Danke: Adios General

Danke: Adios General
Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto



Oleh: Danke

Kalau saja kita sedikit cermat dalam menyikapi statements dari Bapak Letjen (Purn) Prabowo Subianto, maka, tidaklah akan merasa aneh atau kaget kalau seandainya, pada akhirnya PS menerima tawaran sebagai Cawapres. Bukan Capres !!

Beliau sudah mengindikasikan ke arah situ lebih dari setahun kebelakang.
Mungkin juga hal ini yang menyebabkan para diehard bapak tidak berteriak atau bereaksi keras atas “prank” dan batu tulis jilid 2, yang dialami PS.

Mereka nerimo. Pasrah. Asal bapak punya jabatan nantinya.

Kalau kita simak lagi wawancara di podcast DC, hampir setahun lalu. Di menit ke 45 sampai ke 47, DC bertanya :

“Kalau bapak jadi presiden, apa yang pertama kali ingin bapak rubah ?”

Mengejutkan dan menyedihkan. PS tidak menjawab apa yang akan dia rubah apabila menjadi seorang presiden. Beliau malahan menjelaskan kalau Pak Jokowi on the right track. Jokowi sudah benar memimpin bangsa ini.

Sang Jenderal yang disebut penuh strategi ini, benar -enar telah betekuk lutut secara kaffah terhadap Jokowi yang dulu disebutnya sebagai seorang Tukang Kayu.

Jadi, kalau kemarin kemarin PS wara wiri, selfi selfi bersama Jokowi. Itu bukan mau sharing of power. Namun menunjukan loyatitas tanpa batas seorang Jendral terhadap atasanya. Tentu saja dengan harapan harapan Jokowi mau mengendorse dirinya.

Jokowi berjanji. Mega memberi angin. Namun sebatas agar beliau tenang saja. Mereka tahu PS mudah dibodohi.

Jadi, Kalau PS seringkali membandingkan atau mensejajarkan dirinya dan Jokowi dengan kisah dua tokoh Jepang Hidiyosi dan Tokugawa. Itu sangat jauh dan berbeda.

Hidiyosi dan Tokogawa akhirnya bersatu demi Jepang dengan menyatukan Ide dan berbagi kekuasaan. Ada bargain of power diantara mereka. Sedangkan PS begabung ke Jokowi demi satu jabatan yang diberikan. Bukan berbagi kekuasaan dan menyatukan ide. Namun PS tunduk pada political will Jokowi. Makanya, PS meninggalkan pendukungnya. Beda dengan Tokugawa yang tetap melindungi dan mengakomodir para pendukungnya / pasukanya.

Lha kenapa harus membahas PS? Nggak bisa move on ya ?

Ini bukan sekedar soal PS. Tapi ini adalah sebuah pandangan mengenai geliat Politik dan intrik intriknya.

Bagaimana kita belajar. Seseorang yang kaya akan ide dan strategi bisa tidak berdaya dihadapan penguasa.

Betapa idealisme begitu mudah pupus. Betapa gampang motive motive berubah.

Dan betapa penguasa begitu keras berusaha agar tetap berkuasa.

Kalaulah ada sebagian argument yang mengatakan bahwa kehadiran PS di perhelatan pilpres 2024 nanti sebatas untuk memecah suara umat.
Itu mungkin ada benarnya. Toh terbukti.

Sekarang mayoritas pendukung Bapak PS adalah Siniser… Sinis dan benci terhadap Anies. Mereka tak peduli lagi prestasi Anis sebagai seorang pemimpin. Mereka tidak peduli kalau asalnya mereka ikut bangga terhadap Anies saat menghentikan beberapa Project reklamasi dan berhadapan dengan rezim Jokowi soal kebijaknya.

Pendukung PS keukeuh bilang : Anies berkhianat. Karena 2024 maju sebagai Bacapres. Dan itu cukup untuk menggali ladang kebencian terhadap Anies.

Namun mereka  (pendukung bapak) mingkem dan diam saat PS kembali dikhianti Jokowi dan Mega. Padahal PS sudah total memuja dan memuji Jokowi.

Adios General. Mungkin kini saatnya melipat seragam kebesaranmu. Masukan peti bersama semua idealismemu yang semu.

Terimakasih sudah memberi warna.

Sekarang waktunya perubahan yang significant bagi republik ini. Bukan melanjutkan menuju ambang kehancuran dan kebangkrutan.

Semoga bibit, darah dan trah pahlawan yang mengalir di dalam diri Anies Baswedan bisa menurunkan ridha Allah agar beliau bisa menyelematkan negara dan bangsa ini dari cengkraman penjajah penjajah gaya baru.

EDITOR: REYNA




http://www.zonasatunews.com/wp-content/uploads/2017/11/aka-printing-iklan-2.jpg></a>
</div>
<p><!--CusAds0--><!--CusAds0--></p>
<div style=