Kekayaan Keragaman Hayati Tercabut Dari Bumi Sumatra

Kekayaan Keragaman Hayati Tercabut Dari Bumi Sumatra

Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

 

Selama ini kita membaca dan melihat berbagai berita tentang dampak kehancuran alam yang terjadi di ketiga propinsi di Sumatra akibat banjir bandang. Berita-berita itu melaporkan jumlah korban jiwa per tanggal 8 Desember 2025 (data BPNPB) mencapai 929 orang, 274 orang dinyatakan hilang, korban luka sekitar 5 ribu jiwa. Selain itu banjir Sumatra 2025 secara total juga menyebabkan 155 ribu lebih rumah mengalami kerusakan dan 52 kabupaten terdampak di Aceh, Sumatra Utara (Sumut), dan Sumatra Barat (Sumbar).

Namun kita lupa bahwa kerusakan yang diakibatkan bencana banjir itu juga mencabut harta karun berupa keanekaragaman hayati (biodiversity) dari bumi Sumatra. Seperti diketahui negeri kita ini merupakan tempat dari ribuan ragam flora dan fauna yang membuat Indonesia menjadi negara dengan tingkat tertinggi kedua di dunia dalam keragaman hayati (biodiversity) setelah Brasil. Kekayaan alam itu banyak dimanfaatkan oleh antara lain industri obat yang melakukan penelitiannya banyak berfokus pada pengungkapan kandungan kimiawi dan bioaktivitas dalam bahan obat alami yang berasal dari keanekaragaman hayati Indonesia.

Hanya ada dua negara di dunia ini yang memiliki hutan tropis berikut kekayaan yang dikandungnya yaitu Brazil dan Indonesia. Hutan-hutan ini merupakan rumah bagi lebih dari setengah spesies tumbuhan dan hewan dunia, hutan hujan tropis adalah salah satu ekosistem terpenting di bumi. Mereka mampu menyimpan dan menyerap CO2 dalam jumlah besar, memainkan peran besar dalam pencegahan pemanasan global, dan oleh karena itu sangat berharga bagi planet ini, terutama dalam krisis iklim saat ini.

Namun demikian, hutan-hutan ini menghilang pada tingkat yang mengkhawatirkan, dan konsekuensi lingkungan negatif dari deforestasi ini terlihat secara global. Ini termasuk kerusakan sumber air alami, penurunan kualitas dan kuantitas air, polusi udara karena hutan tidak lagi ada untuk menyerap sejumlah besar CO2 yang dilepaskan dari pembakaran bahan bakar fosil yang menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca, dan tentu saja, hilangnya keanekaragaman hayati yang sangat besar.

Keanekaragaman hayati sangat penting untuk stabilitas semua ekosistem, dan setiap spesies memiliki peran penting dan spesifik untuk dimainkan. Penghancuran dan pengurangan banyak spesies dapat mengganggu ekosistem, mencegahnya berfungsi dan menyediakan jasa ekosistem yang berharga yang dibutuhkan alam untuk menopang kehidupan bagi semua spesies, termasuk manusia.

Negara Indonesia memiliki hutan hujan tropis terluas ketiga di dunia. Hutan hujan purba ini menyumbang 2,3% dari semua tutupan hutan global, dan 39% tutupan hutan di Asia Tenggara. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara ‘mega-diverse’ di dunia. Ini berisi sekitar 10.000 spesies tumbuhan dari 17 genera endemik, 201 spesies mamalia, dan 580 spesies burung! Meskipun demikian, hilangnya hutan hujan tropis di Indonesia berkontribusi pada deforestasi tahunan tertinggi di antara semua negara tropis. Hal ini telah mengakibatkan tingginya tingkat kepunahan tumbuhan dan hewan, dan menempatkannya sebagai penghasil karbon dioksida global terbesar ketiga. Dalam 20 tahun terakhir, Global Forest Watch telah melaporkan hilangnya 24,4 juta hektar tutupan pohon Indonesia.

Kalau kita bicara tentang kekayaan sumber daya alam di Indonesia, kita tentu tidak hanya menyebutkan kekayaan tambang seperti minyak dan gas bumi, nikel, batubara, emas, timah, bauxite dsb, namun juga harus disebutkan kekayaan berupa keanekaragaman hayati yang ada di hutan-hutan Indonesia. Flora dan fauna di hutan-hutan Indonesia seperti yang ada di pulau Sumatra itu merupakan harta karun yang tidak ternilai harganya.

Sayangnya akibat keserakahan manusia, harta karun berupa keanekaragaman hayati itu tercabut dari muka bumi pertiwi seperti di Sumatra itu. Dan kita tidak tahu apakah kita sanggup mengembalikan harta karun yang antara lain berupa ribuan spesies tanaman, ratusan spesies binatang ke bumi pertiwi pulau Sumatra ini.

Karena itu memang kita semua wajib melakukan taubatan nasuha – pertobatan total kepada Sang Pencipta Allah SWT. Karena ulah kita sendiri, semua kekayaan yang tidak ternilai itu hapus dari bumi.

EDITOR: REYNA

 

Last Day Views: 26,55 K