Ditulis Ulang Oleh: Ir HM Djamil, MT
Bulan Agustus walaupun wali Paidi sering dilibatkan dalam Kepanitiaan Agustusan di kampungnya utamanya untuk Pertandingan atau Pemainan anak anak, namun wali Paidi masih harus juga kunjung Pondok Kyai Mursyid dengan tujuan yang sama. Walaupun wali Paidi di pondok itu sudah tidak pantas lagi disebut santri, tapi Kyai Mursyid tetap memerlukan keahliannya untuk permainan-permainan khas pondok karena belum ada yang menggantikan; kedudukan wali Paidi dalam kepanitiaan Agustusan pondok sebagai Sie Keselamatan dan Kesehatan. Sebenarnya wali Paidi telah menurunkan beberapa ilmu itu ke santri-santri senior utamanya pada mereka yang sudah disebut ustadz. Namun tetap saja bila mereka lulus, mereka lebih senang hidup dan mengamalkan ilmu di masyarakat umum dari pada mengabdi di Pondok, jadi tetap belum ada penggantinya.
Kegiatan ekstra kulikuler di pondok ini memang cukup banyak dan menyenangkan, selain ilmu ketrampilan seperti montir, pertukangan kayu dan batu, koperasi, potong rambut dan menjahit, juga diajar kan ilmu permainan seperti permainan adu tongkat yang sering dilakukan oleh santri-santri senior, dan banyak lagi permainan lain. Permainan adu tongkat adalah permainan illegal yang tidak diajarkan secara khusus tapi tertularkan dari santri ke santri, jadi walaupun dilarang tetap aja ada santri yang mempelajari dan memainkannya walaupun sembunyi-sembunyi.
Permainan lainnya yang lebih legal dan direkomendasi, utamanya untuk kegiatan Agustusan adalah permainan Sepak bola api dan Voli Bola Kelapa hijau. Sepak bola api, bolanya terbuat dari semacam batu-bata yang dibuat khusus kemudian bola bata ini direndam dalam minyak tanah, pada saat digunakan bola dinyalakan dan permainan seperti permainan sepak bola biasa hanya bolanya dari batu-bata yang menyala-nyala. Tentu saja permainan ini asyik dimainkan di malam hari di lapangan terbuka dengan tanda-tanda sudut dan goal-palnya dari oncor. Bola batu bata ini terkadangdigating dengan kelapa kosong yaitu kelapa kering yang masih bersabut tapi air da nisi kelapa sudah dikeluarkan.
Voli Bola Kelapa hijau biasanya dimainkan sore hari setelah ashar, permainan ini seperti permainan Voli biasa hanya saja sebagai bolanya adalah Kelapa hijau yang baru dipetik. Karena ini permainan yang tidak umum maka penontonnya tidak dari masyarakat luar pondok, sedang Pemainnya adalah khusus untuk santri-santri pondok dan Alumni Pondok yang berminat. Para pemain dari masing masing Group yang akan bertanding harus dalam keadaan suci atau wudhu terlebih dahulu, bila di tengah-tengah permainan ternyata ada yang batal wudhu, maka dia akan segera keluar lapangan dan digantikan oleh temannya yang dalam keadaan berwudhu, bila tidak maka akan berbahanya karena jari bisa patah sebab berat kelapa hijau ini kadang bisa lebih dua kilogram.
Suatu Sore di bulan Agustus, ada final Voli Kelapa hijau antar group santri tapi pondok sengaja mengumumkan ke masyarakat kampung sekitar pondok dalam rangka syi’ar. Karena permainan ini tidak umum dan mungkin bisa membahayakan penonton, maka penontonnya harus mematuhi Protokol Penonton, Anak-anak yang belum akil baligh disediakan tempat tersendiri di samping lapangan yang diberi sangkar semacam kurungan gaib dan dijaga oleh beberapa santri panitia. Sedangkan orang dewasa dipisahkan antara penonton laki-laki dengan penonton perempuan, Penonton yang memilih tempat dekat lapangan disarankan untuk wudhu dulu, di sekitar lapangan sudah disediakan beberapa tempat wudhu.
Wali Paidi walaupun sudah bukan santri tapi dia masih dianggap sebagai keluarga pondok hingga dia dilibatkan dalam kepanitiaan, utamanya untuk bagian keamanan bola bila bolanya keluar lapangan dan mengenai penonton awam. Permainan ini tampak seru walaupun bolanya dari kelapa hijau namun bisa berfungsi sebagai bola voli biasa, bisa mendal (memantul) bila kena tanah, bisa disemes, bisa diblok pendek kayak seperti bola voli biasa, hanya kalau servis harus dipilih-pilih karena memang dia tidak bundar, bila tak dipilih tempat yang tepat maka servisnya bisa melenceng.
Bila bola keluar lapangan, santri-santri kecil yang bertugas dibawah wali Paidi segera berlari kearah kelapa itu untuk kemudian dilemparkanya ke dalam, ternyata kelapanya ringan-ringan saja seperti bola voli biasa, kadang mereka memainkan kelapa itu dengan di mendal-mendalkan di tanah… yaa seperti bola voli biasa hanya kalau kena ujung nya arah pantulannya jadi tak terkendali. Ada pemain yang entah kurang mahir atau karena diblok, smesan keras itu meluncur keras kearah anak-anak hingga penonton dewasa pada berteriak hinteris, tapi mereka jadi bengong karena sebelum bola itu menimpa anak-anak ternyata ada semacam net gaib yang memantulkan dengan keras ke udara sehingga bola terlempar jauh dari lapangan.
Wali Paidi tidak segera mengambil bola yang terlempar jauh tadi, tapi dia melemparkan kelapa baru yang memang disiapkan untuk bola cadangan. Bola yang terlempar jauh tadi jatuh didekat tempat ibu-ibu. Entah karena tampak lucu atau karena apa ternyata ada ibu-ibu ada yang gemes melihat santri pengambil bola ini hingga beliau mencolek pipi santri kecil yang akan mengambil bola kelapa yang terlempar tadi. Tentu saja setelah dicolek oleh ibu-ibu tadi santri itu menjadi batal wudhu hingga bola kelapa itu menjadi terasa berat. Disini tugas wali Paidi untuk menyuwuk kelapa muda tadi serta menyarankan santri untuk wudhu Kembali, begitu seterusnya bila ada yang batal wudhu, kelapa muda yang berubah fungsi itu akan Kembali ke aslinya.
BACA JUGA :
- Serial Wali Paidi (Bab 4): Periode Kewalian, Episode 10: Topo Ing Saktengahe Projo
- Serial Wali Paidi (Bab 4): Periode Kewalian, Episode 11: Brankas
Selalu ada bola yang keluar lapangan, pernah dan sering kejadian penonton yang dekat dengan lapangan ada yang batal wadhu namun mereka abai dan terkena bola kelapa tadi, maka akan terjadi insiden atau kecelakaan, dan itu merupakan tugas wali Paidi untuk menyuwuk agar penderita tidak merasa sakit. Pernah juga terjadi santri pengambil bola mengembalikannya dengan tidak dilempar tapi dia ingin mencoba dengan servis, ternyata terlalu keras hingga kelapa melambung tinggi dan jatuh mengenai atap salah satu bangunan pondok, hingga ada beberapa genteng yang pecah. Pak Kyai memang tidak marah atas kejadian itu hanya saja hal itu menjadikan pekerjaan ekstra bagi wali Paidi untuk memperbaiki genteng.
Ada kejadian yang bisa disebut Sabtu Agustus Kelabu. Kala itu ada Pertandingan final Voli Bola Kelapa, persertanya selain santri pondok ini juga ada beberapa santri dari pondok lain yang ikut. Penontonnya pun ada dari kampung lain, walaupun Pengumuman Protokol Penonton sudah dipasang besar di pintu gerbang pondok dan di pinggir lapangan tapi masih saja ada penonton yang abai. Saat seru serunya permainan ada smes keras dari pemain yang melenceng dan mengenai kepala salah seorang anak muda yang abai Protokol Penonton. Kontan anak itu semaput, wali Paidi segera bertindak diunyek-unyeknya kepala anak itu hingga segera siuman dan anak itu tidak merasa sakit walaupun kepalanya masih benjol.
Permainan tetap berlangsung ramai sampai usai. Namun persoalan tidak berhenti di situ, karena anak muda tadi adalah anak seorang Polisi, maka persoalan itu dibawa sampai tingkat Kabupaten. Ada wacana untuk melarang permainan voli bola kelapa, tapi kepala dinas Pendidikan & Kebudayaan tidak bersedia untuk membuat surat Pelarangan itu, maka Bupati akan membuat sendiri surat pelarangan itu namun sekda pun ndak mau membuat pernyataan tertulis, pasalnya bukan mereka pro pondok, tetapi mereka enggan dan malu menulis Pelarangan itu, masa ada surat bupati melarang permainan Voli Bola Kelapa, kalau surat itu dibaca orang awam maka surat itu akan ditertawakan karena menjadi aneh dan lucu. Akhirnya Bupati mengambil jalan persuasife, beliau memanggil Kyai Mursyid ke Kabupaten dan menyarankan bila Pondok menyelenggarakan Permainan Voli Bola Kelapa lagi, maka dilarang keras untuk mengundang masyarakat umum dan hanya boleh dimainkan di lingkungan pondok pesantren saja. Pelarangan ini sangat melegakan wali Paidi karena sejak Peristiwa Sabtu Agustus Kelabu itu, bila bulan Agustus tiba dia bisa konsentrasi hanya pada Kepanitiaan Agustusan di kampungnya saja.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dajjal, namanya terkenal, siapakah dia sebenarnya??
Yakjuj dan Makjuj, dimanakah mereka tinggal??
Allah Tahu Yang Terbaik Untukmu
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-276 TAMAT)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-275)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-274)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-273)
Agus: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-272)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-271)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-270)
No Responses