel santun. Sebelum-sebelumnya “nauzubillah min dzalik” sikap dan adabnya”.

Sebab listrik di Pulau Bangka mengalami pemadaman bergilir sejak sebelum Ramadhan dan saya menulis dengan keras serta provokatif, kedatangan GM PLN dan Humas-nya (Herry Fernandes) adalah kesempatan saya untuk mengungkapkan secara langsung “kemarahan” terhadap PLN Babel.

Tidak hanya kritikan, masukan, tapi saya juga banyak memberikan cacian langsung dengan gaya urang Bangka yang keras. Marahkah Ajrun Karim selaku GM PLN Wilayah Babel? TIDAK. Jangankan marah, raut wajah tersinggung pun tidak tampak sama sekali. Nada bicaranya santun, lembut dan berusaha menjelaskan dengan bijak mengapa terjadi pemadaman dan bagaimana solusi yang sedang mereka lakukan. Beliau memposisikan diri bak seorang pelayan masyarakat, padahal diri adalah General Manager.

Saya pancing dengan kata-kata cacian agar Ajrun Karim emosional. Tapi dirinya tidak bergeming apalagi terpancing, beliau tetap santun dan rendah hati. Dalam benak saya kembali mengumpat: “Sial, kenapa nggak emosi juga orang ini? kan lumayan berbuka puasa hari pertama dengan pertengkaran dan emosional” sebab waktu berbuka puasa tinggal menghitung menit, lumayan bikin sejarah Ramadhan 1444 H.

Selanjutnya beliau dibawain oleh bawahannya untuk berbuka puasa di teras rumah saya, berupa nasi kotak dan kolak. Sedangkan saya, terus terang sengaja tidak mau menyiapkan buka puasa untuk mereka, saya hanya menyiapkan untuk saya saja sebab sangat kesal dengan pemadaman listrik bergilir.

Setelah itu, kita sholat Maghrib bareng dan saya persilahkan beliau menjadi Imam. Inilah awal pertemuan saya dengan Ajrun Karim, 1 Ramadhan 1444 H. Padahal sebelumnya kami sudah pernah beberapa kali jumpa dalam beberapa moment, cuma tidak saling mengenal.

Ajrun Karim, kali ini saya menulis tentang sosok pribadinya, bukan soal PLN. Artinya saya mengkritisi dan mencaci PLN bukan berarti saya benci dengan sosok pribadi seseorang atau pribadi-pribadi yang berada di PLN. Ini seringkali tak bisa dibedakan oleh banyak oknum bermental “menara gading” dilingkup BUMN. Sebagai pengkritik, bagi saya kalau pribadinya baik, maka saya harus mengatakan baik, terlepas dari jabatan yang disandang.

Kalau harus mengkritik, maka saya tetap mengkritik, kalau harus memuji pun saya harus melihat banyak sisi dulu, apakah menjadikan saya penjilat, pengaju proposal, peminta CSR sehingga saya dengan yang lain sama saja. Jangan sampai seperti sindiran Orang Arab dalam kalimat: “mislukaa katsiir” (Orang kayak kamu itu bejibun alias betambun).

Bagi saya selaku rakyat, PLN wilayah Babel masih sangat buruk dan belum memiliki antisipasi yang bagus terhadap pasokan listrik, apalagi kedaulatan kita terhadap listrik di negeri sendiri. Tapi pribadi Ajrun Karim (GM PLN) yang saya kenal, adalah sosok yang memiliki integritas dan kualitas serta kemauan yang sangat besar membangun kelistrikan di Bangka Belitung agar menjadi lebih baik.

Hari ini Jumat, sekitar jam 8 pagi, saya menerima pesan singkat dari seseorang yang mengabarkan bahwa Ajrun Karim, GM PLN Babel mendadak dipindahtugaskan ke Ibukota Jakarta. Selanjutnya saya hubungi via WA kepada Ajrun Karim apakah berita itu benar. Beliaupun menyampaikan benar.

Selanjutnya saya meminta untuk bertemu dengan beliau. Malam harinya, saya bertemu dan saya peluk beliau dengan penuh persahabatan, ucapan pertama saya sambil memeluk tubuh beliau adalah “Saya minta maaf”. Lantas saya tanyakan apakah tulisan-tulisan provokatif saya di media itu berpengaruh terhadap perpindahan ini dan kelistrikan di Bangka Belitung? Beliau menjawab: “Sangat berpengaruh, Mas”.

Pengaruh agar ada penyegaran kepemimpinan di PLN Bangka Belitung yang baru mengalami peristiwa kemaren, maupun pengaruh untuk penambahan energy dari pusat yang dipercepat agar Idul Fitri nanti peristiwa pemadaman tidak terjadi. “Saya ditelpon terus dari pusat, Mas. Tulisan-tulisan Mas dikirim ke saya oleh para atasan dan jadi rekom juga buat kita” kurang lebih itu yang beliau sampaikan.

Dalam pandangan saya, sosok Ajrun Karim memimpin PLN Bangka Belitung sangatlah baik walau hanya 5 bulan 3 hari. Ia memiliki kemauan yang sangat besar untuk membangun kelistrikan yang lebih baik di Bangka Belitung. Sayangnya, baru 5 bulan 3 hari, beliau harus dipindahtugaskan sebab “apes” yang pastinya bukan kemauan dan ulah beliau, yakni robohnya Tower di Kenten Tanjung Api-Api yang mengakibatkan pemadaman listrik di Pulau Bangka.

Namun, antisipasi yang cepat dilakukan oleh pihak PLN dibawah kepemimpinan Ajrun Karim. Siang malam, saya pantau Handphone beliau selalu aktif, WA selalu dibalas dengan santun dan beliau berusaha menyelesaikan permasalahan utama, yaitu segera selesai pemadaman listrik bergilir dengan memperbaiki (membangun tower) sementara secepatnya.

Memang tidak gampang “ngurusin” PLN, apalagi di wilayah Bangka Belitung. Sebab karakter kami masyarakat Bangka Belitung bukan lagi mengkritik, tapi mencaci karena penderitaan ini bertahun-tahun dialami. Ternyata, Ajrun Karim sangat memahami dan tidak ada satupun kalimat maupun raut wajah beliau tersinggung apalagi marah ketika hal itu beliau dapatkan.

Tentunya ini benar-benar nilai plus bagi saya pribadi yang menurut beliau adalah “orang yang paling keras yang beliau temui” selama bertugas menjadi GM PLN di Babel. “Dari Bangka Belitung ini saya banyak belajar lagi, Mas” ucap beliau merendah ketika saya mengajak beliau ngopi setelah mendengar beliau dipindahtugaskan.

Memposisikan Diri Sebagai Pelayan Masyarakat

Mengapa saya harus menulis ini? apa saya sudah jadi penjliat sebab kemaren mengkritik keras dan mencaci? Jujur, walaupun saya keras dan mengkritik, tapi saya tidak bisa menyembunyikan kekaguman saya atas keperibadian dan kepemimpinan Ajrun Karim. Yang kedua, saya belum pernah bertemu dan sebelumnya berinteraksi sesantun dan sebaik ini dengan GM PLN di Bangka Belitung. Yang ketiga, beliau sudah selesai jadi GM PLN, sehingga tidak ada kecurigaan bagi beliau dan mungkin pembaca bahwa saya ada “kenek” atau menjilat. Sebab banyak orang di negeri ini, kritis karena ada maunya. Hari ini kritis, besok ajukan proposal. Hari ini kritis, besok minta CSR, dan seterusnya.

Sebagai petinggi di BUMN, kalau bukan karena karakter diri, asuhan orangtua, tidak gampang menjadi pribadi yang tawadhu dan rendah hati, apalagi memposisikan diri sebagai pelayan masyarakat. Inilah yang membuat saya mengagumi sosok kepribadian Ajrun Karim. Kepada siapapun saya melihat beliau memposisikan diri sebagai Pelayan Kelistrikan bagi masyarakat Bangka Belitung, bukan sebagai Boss walau diri berposisi tinggi yakni General Manager.

Bahkan beliau sering menggunakan sepeda motor dan menggendong tas ransel dipunggung, bertemu dengan banyak orang, tak mengenalkan diri sebagai GM PLN. Padahal beliau difasilitasi mobil mewah, namun lebih sering menggunakan kendaraan roda 2 atau diantar oleh karyawan PLN. Beberapa kali saya bertemu beliau menggunakan sepeda motor. Sepeda motor dan tas ransel itu bagi saya menunjukkan kualitas diri, bahwa beliau adalah pekerja yang gigih dan tidak bersikap sebagai orang kantoran atau Boss yang selalu dilayani.

Persoalan listrik di Babel memang belum selesai, tapi kepribadian indah dan memposisikan diri sebagai Pelayan oleh karyawan BUMN seperti PLN ini setidaknya meminimalisir permasalahan sosial ditengah masyarakat, terlebih masyarakat Kepulauan Bangka Belitung yang notabene sudah bertahun-tahun mengalami “gerigit ati” terhadap PLN.

Saya bangga dengan Ajrun Karim yang mampu memposisikan diri sebagai Pelayan, sebab hal tersebut sangat tidak pernah saya alami secara langsung dari orang-orang BUMN.

Sekali lagi, walau hanya 5 bulan 3 hari menjabat GM PLN Babel, membangun sinergitas dengan berbagai elemen sangatlah apik. Saya harus mengatakan ini, sebab sejak zaman dulu saya belum menemukan GM PLN seperti ini dalam membangun komunikasi dan berusaha mengedepankan sinergi untuk membangun kelistrikan di Bangka Belitung.

Hampir semua orang yang saya tanyakan tentang sosok Ajrun Karim, mengatakan hal yang sama: “Pribadinya baik” itu yang saya dengar langsung dari Ustadz Fadillah Sabri (Rektor UNMUH Babel), Djohan Riduan Hasan (Pengusaha), Mikron Antariksa (ASN), Taufik (Wartawan Bangka Pos), Wirtsa Firdaus (PT. Timah), dr. Hendry Jan (RS. KIM) dan lain sebagainya.

“Saya iri dengan keperibadian Ajrun Karim” begitu ungkapan Mikron Antariksa kepada saya melalui WA. “Beliau orang baik, sebelumnya tidak ada GM PLN seperti beliau ini yang bagus dalam komunikasi dan keinginan membangun kelistrikan yang lebih baik di Bangka Belitung” ucap salah satu Tokoh Tionghua di Bangka Belitung kepada saya melalui telpon.

“Beliau sosok pemimpin yang bertanggungjawab dan berani mengambil resiko disaat keadaan kritis. Dengan kesantunannya ala orang Jawa mampu meminimalisir permasalahan yang terjadi kemaren. Bagi saya dia manager yang luar biasa, berani, bertanggungjawab dan melakukan pendekatan yang sangat bagus kepada masyarakat. Beliau memposisikan diri bukan sebagai seorang Boss, tapi sebagai pelayan rakyat. Ini benar-benar luar biasa! Secara pribadi saya berharap beliau lama di Bangka Belitung, karena saya yakin listrik Babel akan lebih baik, karena program-program yang beliau miliki sangat berkemajuan. Saya yakin itu sangat bisa dilakukan. Sebagai orangtua, senior dari sisi usia, saya bangga bisa bertemu dan berkomunikasi langsung sama beliau yang memiliki kepribadian yang baik” Fadillah Sabri (Rektor Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung) mengirim voice note ke WA saya.

Harapan besar bagi kami sebagai masyarakat Bangka Belitung, semoga progam perbaikan dan pembangunan kelistrikan di Bangka Belitung dalam konsep Available, Reliable dan Ekonomis yang beliau ungkapkan, kedepannnya menjadi kenyataan.

Sebab Reliable dan Ekonomis belum kita dapatkan sebagai masyarakat Bangka Belitung. Sedangkan bagi masyarakat Bangka Belitung, yang penting listrik nyala. Sebab sering saya katakan kepada Ajrun Karim, masyarakat secara umum tidak penting bagaimana dan siapa GM PLN, yang penting listrik nyala sebab kebutuhan terhadap listrik adalah sama dengan sembako. Pun demikian sebaliknya, Imam Masjidil Haram atau pun rohaniawan sekalipun jadi GM PLN di Babel, lantas listrik selalu byar pet, tetap bakalan dicaci maki dan disumpahin oleh masyarakat. Sebab negara tak mampu memberi listrik gratis kepada rakyat.

Terima kasih dan selamat meninggalkan Bangka Belitung Bapak Ajrun Karim. Anda orang baik dan berkpribadian santun dan tawadhu. Teruslah istiqomah menjadi orang baik. Saya bangga pernah bertemu dengan petinggi BUMN yang berjiwa pelayan masyarakat, santun, tawadhu dan membuka diri untuk membangun komunikasi kepada semua elemen masyarakat seperti Ajrun Karim. Walaupun sangat tidak yakin, saya berharap penggantinya Pak Munief mampu melanjutkan kepribadian yang baik ini. Semoga…

EDITOR: REYNA




http://www.zonasatunews.com/wp-content/uploads/2017/11/aka-printing-iklan-2.jpg></a>
</div>
<p><!--CusAds0--><!--CusAds0--></p>
<div style=