JAKARTA — Ketua Umum Generasi Cinta Negeri (Gentari) Habib Umar Alhamid menyerukan kewaspadaan terhadap kondisi generasi muda Indonesia yang tengah menghadapi gelombang besar perubahan sosial, budaya, dan moral. Menurutnya, pemuda dan pemudi Indonesia kini berada di tengah “ombak dan badai” yang bisa menggoyahkan karakter dan jati diri kebangsaan jika tidak segera dibina secara serius.
Habib Umar menegaskan, peringatan Hari Sumpah Pemuda seharusnya tidak sekadar menjadi seremoni tahunan, tetapi momentum untuk meninjau kembali makna dan aktualisasi semangat Sumpah Pemuda di era digital saat ini. Ia mengingatkan bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009, kategori pemuda di Indonesia mencakup mereka yang berusia 16 hingga 30 tahun. Lantas, apakah generasi usia tersebut masih benar-benar mewakili semangat pemuda sebagaimana dicita-citakan para pendiri bangsa?
“Kita harus bertanya dengan jujur — apakah semangat Sumpah Pemuda masih hidup di hati anak-anak muda kita? Apakah mereka masih punya kecintaan dan loyalitas terhadap bangsanya di tengah gempuran narkoba, judi online, dan degradasi moral?” ujar Habib Umar Alhamid kepada wartawan dalam refleksi kebangsaannya menjelang Hari Sumpah Pemuda, Sabtu (25/10/2025).
Menurutnya, tantangan generasi muda saat ini tidak lagi hanya soal pendidikan dan ekonomi, tetapi lebih dalam: soal moral, karakter, dan arah hidup. Ia menyoroti fenomena meningkatnya kasus penyalahgunaan narkoba, perilaku konsumtif, hingga budaya instan yang menggerus nilai perjuangan.
“Badai globalisasi dan digitalisasi telah membawa ombak besar yang bisa menenggelamkan generasi muda bila mereka tak memiliki jangkar nilai dan iman yang kuat,” tegasnya.
Habib Umar juga mengkritisi berbagai lembaga dan organisasi kepemudaan yang ada. Banyak yang, menurutnya, lebih sibuk dengan agenda seremonial dan kepentingan politik jangka pendek ketimbang benar-benar menyiapkan kader bangsa yang memiliki moral, akhlak, dan keterampilan.
“Ada banyak organisasi pemuda, tapi berapa yang betul-betul membina dan mengkader anak muda menjadi generasi tangguh, disiplin, bertanggung jawab, dan cinta tanah air? Jangan-jangan mereka hanya menjadi wadah kumpul tanpa arah,” ucapnya.
Habib Umar menilai generasi Z dan milenial memiliki potensi besar — kreatif, melek teknologi, dan berpikiran terbuka. Namun di sisi lain, mereka juga rentan kehilangan arah dan arena karena kurangnya pembinaan dan teladan yang memadai.
Ia menilai penting adanya sinergi antara pemerintah, dunia pendidikan, dan lembaga sosial dalam menyiapkan generasi muda agar tidak terhempas oleh badai globalisasi. “Mereka bukan musuh zaman, tapi mereka perlu dibimbing agar bisa menjadi pengendali zaman,” katanya.
Habib Umar secara khusus mengapresiasi langkah Presiden Prabowo Subianto yang berkomitmen membangun Sekolah Nusantara sebagai wadah pembinaan generasi muda. Ia berharap sekolah tersebut tidak hanya fokus pada kecerdasan intelektual, tetapi juga pada pembentukan moral, adab, dan semangat kebangsaan.
“Pak Prabowo perlu menyiapkan anak-anak muda yang handal, disiplin, bertanggung jawab, dan memiliki cinta yang mendalam terhadap tanah airnya. Karena dari moral dan akhlak yang kuatlah lahir bangsa yang besar,” tutur Habib Umar.
Menurutnya, pendidikan yang berorientasi pada keterampilan, disiplin, dan nasionalisme menjadi kunci agar Indonesia memiliki generasi muda yang mampu bersaing secara global tanpa kehilangan identitas nasionalnya.
“Kita ingin melihat Sekolah Nusantara menjadi kawah candradimuka pembentukan pemuda Indonesia — bukan hanya pintar, tapi juga beradab, bermoral, dan siap menjaga republik ini di masa depan,” jelasnya.
Gentari dan Misi Cinta Negeri
Sebagai Ketua Umum Gentari, Habib Umar menegaskan bahwa organisasinya lahir untuk menyalakan kembali semangat cinta tanah air di kalangan pemuda. Gentari, kata dia, mendorong gerakan moral, sosial, dan kebangsaan yang menanamkan nilai-nilai kejujuran, disiplin, dan kepedulian.
“Gentari berdiri bukan untuk menambah jumlah organisasi, tetapi untuk menjadi gerakan nilai. Kita ingin pemuda Indonesia kembali mengenal dirinya, bangsanya, dan Tuhannya,” ujarnya.
Menutup pernyataannya, Habib Umar mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama menyelamatkan generasi muda dari ancaman dekadensi moral dan kehampaan spiritual. Ia yakin, dengan kepemimpinan nasional yang visioner dan pembinaan moral yang konsisten, Indonesia akan memiliki pemuda yang siap menakhodai masa depan bangsa.
“Jangan biarkan ombak dan badai menenggelamkan pemuda-pemudi Indonesia. Saatnya kita bangkitkan kembali semangat Sumpah Pemuda — satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa, dan satu moralitas kebangsaan,” katanya. (Nn).
EDITOR: REYNA
Related Posts

Soeharto, Satu-satunya Jenderal TNI Yang 8 Kali Jadi Panglima

Pro-Kontra Soeharto Jadi Pahlawan Nasional: Antara Rekonsiliasi dan Pengkhianatan Reformasi

Kasusnya Tengah Disidik Kejagung, Sugianto Alias Asun Pelaku Illegal Mining Kaltim Diduga Dibacking Oknum Intelijen

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam

OKI mendesak Dewan Keamanan untuk mendukung keanggotaan penuh Palestina di PBB

Jokowi, Pratikno dan Prabowo Bisa Terbakar Bersama – sama

Pongah Jadi Menko Tiga Kali

Jihad Konstitusi Kembali ke UUD 18/8/1945

Yahya Zaini Dukung Konsep “School Kitchen” Untuk MBG Yang Aman dan Dekat Anak

Ada Pengangkutan Belasan Ton Limbah B3 Asal Pertamina Tanjunguban dengan Tujuan Tak Jelas



No Responses