Oleh: Daniel Mohammad Rosyid
@Rosyid College of Arts
Sejak kebijakan keuangan Republik ini di tangan Purbaya, arah kebijakan nasional berubah. Walaupun Purbaya dan Sri Mulyani sama-sama terobsesi pertumbuhan bermutu, keduanya menempuh strategi yang berbeda, jika bukan berseberangan. Nasionalisme Prabowo menjadi semangat Purbaya. Peran negara lebih menonjol daripada peran swasta. Sejak Soeharto berkuasa, pertumbuhan dipacu dengan investasi, bahkan investasi asing yang berpotensi membahayakan kedaulatan. Ersatz capitalism yang mulai tumbuh sejak Orde Baru secara perlahan membesar di era SBY dan menjadi full fledged capitalism di 10 tahun era Jokowi.
Model pembangunan ekonomi tidak berubah secara mendasar, namun pembangunan politik berubah sejak UUD 18/8/1945 diganti dengan UUD 10/8/2002 oleh MPR hasil Pemilu 1999 di era Habibie. Perkembangan kapitalisme di Indonesia diberi karpet merah oleh UUD baru karya kaum sekuler kiri dan liberal radikal ini yang menggunakan kaum nasionalis sebagai useful idiots. Kelompok komunis yang mendendam Soeharto dan benci Habibie bersekongkol dengan kelompok liberal berhasil menyingkirkan tembok terakhir pertahanan Republik : UUD 18/8/1945 karya para ulama lurus dan cendekiawan negarawan pendiri Republik ini.
Bencana hidro-meterologi yang sedang terjadi selama 3 minggu terakhir ini merupakan buah dari obsesi pertumbuhan selama 50 tahuh terakhir itu di atas bumi yang makin rusak. Pertumbuhan tinggi itu harus dibayar dengan kerusakan lingkungan, terutama perubahan iklim dan pemanasan global. Pada saat yg sama kemiskinan global tetap persisten, kesenjangan Barat-Timur, Utara-Selatan melebar, sementara konflik perebutan sumber-suber daya tidak juga mereda. Upaya-upaya menuju net-zero emission boleh dikatakan hanya bagus di atas kertas.
Pembangunan telah dirumuskan sejak Orde Baru sebagai peningkatan konsumsi perkapita energi (terutama listrik) baja, dan beton dengan bertumpu pada investasi asing di berbagai sektor terutama pertambangan, hasil-hasil perkebunan, dan industri. Akibatnya, Indonesia jatuh ke dalam jebakan negara berpendapatan menengah. Ini disebut sebagai Dutch disease karena struktur ekonomi Republik praktis tidak berubah banyak sejak era kolonial yang dijalankan oleh VOC. Model ekonomi kolonial itulah yang telah membawa Belanda sebagai adi daya ekonomi menggantikan Spanyol dan Portugis sebelum akhirnya digeser oleh Inggris.
Di awal 1970-an, para peneliti di MIT telah meramalkan lintasan kerusakan ekosistem bumi itu dalam sebuah model dinamika sistem – disebut World Model – dengan cukup akurat atas permintaan The Club of Rome. Sementara itu, EF Schoemacher telah mengkritik model pembangunan eksploitatif dan ekstraktif ini dalam Small is Beaufiful. Lalu Ivan Illich mengajukan model pembangunan yang konvivial : tetap ada pertumbuhan, namun dengan teknologi rendah-energi, tidak memperbudak, menguatkan kreatifitas sekaligus memandirikan manusia.
Elanor Ostrom mendekati pembangunan – senada dengan Amartya Sen- sebagai upaya memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya alam sebagai common-pool resources yang terbatas yang harus dilestarikan agar pemanfaatan itu berlangsung dalam jangka panjang. Bumi habitat manusia hanya satu yang perlu ditatakelolai sebagai sumberdaya bersama. Tujuan pembangunan sebagai strategi pemanfaatan sumberdaya bersama itu adalah untuk memperluas kemerdekaan manusia, bukan sekedar meningkatkan jumlah konsumsi perkapitanya.
Norma-norma dasar itu telah tercakup dalam UUD 18/8/1945 yang dirumuskan secara sophisticated sebagai pernyataan perang melawan segala bentuk penjajahan sekaligus strategi memenangkan perang tersebut. Para ulama dan cendekiawan negarawan pendiri bangsa ini telah merumuskan dan legowo menyepakati dasar-dasar itu 30 tahun sebelum Sen dan Ostrom menteorikannya di Harvard, Oxford, Purdue, UI atau UGM. Ekonomi bebas-riba rumusan para pendiri bangsa itu akan hidup di rumah politik yang arsitekturnya paling canggih, tidak dijiplak dari Barat atau Timur. Sistem politik ini adalah sistem MPR sebagai penjelmaan rakyat yang menjalankan kedaulatan rakyat, tidak didominasi partai-partai politik yang menjalankan agenda oligarki.
Obsesi pertumbuhan ini dicapai dengan industri berskala besar yang ekstraktif berenergi-tinggi, terutama ditenagai dengan PLTN. Bahan baku diambil dari negeri-negeri bekas jajahan, sedang hasil-hasilnya dijual kembali ke negara-negera bekas jajahan tersebut. Berbagai norma, standard, dan kelembagaan dibangun untuk mempertahankan struktur ekonomi kolonial era VOC. No more no less. Selera pasar dunia terutama dinegeri-negeri berkembang-kempis ini dibentuk melalui propaganda modernisasi dengan 2 instrumen teknokratik utama, yaitu sistem persekolahan paksa massal, dan televisi.
Industrialisasi yang ekstraktif dan melampaui daya dukung bumi ini memerlukan dukungan ekonomi hutang berbasis riba. Riba adalah instrumen pokok ekpolitasi alam dan perbudakan manusia. Cadangan emas dunia terbatas, tapi uang kertas sebagai riba terbesar hanya memerlukan kertas dan mesin cetak untuk mencetak uang out of thin air. Negara-negara miskin harus menguras kekayaan alam mereka, sementara negara-negara penjajah itu cukup mencetak uang kertas atau digital untuk membeli emas, minyak, batu bara, kayu, sawit, kopi dan ikan. Praktek riba ini adalah korupsi terbesar paling elegan dan profesional oleh bangsa-bangsa Barat/Utara atas bangsa-bagsa Timur/Selatan, sementata korupsi di negara-negara miskin itu boleh dibilang amatir.
Salah satu simbol modernitas itu adalah mobil sebagai penciri peradaban Amerika. Mobil adalah kreasi paling ikonik peradaban yang terobsesi peradaban hasil hilirisasi tambang : baja, alumunium, karet dan gas serta minyak bumi. Ilmu ekonomi ribawi gagal membedakan perbedaam eksistensial antara pohon dan mobil, padahal manusia bisa hidup tanpa mobil, tapi akan mati tanpa pohon. Tidak mengherankan jika demi mobil, manusia tidak ragu untuk menebang pohon di hulu. Illich menyebut mobil sebagai budak energi yang tanpa bahan bakar atau listrik hanya menjadi rongsokan canggih. Di negeri kepulauan bercirikan Nusantara ini, industri mobil digemukkan dengan segala cara, sementara industri kapal dikuruskan dengan cara serupa.
Surabaya. Jum’at, 5 Desember 2025
EDITOR: REYNA
Related Posts

Reaksi keras meningkat setelah Israel lolos ke Eurovision 2026, mendorong beberapa negara untuk mengundurkan diri.

Memadukan Agama, Ilmu, Dan Seni Dalam Kehidupan

WMO memperkirakan 55% kemungkinan La Nina lemah dalam beberapa bulan mendatang

Faizal Assegaf Usulkan Jalur Mediasi dalam Polemik Ijazah Jokowi di Forum ILC

Gila Beneran Gila, Rakyat Masih Terpukau Panggung Drama Politik Sandiwara

Mafia Menggila, Kedaulatan Robek!

Puskesmas Bandar Diduga Lakukan Malpraktek, Kepala Puskesmas ,Terancam Dilaporkan ke Polisi

HMI Cabang Kota Semarang Mencetak Sejarah, Formateur Terpilih Hafal Al Qur’an dan Pelaksanaan Konfercab Yang Lebih Cepat

Jejak Panjang Dewi Astutik, Buron 2 Ton Sabu Yang Dibekuk di Kamboja: Operasi Intelijen Senyap Lintas Negara

Buron Penyelundup 2 Ton Sabu Senilai Rp5 Triliun Ditangkap di Kamboja



No Responses