Ikhtiar Meraih Haji Mabrur

Ikhtiar Meraih Haji Mabrur
Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag., Guru Besar Tafsir Al-Quran UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta



Oleh: Muhammad Chirzin

 

Ibadah haji adalah evolusi manusia menuju Allah swt. Ibadah haji mengandung pertunjukan tentang Masjidil Haram, Mas’a, Arafah, Muzdalifah, dan Mina dengan simbol-simbol Ka’bah, Shafa, Marwah dan upacara kurban.

Dalam pelaksanaan haji, setiap muslim adalah aktor utamanya. Ia berperan sebagai Ibrahim, Hajar, dan Ismail. Setiap muslim yang berhaji diajak untuk berpartisipasi dalam “pertunjukan” akbar ini.

Umat manusia sedunia diseru untuk menunaikan haji karena Allah.

Umumkanlah kepada orang untuk mengerjakan haji; mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan menunggang berbagai macam unta yang kurus karena datang dari segenap penjuru dari tempat yang jauh; supaya menyaksikan manfaat yang diberikan kepada mereka, dan berdzikir menyebut nama Allah pada hari-hari yang sudah ditentukan, atas rezeki yang telah diberikan kepada mereka berupa binatang ternak. Makanlah sebagian darinya dan berikanlah untuk dimakan orang tak mampu dan orang miskin. Kemudian mereka menyelesaikan segala upacara yang sudah ditentukan, dan memenuhi segala nazar mereka, lalu berthawaf di Rumah Purba. (QS Al-Hajj/22:27-29)

Sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Jika kamu terhalang, maka sembelihlah kurban yang mudah didapat, dan janganlah mencukur kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan. Jika ada yang sakit di antara kamu, atau terdapat gangguan di kulit kepala, maka wajib ia berfidyah dengan berpuasa, bersedekah, atau menyembelih kurban, bila kamu dalam suasana aman. Siapa yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji, maka harus menyembelih kurban yang mudah didapat. Tetapi jika tak mudah diperoleh, maka ia wajib berpuasa tiga hari selama haji, dan tujuh hari setelah pulang kembali, melengkapi sepuluh hari seluruhnya. Yang demikian itu bagi mereka yang rumah tangganya tidak di sekitar Masjidil Haram. Bertakwalah kepada Allah, ketahuilah bahwa hukuman Allah keras sekali. (QS Al-Baqarah/2:196)

Allah swt telah menentukan waktu untuk menunaikan ibadah haji. Bulan-bulan yang sudah dimaklumi ialah bulan Syawal, Zulka’dah dan Zulhijah sampai hari kesepuluh atau ketigabelas.

Upacara pertama boleh dimulai sejak masuknya bulan Syawal, dengan memasuki Mekah, tetapi acara yang pokok dipusatkan pada hari kesepuluh pertama Zulhijah, terutama pada hari kedelapan, kesembilan, dan kesepuluh bulan itu, tatkala jamaah haji sudah sampai di puncak acara.

Musim haji beberapa bulan yang dimaklumi. Siapa yang sudah berniat ibadah haji selama bulan-bulan itu, jangan bercakap jorok, jangan berbuat maksiat, jangan berbantah-bantahan dalam melakukan ibadah haji. Segala perbuatan baik yang kamu lakukan niscaya Allah mengetahuinya. Dan bawalah bekal, tetapi bekal yang terbaik tingkah laku yang benar (takwa). Maka bertakwalah kepada-Ku wahai orang yang arif. Maka tidak mengapa jika kamu mencari karunia Tuhanmu selama musim haji. Bila kamu telah bertolak dari Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam, dan berdzikirlah dengan menyebut Allah sebagaimana ditunjukkan-Nya kepadamu, meskipun sebelum itu kamu termasuk golongan yang sesat. (QS Al-Baqarah/2:197-198)

Allah swt memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membangun Ka’bah Baitullah dan menjadikannya rujukan bagi seluruh makhluk dan tempat perlindungan yang damai.

Allah swt memerintahkan Nabi Ibrahim dan Ismail untuk menjaga Rumah itu; mempersiapkannya untuk mereka yang thawaf, beriktikaf dan bersujud.

Bahwa Rumah ibadah pertama yang dibangun untuk manusia ialah Baitullah yang di Mekah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semesta alam. Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, di antaranya maqam Ibrahim. Siapa yang memasukinya akan merasa aman. Mengerjakan ibadah haji ke sana merupakan kewajiban manusia kepada Allah – siapa yang mampu ke sana, tetapi siapa yang ingkar, Allah Maha Kaya dari semesta alam. (QS Ali Imran/3:96-97)

Ka’bah dinamakan bait, rumah, karena rumah adalah tempat kembali untuk beristirahat. Di sana kelelahan dan kegelisahan akan hilang atau berkurang.

Hati manusia selalu terpanggil untuk berkunjung ke sana. Ka’bah Baitullah merupakan tempat shalat, berkumpul untuk ibadah haji dan umrah. Di sana kelelahan dan kegelisahan akan hilang atau berkurang. Hati manusia selalu terpanggil untuk berkunjung ke sana.

Ingatlah, Kami jadikan Rumah itu (Baitullah) tempat berhimpun bagi sekalian manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail agar membersihkan rumah-Ku bagi mereka yang berthawaf, yang iktikaf, yang rukuk, dan yang sujud”. Dan ingatlah, Ibrahim berdoa: ”Tuhan, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman, dan berikanlah kepada penduduknya rezeki dari buah-buahan, yaitu yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Ia berfirman: “Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia ke dalam api neraka, itulah tempat kembali yang sungguh celaka”. Dan ingatlah, Ibrahim dan Ismail mengangkat dasar-dasar Baitullah bersama Ismail seraya berdoa: “Tuhan, terimalah ini dari kami, Engkaulah Maha Mendengar, Maha Tahu.” (QS Al-Baqarah/2:125-127)

Upacara pokok ibadah haji itu, pertama, mengenakan pakaian ihram dari jarak-jarak tertentu, dan peringatan untuk itu telah dipasang di semua jalan di Mekah. Sesudah itu semua larangan selama musim haji mulai berlaku, dan jamaah dengan khusuk melakukan ibadah, melaksanakan shalat, dan menjauhi segala pengaruh duniawi.

Kedua, melakukan tawaf tujuh kali mengelilingi Ka’bah yang melambangkan kegiatan, dengan mencium Hajar Aswad, lambang konsentrasi kecintaan hamba kepada Allah swt.

Ketiga, setelah melakukan shalat sebentar di Maqam Ibrahim (QS 2:125), jamaah mengerjakan sa’i ke bukit Safa dan Marwa (QS 2:158), sebagai lambang kesabaran, ketabahan, dan ketetapan hati.

Keempat, pada hari kedelapan Zulhijah jamaah haji menuju ke Mina, dan singgah di sana semalam, dilanjutkan pada hari kesembilan ke padang Arafah.

Kelima, pada hari kesepuluh yaitu hari raya Kurban. Di Mina dilakukan penyembelihan kurban serta upacara melempar jumrah yang secara simbolik melempar setan dengan tujuh batu kerikil pada hari pertama, dan dilanjutkan pada hari-hari berikutnya.

Upacara ini secara simbolik membawa arti menjauhi dan menolak segala kejahatan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Dengan demikian ibadah haji berakhir sudah, dilambangkan dengan mencukur rambut kepala bagi laki-laki dan menggunting sedikit rambut kepala bagi perempuan, dan mengenakan kembali pakaian biasa.

Thawaf adalah rukun haji yang dilakukan dengan berjalan berputar mengelilingi Ka’bah tujuh kali, diawali dari sudut Hajar Aswad dan diakhiri pada tempat yang sama.

Thawaf mengandung makna menyatukan kehendak diri dengan kehendak Ilahi.

Orang yang berthawaf niscaya memetik hikmah untuk meningkatkan kualitas diri dan pendekatan kepada Allah swt.

Dalam thawaf seseorang meleburkan dirinya dalam hadirat Ilahi, menghadirkan perasaan ta’zhim, cemas, harap dan cinta kepada Allah.

Berjalan mengelilingi Ka’bah sekaligus menawafkan hati, pikiran, dan perasaan dalam dzikir dengan jantung hati pada posisi dekat Ka’bah.

Padang Arafah, selain tempat berkumpul seribu satu etnis, juga tempat air mata tumpah bersamaan.

Jamaah haji menunaikan shalat zhuhur dan ashar berjama’ah secara jamak taqdim dan qashar, memperbanyak membaca talbiyah, shalawat, doa, istighfar, dzikir, mengadukan segala keluh kesah, memohon ampunan, dan pertolongan dengan khusyuk serta tawadhu menghadap ke arah Ka’bah.

Pakaian ihram yang seragam meniadakan perbedaan kelas dan budaya. Yang kaya dan miskin berkumpul bersama. Pakaian ihram sama demokratisnya dengan kain kafan.

Ibadah haji adalah langkah maju “pembebasan diri” dari penghambaan kepada tuhan-tuhan palsu, menuju penghambaan kepada Tuhan Yang Sejati.

Di Tanah Suci, para haji menghindari fanatisme (kesewenang-wenangan terselubung), maupun ekstremisme (kebodohan berganda).

Haji yang mabrur patut menjadi teladan dalam ketulusan, kesederhanaan, kesabaran, kesungguhan, kepedulian, kesetiaan, kasih sayang, dan cinta.

Haji mabrur niscaya amanah, ringan tangan, berkata dan berbuat jujur, ramah, tabah, tawakal, suka musyawarah, dan berhias akhlaqul karimah.

Haji mabrur selalu menjaga dan menjalin ukhuwah sesama muslim tanpa membeda-bedakan latar belakang kelompok, partai, dan organisasi, suka bersilaturahmi, beradab dengan tatarama dan budi pekerti Islami.

Kehadiran handphone di Tanah Suci mempermudah komunikasi dan kordinasi antarjamaah, antara jamaah dan pembimbing, antara jamaah dengan sanak saudara di tanah air, maupun sesama petugas.

Labbaikallahumma labbaik… Labbaika la syarikalaka labbaik… Innalhamda wanni’mata laka walmulka la syarika laka…

EDITOR: REYNA




http://www.zonasatunews.com/wp-content/uploads/2017/11/aka-printing-iklan-2.jpg></a>
</div>
<p><!--CusAds0--><!--CusAds0--></p>
<div style=