ZONASATUNEWS.COM–Efektivitas vaksin buatan China untuk menahan laju virus corona dipertanyakan. Sejumlah negara di dunia yang menggunakan vaksin buatan China kini bergulat dengan gelombang baru COVID-19.
Mongolia adalah salah satu di antaranya. Pemerintah setempat bahkan sudah berjanji pada rakyatnya Musim Panas 2021 Mongolia bebas COVID-19. Negeri ini pun menggantungkan harapan pada vaksin China.
Selain Mongolia, negara lain yang memilih untuk berharap penuh pada keampuhan vaksin China di antaranya Bahrain, Chile serta negara kecil di Samudera Hindia, Seychelles.
Namun, harapan tersebut perlahan pudar. Alih-alih bebas virus corona, kini mereka malah harus kembali putar otak bagaimana mengalahkan wabah COVID-19 kian memburuk.
Menurut survei yang dirilis media The New York Times (NYT) empat negara itu masuk ke dalam 10 besar negara dengan wabah corona terburuk sepekan terakhir. Baik Bahrain, Mongolia, Chile, dan Seychelles diketahui memberikan warganya vaksin dua produsen China: Sinopharm dan Sinovac.
Bahrain
Bahrain memulai vaksinasi sejak awal 2021. Negara Timur Tengah ini memutuskan untuk menyuntikkan vaksin buatan China, Sinopharm ke warganya.
Sejak saat itu, Bahrain sudah memberikan 1,8 juta lebih dosis vaksin kepada warganya. Dari data kependudukan yang dirilis pada 2019 populasi Bahrain sebanyak 1,6 juta. Artinya 100 persen warga Bahrain sudah menerima setidaknya satu dosis vaksin.
Sedangkan, warga yang mendapat dosis penuh vaksin mencapai 921 ribu atau 56,1 persen. Mayoritas warga Bahrain disuntik Sinopharm.
Meski vaksinasi tinggi, pada Mei lalu Bahrain berhadapan dengan gelombang baru COVID-19. Pada puncaknya, yaitu 31 Mei 2021, 3000 lebih kasus COVID-19 muncul di Bahrain.
Awal Juni 2021, otoritas kesehatan Bahrain menawarkan warga yang sudah disuntik dua dosis vaksin untuk menerima dosis vaksin tambahan dari Pfizer.
Dosis vaksin tambahan direkomendasikan kepada warga berusia 50 tahun, atau yang sistem imun rendah.
Kondisi pandemi COVID-19 di Bahrain kini mulai membaik. Sejak pertengahan Juni penambahan kasus COVID-19 di Bahrain stabil di angka tiga digit.
Mongolia
Vaksinasi dengan Vaksin China, Pandemi Corona di 4 Negara Ini Malah Memburuk (4)
Sampai jelang akhir 2020 Mongolia berhasil menahan laju penyebaran virus corona. Namun, saat Musim Dingin tiba di akhir tahun lalu virus corona begitu mewabah di Mongolia.
Pemerintah setempat bergerak cepat. Mereka berhasil mengamankan vaksin dari dua negara tetangga, China dan Rusia.
China lalu menjadi negara pemasok vaksin terbesar di Mongolia. Negeri Tirai Bambu memberikan Mongolia vaksin Sinopharm. Maret sampai April 2021 menjadi fase awal vaksinasi massal di Mongolia.
Per 24 Juni 2021, Mongolia memberikan 3,63 juta vaksin COVID-19 ke warganya. Jumlah warga yang sudah divaksin penuh mencapai 1,71 juta atau 53 persen dari populasi.
Sinopharm menjadi vaksin paling banyak dipakai di Mongolia. Setelah vaksinasi Mongolia malah menghadapi fakta pahit: COVID-19 makin melonjak.
Sejak April hingga awal Juni, penambahan stabil di angka ribuan. Kenaikan kasus sampai 99 persen bahkan terjadi pada 21 Juni 2021.
Kini ada 98.050 kasus virus corona di Mongolia. Sebanyak 459 di antaranya meninggal dunia.
Warga Mongolia mulai meragukan efektivitas vaksin China. Salah satunya adalah Otgonjargal Baatar. Saat diwawancarai NYT, Bataar mengaku sudah menerima dosis penuh vaksin Sinopharm. Namun, sebulan sesudah disuntik, Baatar malah terinfeksi COVID-19.
“Warga diyakinkan jika sudah divaksin pada Musim Panas ini kami bebas COVID-19. Namun, semua berubah dan itu tak benar,” ujar Bataar.
Seychelles
Januari 2021, Seychelles memulai vaksinasi COVID-19 secara massal. Salah satu negara dengan GDP tertinggi di Afrika itu memakai vaksin buatan China, Sinopharm.
Saat ini sudah 138 ribu dosis vaksin corona diberikan ke warga Seychelles. Sebanyak 67.016 orang atau 68,6 persen warga sudah divaksin dosis penuh.
Seychelles pun mendapat predikat terhormat: negara dengan vaksinasi tercepat dunia. Bahkan kecepatan vaksinasi Seychelles mengalahkan negara-negara besar dunia.
Vaksinasi Sinopharm nyatanya bukan jaminan negara itu bebas COVID-19. Pada Mei 2021, kasus melonjak. Pada puncaknya dalam 24 jam muncul ribuan penularan baru. Pemerintah Seychelles akhirnya memberlakukan lockdown.
Pada 21 Juni 2021, pemerintah setempat lewat kantor berita Seychelles News Agency mengumumkan akan mendapat vaksin Pfizer hibah dari Presiden AS Joe Biden.
Meski demikian, Pemerintah Seychelles belum memutuskan apakah Pfizer bakal digunakan sebagai vaksin tambahan atau pemberian dosis kedua saja.
Chile
Awal 2021 Pemerintah Chile mengumumkan memulai vaksinasi massal. Mereka memakai vaksin asal China, Sinovac pada fase satu.
Sampai saat ini sudah 21,4 juta warga yang diberi vaksin COVID-19. Sebanyak 9,56 juta atau 50,4 persen telah mendapat dosis penuh. Warga Chile mayoritas disuntik vaksin Sinovac.
Chile juga masuk kelompok elite negara dengan vaksinasi tercepat di dunia. Cepat nyatanya bukan berarti ampuh.
Data yang dirilis Worldometers, penambahan kasus COVID-19 di Chile stabil di angka di atas 5000 jiwa.
Presiden Chile kini tengah mempertimbangkan pemberian dosis ketiga demi menahan laju penularan COVID-19. Kendati demikian, belum ditentukan vaksin apa yang bakal dipakai untuk dosis tambahan.
Indonesia
Sejak awal Januari vaksin Sinovac muali disuntikkan kepada masyarakat Indonesia. Dalam kurun waktu 6 bulan penyuntikan Sinovac-Coronavac semakin meluas. Sebagian besar penerima vaksin telah mendapatkan dosis kedua.
Ditengah upaya memperluas penggunaan vaksin ini, tanggal 25 Juli 2021 muncul hasil peneltiian di situs ilmu kesehatan medRxiv mengemukakan bahwa terjadi penurunan antibodi diabwah ambang batas sekitar enam bulan setelah dosis kedua.
Apa yang terjadi? Beberapa media bahkan menyebut pada pertengahan Juli 2021 Indonesia menjadi episentrum atau pusat penularan Covid-19 dunia.
Dalam artikel berjudul The Pandemic Has a New Epicenter: Indonesia, surat kabar Amerika Serikat, The New York Times melaporkan peningkatan infeksi Covid-19 dan kematian harian Indonesia pada medium Juli 2921 telah melebihi India dan Brasil.
Indonesia pernah mencatat lebih dari 50.000 kasus Covid harian dalam 4 hari berturut-turut.
EmitenNews.com melaporkan kasus positif virus corona bertambah 51.952, Sabtu (17/7/2021). Itu berarti sudah empat hari berturut-turut, penambahan penderita infeksi virus Corona penyebab coronavirus disease 2019 (Covid-19) di atas 50 ribu orang.
Banyak warga negara asing seperti Jepang, Taiwan, Vietnam, China, AS, dan lainnya memilih meninggalkan Indonesia demi memperoleh keamanan kesehatan.
Menjawab kondisi tersebut Pemerintah merancang skenario Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Pulau Jawa-Bali.
Karena belum memberikan hasil baik, PPKM diperpanjang dengan istilah baru. Tidak memakai istilah Darurat lagi, tetapi menggunakan istilah PPKM Level 1-4.
Ditolak Saudi
Yang menyedihkan, penerima vaksinasi Sinovac ditolak Saudi Arabia. Jamaah haji dan umroh Indonesia mengalami kesulitan untuk bisa pergi beribadah. Karena mereka semua memakai vaksin Sinovac.
Arab Saudi dikabarkan hanya akan menerima calon jamaah haji yang telah disuntik vaksin Covid-19 buatan Pfizer, Moderna, Johnson & Johnson, dan AstraZeneca.
EDITOR : SETYANEGARA
Related Posts

Kedaulatan Kompor – Martabat Negara: Orkestrasi Bauran Energi Dapur Rakyat: LPG, DME, Jargas & CNGR

Mengapa OTT Kepala Daerah Tak Pernah Usai?

Sedikit Catatan Pasca Pemeriksaan di Polda Metro Jaya (PMJ) Kemarin

Operasi Garis Dalam Jokowi: Ketika Kekuasaan Tidak Rela Pensiun

Jejak Kekuatan Riza Chalid: Mengapa Tersangka “Godfather Migas” Itu Masih Sulit Ditangkap?

Penjara Bukan Tempat Para Aktifis

FTA Mengaku Kecewa Dengan Komposisi Komite Reformasi Yang Tidak Seimbang

Keadaan Seperti Api Dalam Sekam.

Ach. Sayuti: Soeharto Layak Sebagai Pahlawan Nasional Berkat Jasa Besarnya Dalam Fondasi Pembangunan Bangsa

SPPG POLRI Lebih Baik Dibanding Yang Lain Sehingga Diminati Sekolah



No Responses