Buzzer Tikus Mewarnai Kabinet Merah Putih

Buzzer Tikus Mewarnai Kabinet Merah Putih
SUTOYO ABADI

Oleh: Sotoyo Abadi

Tidak lazim waktunya hanya karena memburu momentum, Kajian Politik Kabinet Merah Putih, Rabu, 22/10/2025, minta ada pertemuan darurat. Saya sekedar melayani anak anak mahasiswa yang sedang belajar politik kontemporer harus dipenuhi.

Mereka minta di bahas bahwa buzzer tikus telah menguasai Kabinet Merah Putih. Dag dig dug juga apa yang akan dilampiaskan dalam diskusi.

Sifat tikus memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, daya ingat yang kuat, serta daya tahan fisik yang baik, memungkinkan mereka menemukan sumber makanan dan tempat berlindung yang aman.

Mereka persis seperti buzzer yang sedang berkembang biak di Indonesia. Mereka adalah hewan sosial yang hidup dalam komunitas, membentuk ikatan yang kuat, berkomunikasi melalui suara dan sentuhan, bekerja sama dan saling menjaga satu sama lain. 

Buzzer tikus buta warna dan memiliki penglihatan yang buruk dalam cahaya terang, tetapi mampu melihat dan bekerja dalam keadaan situasi gelap. 

Tikus jenis ini banyak telah menjelma menjadi menteri, anggota dewan, intelektual tukang, kritikus jalanan, pegiat survey pesanan, penjilat laten semua mencari posisinya masing masing, mengais remah – remah dengan analisa apapun yang bisa dilakukan berharap bisa hidup dengan Bos Tikus yang masih jadi junjungannya.

Kelompok intelektual tikus selama ini suka berdasi, baru dipakai setelah turun dari ojek dan masuk ruang pertemuan seolah baru turun dari jet pribadinya.

Begitu buka laptop sewaan, langsung menampilkan rancangan kerja Buzzer tikusnya deskripsi dari Bos tikusnya. Tampil ilusi hebat Bos tikusnya sebagai kekuatan global. Di forum internasional semua terpana pidato pidatonya dengan judul Indonesia emas (setelah dunia kiamat).

Deskripsinya Indonesia harus sigap, siaga, tanggap dan bereaksi cepat bagian kompromi politik global ikut arus perubahan dunia sering terpampang dalam promosinya intelektual tikus menampilkan headline  Indonesia emas sebagai kekuatan  geopolitik dunia ( geang – geong dihampa udara )

Terlalu banyak pejabat negara ini terlanjur buta, bisu dan tuli, tidak sadar di muka bumi ini sudah tidak ada tempat bersembunyi. Apalagi kalau kehebatan hanya akan bersembunyi dengan angka angka survey atau angka angka statistik yang sangat mudah di modifikasi sesuai pesanan syahwat penguasa.

Watak pejabat di Indonesia masih penuh sesak dengan makhluk feodal di mana budaya puji-memuji dan pembohongan menjadi subkultur yang telah menjadi watak kejumudannya.

Berkembang biak buzser tikus, jelas tidak mengenal etika, moral, baik dan buruk apalagi soal kejujuran dan keadilan. Yang penting bisa merampok dengan cara apapun.

Gambaran dalam rapat kabinet sangat jelas muncul buzzer tikus melalui media layar kaca mempertontonkan seperti setelah rapat RW, keluar dari rapat kabinet “para menteri jegigisan kayaknya baru rapat RW”

Bisa dibayangkan di era Presiden Suharto, menteri seperti itu tidak akan bisa masuk kabinetnya. Celaka Indonesia bisa menjadi ternak buzzer tikus bisa mereproduksi menteri seperti ini secara masal masuk kabinet Merah Putih.

Kecelakaan sejak induk buzzer tikusnya 10 tahun sebagai kepala negara, semua buta nilai kebajikan dan diperparah buta sejarah, hidupnya hanya di tempat oleh tikus raksasa dari luar dirinya

Wajar negara ini harus masuk dan terjebak dalam populisme tanpa menghasilkan peradaban kesetaraan dan keadilan. Hanya melahirkan wajah “euforia palsu” selalu menjadi fenomena verbal lahirnya tokoh-tokoh hanya dengan dukungan buzzer dan follower tikus, tanpa ada ketajaman ideologis dan pemahaman historis.

Kabinet Merah Putih seperti berjalan di atas bayangan semu , semua tenggelam dalam kegelapan, kebohongan dan tipuan dan berjalan tanpa arah berbasis nilai nilai sejarah dan ideologi.

Di alam negara dikendalikan pejabat negara bermental buzzer tikus, kondisi mental bangsa dan paradigma elite politik, rusak parah mereka tampil sekedar bisa mempesona dengan kepalsuan, manipulatif dan kepentingan polularitas semata.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K