Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Media internasional terutama media barat menayangkan berita yang mengejutkan dimana para pemimpin Eropa/NATO panik setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump tiba-tiba saja melakukan percakapan telpon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin membicarakan penghentian perang yang sedang berlangsung di negara Ukraina saat ini.
Wajar para pemimpin Eropa sekutu utama Amerika Serikat itu panik karena selama ini mereka patuh pada “perintah” Amerika Serikat untuk membela mati-matian Ukaraina dalam melawan Rusia dengan memberikan bantuan uang dan peralatan militer canggih ke Ukraina yang bernilai milyaran dolar, juga “membebek” Amerika Serikat untuk menerapkan sanksi-sanksi ekonomi kepada Rusia terutama tidak membeli minyak dan gas dari Rusia dengan maksud melemahkan kekuatan ekonomi dan militer Rusia. Padahal sanksi ekonom yang diterapkan negara-negara Eropa (bersama AS dibawah kepemimpinan Joe Biden) menjadi kebijakan boomerang – yakni malah melemahkan ekonomi negara-negara Eropa, sementara ekonomi Rusia malah menguat. Bagi AS dan sekutunya negara-negara Eropa itu Ukraina harus terus berperang melawan Rusia (meskipun Ukraina secara militer kalah, lebih dari 600.000 tentaranya mati, ratusan ribu lainnya cacat dan lebih dari 1-2 juta warganya melarikan diri kenegara-negara lain).
Dengan pengorbanan yang besar dari pihak Eropa dan Ukraina itu (karena harus mengikuti apa yang diinginkan AS), tiba-tiba Presiden AS Donald Trump melakukan telpun perdamaian dengan Rusia. Bahkan Trump membela keputusan Rusia untuk menyerbu Ukraina pada Februari 2022 lalu dan meng-iyakan alasan Rusia menyerbu Ukraina karena Eropa berjanji memasukkan Ukraina menjadi anggota NATO dimana bagi Rusia hal itu menjadi ancaman langsung keamanan disebabkan secara geografi Ukraina itu berada didekat Rusia.
Trump secara mengejutkan mengatakan keanggotaan NATO Ukraina “tidak praktis” dan pengembalian wilayah yang diduduki Rusia ke Kyiv adalah “ilusi”. Perlu diketahui sampai saat ini tentara Rusia sudah menguasai lebih dari 20% wilayah timur – selatan Ukraina (dan sampai saya menulis artikel ini tentara-tentara Rusia terus membombardir dan merebut wilayah-wilayah Ukraina lainnya).
Pernyataan Trump itu ditekankan lagi oleh Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth yang mengatakan kembalinya ke perbatasan Ukraina pra-2014 tidak realistis dan pemerintahan Trump tidak melihat keanggotaan NATO untuk Kyiv sebagai bagian dari solusi perang yang dipicu oleh invasi Rusia. Berbicara pada pertemuan sekutu militer Ukraina di markas besar NATO di Brussels pada hari Rabu, Hegseth menyampaikan pernyataan publik yang paling jelas dan paling blak-blakan sejauh ini tentang pendekatan pemerintahan baru AS terhadap perang yang hampir berusia tiga tahun.
Presiden Trump juga menyetujui permintaan Putin bahwa harus ada pemilihan presiden di Ukraina segera karena masa jabatan Presiden Zelensky sudah habis dan karena itu dia tidak berhak untuk menandatangani perjanjian perdamaian dengan Rusia. Putin berkali-kali mengatakan bahwa Rusia tidak akan mau berunding dengan Presiden Ukraina yang tidak syah/legitimate.
Para pemimpin Eropa dan NATO memang panik karena adanya perubahan kebijakan antara Moskow dan Washington yang begitu cepat dan drastis berdasarkan pembicaraan telepon Presiden Donald Trump dengan Putin, yang tiba-tiba mengakhiri upaya tiga tahun yang dipimpin AS untuk mengisolasi pemimpin Rusia atas Ukraina. Mereka juga terkejut dan panik karena Amerika Serikat sebagai sekutu dan anggota NATO yang utama melakukan perundingan dengan Rusia tanpa memberitahu mereka terlebih dahulu. Para pemimpin Eropa/NATO itu merasa ditinggal oleh AS.
Presiden Donald Trump sejak kampanye Pilpres tahun lalu selalu mengkritik kebijakan Presiden terdahulu Joe Biden yang menggelontorkan milyaran dolar dari pembayar pajak AS ke negara Ukraina yang berperang melawan Rusia dengan mengatakan kenapa AS ikut-ikut campur perang di negara lain yang jauh secara geografi dengan AS dan tidak ada hubungannya dengan kepentingan AS. Trump menyeru seharusnya Amerika Serikat harus fokus membangun negerinya dan mensejahterakan rakyat AS sendiri. Trump menuduh bahwa Joe Biden lah yang menyebabkan adanya peperangan di Ukraina itu.
Dunia menunggu bagaimana kelanjutan manuver politik Trump ini dimana dia mengatakan didepan media bahwa dia akan bertemu empat mata dengan Putin membicarakan perdamaian di Ukraina di Saudi Arabia.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Skripsi dari Masa Depan, Dosen dari Dunia Khayal
Perumahan MBR, MBG dan Hilirisasi, Mengapa Pengusaha TerCuan di RI Belum Berkontribusi?
Jilal Mardhani: Prabowo (Bagian 1)
Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (46) : Revisi UU TNI tidak bertujuan untuk membangkitkan militerisme
Sekolah Rakyat Untuk Anak-Anak Miskin
Tanda dan Tidak Ada Kebetulan: Menyadari Campur Tangan Allah dalam Hidup Kita
Guncangan Ekonomi Memang Akan Terjadi
Dari Manusia Gelap Menuju Manusia Terang Benderang: Salah, Islah, Aslah, Maslahah
Militerisme di Indonesia
Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (45): Turun ke Lapangan Pastikan Kelancaran Pasokan dan Mudik Lebaran
No Responses