Serial Wali Paidi (Bab 4): Periode Kewalian, Episode 11: Brankas

Serial Wali Paidi (Bab 4): Periode Kewalian, Episode 11: Brankas
Gambar ilustrasi Pondok Pesantren

Ditulis Ulang Oleh: Ir HM Djamil, MT

 

Matahari pagi sudah mencapai dua tombak, di lapak wali Paidi sudah ada orang yang mencoba bau minyak wangi yang dia dagangkan, ada seorang anak muda berkopiyah menghampiri wali Paidi seraya mencium tangan beliau:

“Saya diutus Gus Shodiq untuk njemput panjenengan pak Paidi, kalau bisa sekarang..”.. kata anak muda itu tanpa basa-basi.

“Bagaimana ba.. cocok.. yang itu namanya BVLGARI … satu cc nya 7 rb.. panjenengan kalau pakai minyak itu berpapasan dengan siapapun pasti noleh..”… ujar wali Paidi tangannya memberi isyarat pada anak muda itu agar tidak memotong pembicaraan transaksi dengan konsumennya.

“Ndak.. yang ini aja mas..”… kata calon pembeli sambil menunjukan sebotol minyak 10 cc an yang dipilihnya.

“0oh..itu itu JOVAN … agak murah… 50 rb per botol itu..”… jawab wali Paidi, pembeli itu mengangguk dan menyodorkan uang biru 50 ribuan seraya berkata, “saya beli yaa mas..” 

“Oh.. iya .. saya jual pak”.. sahut wali paidi sambil menerima selembar uang biru.

“Ada musibah apa Gus Shodiq kok minta datang sekarang?” tanya wali Paidi pada utusan Gus Shodiq.

“Saya kurang tahu mas… pokoknya sampeyan diminta datang segera… makanya saya dibawai mobil untuk jemput sampeyan sekarang.”

Karuan saja wali Paidi segera meringkes uang yang ada di laci lapaknya ternyata hanya dua lembar, dan tanpa menghitung dulu langsung ia masukkan dalam saku, kemudian ia menutupkan kain pada dagangannya seranya berkata, “ayo mas kita pergi sekarang… paling Gus Shodiq butuh ini..” ujar wali Paidi sambil menunjukkan sebotol 100 cc minyak BVLGARI pada penjemputnya.

Gus Shodiq adalah adik Kyai Mursyid, dia memang diwarisi toko garmen yang lumayan besar di kota itu, sekarang dia juga membuka lapak Perhiasan di dalam tokonya.

BACA JUGA:

Sedang Kyai Mursyid diwarisi toko onderdil & asesoris mobil dan sepeda motor yang sekarang bertambah luas dengan dibukanya service mobil & motor, toko Kyai Mursyid ini berada di seberang jalan toko Gus Shodiq agak kesebelah kanan.

Setelah mengucapkan salam wali Paidi langsung duduk di kursi tamu meja direktur yang mana Gus Shodiq sudah menunggunya.

“Ini saya bawakan pesanan sampeyan..”.. kata wali Paidi sambil meletakkan botol BVLGARI di atas meja.

“Bukan itu yang kumaksud Kang… ini lho lemari besi baru kok ndak bisa dibuka… padahal masih baru.. sudah kucoba dengan code-code nomernya, padahal kemarin-kemarin ndak ada masalah”… tukas Gus Shodiq sambil menunjuk lemari besi yang ada di pojok ruangan.

“Lho.. kok nggak manggil tukang… atau complain ke agen pabriknya ?” 

“Sampeyan ini gimana toh… tukang mbuka lemari besi itu namanya bandit… sekarang dia buka… lain hari dia bobol.. ayolah tolong Kang Paidi… di dalam situ ada beberapa perhiasan emas dan duit cukup untuk umroh sepuluh orang Kang,”.. rengek Gus Shodiq sambil menarik tangan wali Paidi.

Tak urung wali Paidi mendekat dan dengan mengucapkan Bismillahirrohmanirrohim yang agak dikeraskan dia menarik pintu lemari besi itu.

“Lho.. ndak dikunci begini… kok sampeyan ndak bisa mbuka… sampeyan belum mandi junub mungkin..”

Gus Shodiq memandang dengan temenggengen, padahal tadi dia telah menarik pintu itu dengan keras tetap tak bisa mbuka, benar dalam lemari besi itu ada setumpuk sertifikat tanah, ada beberapa bendel uang dolar Singapura dan juga barang-barang berharga lainnya.

“Gus… ngapain sampeyan nyimpen uang dan barang-barang itu di lemari buatan manusia?… kalau Allah tidak menghendaki barang-barang itu dititipkan ke sampeyan… kan gampang Allah memindahkannya ke tempat lain… wong Jin aja bisa mindah istana kok.” 

“Astaghfirullah….astaghfirullah… astaghfirullah… laahaula wa laa quwwata illaa billaah..,”… Gus Shodiq mengulang ulang kalimat itu entah berapa kali.

“Anu…Kang saya masih ragu menyimpan duit di Bank.. menurut abah.. katanya haram,”… tambah Gus Shodiq ber argument…

“Harta itu jangan disimpan di dunia, sebaiknya disimpan di akhirat,” kata wali Paidi.

“Sampeyan itu kayak Kang Mursyid… Dia sekarang hanya ngurus Pondok… sedang saya disuruh ngurus dunia, itu toko Onderdil dan Bengkelnya itu diurus oleh santrinya dan saya suruh ngawasi dan mbimbing mereka… Mbimbing dan memanage orang itu ada mangkelnya, ada marahnya, ada su’udzonnya… semua itu nyerempet nyerempet dosa… nanti kalau saya ngeluh… bilangnya sabar… sabar… innalloha ma’a sshhoobirin,” jawab Gus Shodiq Panjang.

“Kang Mursyid itu ibarat berpuasa di kala ndak punya makanan, sedang sampeyan ibarat berpuasa di kala berlimpah makanan, jadi insya Alloh ganjarannya banyak sampeyan Gus… makanya bener Kang Mursyid… sampeyan yang sabar,” kata wali Paidi.

“Dia pinginnya sobo masjid mbagi-mbagi amalan, saya disuruh sobo pasar yang banyak syetannya… tapi karena kalah tua… ya harus saya lakoni Kang… Omah genteng disaponi, abot enteng dilakoni,” kata Gus Shodiq.

Wali Paidi tersenyum mendengar keluhan Gus Shodiq.

“Minyak wangi ini jadi ditinggal sini kan Gus..,” kata wali Paidi mengalihkan persoalan.

“Lho… iya taruh di situ saja..”… sahut Gus Shodiq sambil terus meringkesi dan memindah barang-barangnya dari lemari besi ke laci mejanya yang memang cukup besar, dan,

“Kang.. ini mbayar minyak wanginya… ndak apa-apa Kang saya inginnya mbayar segitu.. mohon diterima dengan ikhlas,”… kata Gus Shodiq sambil menyerahkan satu lembar seratus dolar Singapura.

“Di sini dulu Kang.. kita ngobrol-ngobrol dulu..sudah saya pesankan soto dari depan sana.. ini kalau nurut saya lebih enak dari soto Madura di Surabaya”.

Wali Paidi duduk di depan meja sambil mengamati selembar dolarnya sedang Gus Shodiq sibuk telepon entah kemana saja, kadang bernada agak marah ketika tampaknya mengkomplain agen lemari besi, dan kadang tertawa-tawa senang.

Agak lama Gus Shodiq tilpun-tilpun dan membiarkan wali Paidi sampai pintu diketuk oleh karyawannya membawa masuk dua mangkuk soto.

“Hei… buatkan kopi sama air putih.. untuk kyai saya ini,”… kata Gus Shodiq pada orang yang mbawa soto yang tak lain adalah yang njemput wali Paidi tadi, sambil tetap memegang gagang tilpun.

Kontan setelah menyediakan makanan dan minuman untuk Boss nya, karyawan menghampiri wali Paidi, mencium tangan wali Paidi sambil minta maaf bahwa tadi kurang sopan.

“Makanya ente kalau hormat orang jangan dilihat dhohirnya… yang ihlas… paling ente kalau di luar sana ngerasani ane ya,” komen Gus Shodiq… “Endak Gus… Sumpah,”..reaksi karyawan itu serius.

Gus Shodiq tersenyum setengah tertawa sambil tangannya mengisyarat mengusir karyawan tadi dari ruangan Direksi.

Setelah makan dan Sholat dhuhur berjama’ah berdua yang mana wali Paidi makmum di ruangan itu, wali Paidi mohon pamit namun Gus Shodiq mencegahnya karena dia ingin mengantarkan wali Paidi sendiri dengan mobil Pajeronya yang baru.

“Kang.. barang-barang ini akan saya simpan di Pegadaian Negeri… hitung-hitung lebih baik kita berbagi rejeki dengan menyimpan barang-barang ini di Pegadaian… kalau niatnya begitu kan tidak riba,”… kata gus Shodiq.

“Yaa terserah disimpan di mana yang penting harta itu harus bermanfaat bagi orang banyak, untuk dagang untuk beli saham, asal jangan nganggur… menurut saya barang yang tak dimanfaatkan itu mubadzir… dan orang yang berbuat mubadzir itu kawannya Setan,” kata wali Paidi enteng.

Mungkin petuah wali Paidi membuat kuping Gus Shodiq geringgingen, maka ia segera berdiri seraya mengambil kunci mobil.

“Saya antar pakai mobil ini Kang… belum seminggu saya ambil dari dealer.. sampeyan kalau naik ini ndak bisa ngantuk… harganya mahal tapi atosnya seperti naik kuda,” kata Gus Shodiq sambil memasukkan bendelan uang dolarnya yang telah dibungkus plastic ke dalam Kulkas. Mungkin dengan menyimpan uang itu dalam Kulkas, nanti uang itu akan menjadi ‘Uang Dingin’.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K

3 Responses

  1. สล็อตแตกง่ายไม่มีขั้นต่ำDecember 15, 2024 at 5:37 pm

    … [Trackback]

    […] Here you will find 30634 more Information on that Topic: zonasatunews.com/religi/serial-wali-paidi-bab-4-periode-kewalian-episode-10-brankas/ […]

  2. šeitJanuary 28, 2025 at 5:11 am

    … [Trackback]

    […] Find More on that Topic: zonasatunews.com/religi/serial-wali-paidi-bab-4-periode-kewalian-episode-10-brankas/ […]

  3. save moneyFebruary 5, 2025 at 8:59 am

    … [Trackback]

    […] Find More on that Topic: zonasatunews.com/religi/serial-wali-paidi-bab-4-periode-kewalian-episode-10-brankas/ […]

Leave a Reply