Pembelajaran mesin memangkas waktu analisis citra dari hitungan jam menjadi detik, memungkinkan penemuan secara real-time di Antartika, kata tim survei Inggris
LONDON – Teknologi kecerdasan buatan (AI) baru mengubah cara para ilmuwan mempelajari ekosistem terpencil dan rapuh di dasar laut Antartika.
Para peneliti di British Antarctic Survey telah mengembangkan alat yang dapat mengidentifikasi hewan dalam foto dan video dasar laut hanya dalam hitungan detik – sebuah proses yang sebelumnya membutuhkan waktu beberapa jam per citra.
Terobosan ini berarti para ilmuwan kini dapat menganalisis citra secara real-time di kapal penelitian, membantu mereka memutuskan area Antartika mana yang membutuhkan perlindungan khusus. Dasar laut di wilayah ini merupakan rumah bagi lebih dari 94% spesies Samudra Selatan yang diketahui, banyak di antaranya tidak ditemukan di tempat lain di Bumi.
“Teknologi AI baru ini akan secara signifikan mempercepat cara para ahli biologi kelautan menganalisis data yang mereka kumpulkan,” kata Cameron Trotter, ilmuwan peneliti pembelajaran mesin untuk survei tersebut, dalam sebuah pernyataan.
“Sebelum kami mengembangkan alat ini, analisis gambar dilakukan secara manual, memakan waktu hingga delapan jam per foto. Dengan AI yang bekerja bersama para ahli, kami dapat mempersingkat waktu ini menjadi beberapa detik per foto.”
Model ini dilatih menggunakan gambar beresolusi tinggi yang diambil dari kapal penelitian kutub Jerman, RV Polarstern, di Laut Weddell.
Trotter mengatakan gambar-gambar yang digunakan untuk melatih AI “penuh dengan hewan-hewan aneh dan berbentuk tidak biasa, seringkali hidup berhimpitan, beberapa di antaranya belum pernah terlihat sebelumnya.”
Dengan mempelajari 100 gambar yang diberi label secara ahli, AI kini dapat mengidentifikasi banyak makhluk umum dasar laut Antartika seperti bintang laut, karang, spons, dan ikan.
“Ini merupakan terobosan dalam cara kami menganalisis dasar laut, membuka sejumlah besar data penting bagi konservasi ekosistem Antartika,” kata rekan penulis Rowan Whittle, seorang ahli paleobiologi dalam survei tersebut.
Para peneliti kini menggunakan teknologi tersebut untuk memproses lebih dari 30.000 gambar dari Semenanjung Antartika dan Laut Weddell — pekerjaan yang dapat mengarah pada penemuan spesies baru dan menyediakan data penting untuk membantu melindungi lingkungan yang rentan ini, terutama dalam menghadapi peningkatan suhu dan perubahan iklim.
SUMBER: ANADOLU
EDITOR: REYNA
Related Posts
Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global
PT Soechi Lines Tbk, PT Multi Ocean Shipyard dan PT Sukses Inkor Maritim Bantah Terkait Pemesanan Tanker Pertamina
ISPA Jadi Alarm Nasional: Yahya Zaini Peringatkan Ancaman Krisis Kesehatan Urban
Kerusakan besar ekosistem Gaza, runtuhnya sistem air, pangan, dan pertanian akibat serangan Israel
Kepala Desa Tirak, Suprapto, Membisu Soal Status Anaknya Yang Diduga Pembebasan Bersyarat (PB) Kasus Narkoba, Lolos Seleksi Calon Perangkat Desa
Jerat Jalur Merah: Ketika Bea Cukai Jadi Diktator Ekonomi
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Mahfud MD Guncang Kemenkeu: Bongkar Skandal 3,5 Ton Emas dan TPPU Rp189 Triliun di Bea Cukai!
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Skandal Tirak: Dinasti Narkoba di Balik Kursi Perangkat Desa Ngawi
No Responses