SIBOLGA – Sebuah video amatir dari wilayah Sibolga–Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara, mendadak mengguncang Indonesia.
Dalam rekaman yang viral itu, terlihat seorang warga terdampak banjir menangis sambil mengaku terpaksa mengambil tiga bungkus mie instan, air mineral, dan makanan ringan dari sebuah minimarket.
“Saya minta maaf, saya ambil untuk anak saya makan. Nanti kalau sudah kerja, nanti saya bayar,” ujarnya lirih dalam video yang kini menyebar di berbagai platform sosial.
Video tersebut direkam pada puncak krisis banjir dan longsor yang melanda Sibolga Tapteng sejak akhir November 2025.
Bencana besar itu memutus akses jalan, merusak jembatan, menenggelamkan rumah, dan memutus pasokan logistik.
Banyak warga terjebak di rumah mereka tanpa makanan, tanpa listrik, bahkan tanpa akses membeli kebutuhan pokok.
Beberapa media lokal melaporkan bahwa warga di sejumlah titik sudah lima hari bertahan tanpa suplai bantuan makanan.
Akses menuju desa-desa di Tapteng tertutup lumpur serta material longsor, membuat distribusi logistik berjalan sangat lambat.
Situasi ini memicu kepanikan dan kelaparan yang makin membesar.
Kondisi itulah yang terekam jelas dalam video viral tersebut. Rak-rak minimarket tampak kosong, kursi berserakan
Dan warga masuk secara terbuka dengan tujuan sama mencari bahan makanan apa pun yang masih tersisa.
Tidak ada kesan kriminal terorganisir; yang terlihat hanyalah keluarga yang berusaha menyelamatkan diri dari kelaparan ekstrem.
Dalam rekaman lain, seorang pria terdengar mengatakan
“Kami tunggu bantuan dari hari pertama, tapi tidak datang-datang. Cemana orang di sini? Sudah lapar semua.”
Suara itu kemudian tenggelam oleh teriakan warga yang berdesakan mencari makanan instan.
Aksi penjarahan serupa tidak hanya terjadi di satu lokasi.
Sejumlah laporan menyebut peristiwa yang sama muncul di wilayah Sarudik, Tapteng, dan beberapa minimarket lain.
Meski begitu, motifnya tetap sama bertahan hidup.
Banyak warga yang mengatakan bahwa mereka hanya mengambil mie dan air untuk makan sehari, bukan untuk dijual atau ditimbun.
Aparat kepolisian setempat membenarkan adanya kejadian penjarahan di beberapa titik.
Namun sejumlah tokoh masyarakat meminta agar peristiwa itu tidak langsung dipandang sebagai kejahatan, melainkan sebagai indikator darurat kemanusiaan.
Minimnya bantuan, sulitnya akses logistik, dan kerusakan infrastruktur membuat warga tidak punya pilihan lain selain mengambil apa pun yang bisa dimakan.
Kini, bantuan memang mulai berdatangan dan sebagian kawasan sudah menerima suplai makanan serta selimut dan obat-obatan.
Namun video warga menangis sambil meminta maaf karena mengambil tiga bungkus mie telah telanjur menjadi simbol tragis dari kelaparan dan ketidakberdayaan.
Peristiwa ini mengingatkan bahwa bencana bukan hanya tentang air bah dan longsor, tetapi juga tentang manusia yang kehilangan akses terhadap makanan.
Dan ketika perut anak menangis, pilihan moral seseorang bisa berubah menjadi keputusan ekstrem sebuah keputusan yang terekam jelas dan menjadi viral di seluruh negeri
EDITOR: REYNA
Related Posts

Asosiasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Sampaikan Duka Mendalam Atas Banjir dan Lonsor di Aceh, Sumut, dan Sumbar

Tim Penjaringan dan Penyaringan Tetapkan Muhammad Nabil Calon Tunggal Bacaketum KONI Jatim

Korban banjir di Indonesia mengumpulkan puing-puing rumah dan mata pencaharian yang hanyut

Pengawasan Bandara Morowali Dipertanyakan, Para Tokoh Desak Pemerintah Tegakkan Kedaulatan Negara

Banjir Utara Sumatera, Hanura Minta Pemerintah Tetapkan Status Bencana Nasional

Satu juta orang dievakuasi di Indonesia karena jumlah korban tewas akibat banjir melampaui 600

Kubu Alumni UGM Tantang Andi Aswan, Minta Salinan Ijazah Jokowi Dibawa Ke PN Solo

Jokowi dan LBP Tiba Saatnya Akan Ditangkap Rakyat

Beda Pendapat Rektor UGM vs AI, Faizal Assegaf: Yang Jujur Robot Atau Manusia?

Bantuan Terlambat Datang, Warga Tapanuli Jarah Supermarket


No Responses