Muda Menantang Zaman : Mari Bung Kita Rebut Bersama

Oleh : Kharismafullah (Perenung Arah Indonesia)

Berikan aku seribu orang tua, maka akan kucabut gunung semeru beserta akarnya. Tapi berikan aku sepuluh pemuda maka akanku guncangkan dunia (Ir. Soekarno).

Dalam narasi Soekarno diatas, dia mencoba menggambarkan bagaimana urgennya peran pemuda dan pemudi sebagai tonggak keberlangsungan bangsa indonesia dan dunia umumnya. Soekarno sadar betul bahwa anak-anak muda merupakan satu kelompok umur yang kreatif dalam berpikir, berani dalam bertindak dan matang dalam berkonsep. Potensi itulah yang harus dimanfaatkan oleh bangsa untuk mendesain kerangka pembangunan indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke.

Pikiran-pikiran revolusioner Soekarno menjadi jalan raya bagi generasi bangsa. Generasi-generasi hebatpun lahir dan berkembang dizamannya masing-masing. Kita bisa melihat tokoh-tokoh muda 90-an seperti Fahri Hamzah, Fadli Zon, Adian Napitupulu dan masih banyak lainnya. Angkatan milenialpun tidak ketinggalan, sebut saja Faldo maldini (Partai Amanat Nasional), Tsamara Amani (PSI) menjadi simbol kebangkitan anak-anak muda untuk melanjutkan pikiran dan cita-cita Soekarno. Dua nama milenial diatas berani menantang arus zaman. Mereka tidak gentar bersaing dengan politisi kawakan yang sudah asam garam didunia perpolitikan.

Kehadiran mereka menjadi alarm bahwa arah baru Indonesia yang menjadi pikiran Anis Matta dan Fahri Fahri telah dekat didepan mata. Indonesia yang terbentang luas memang memerlukan energi dan narasi anak muda untuk merancang cita-cita pendiri bangsa yaitu keadilan dan kemakmuran bangsa ini.

Tapi pertanyaan yang kemudian muncul dibenak kita, apakah anak-anak muda berjuta potensi tapi minim pengalaman akan mampu mendesain Indonesia menuju cita-cita itu? Subjektif saya pribadi sangat mungkin. Karena anak muda sebagaimana gambaran Sekarno adalah induvidu yang berani mendobrak, kreatif dalam berpikir, berani dalam bertindak dan matang dalam berkonsep. Saya sangat yakin akan hal demikian.

Anak-anak yang revolusioner sekarang memang masih banyak bergerak dalam kelompok yang mengontrol langsung ketimpangan. Kelompok ini menjadi parlemen jalanan yang fundamental keberadaannya. Hal demikian cukup efektif dan bagus, tapi jika ada anak muda yang berani menantang secara live ketidakadilan, maka saya katakan itulah kesempurnaan narasi 10 pemuda yang dimaksud Soekarno.

17 April sudah sangat dekat, anak-anak muda muncul bak jamur menjadi penantang para pemikir yang kadaluarsa. Mereka berani menggeser kultur jalanan ke kultur perjuangan untuk langsung masuk didalam sistem, entah itu DRPD, DPR PROV. DPR RI & DPD.

Kita bisa lihat langsung bagaimana bang Faldo dan Tsamara. Mereka berani menantang para politisi kawakan ditingkat pusat.

Yang membuat kami dan khususnya saya kaget sekaligus bangga adalah sahabat saya Bq. Via Navila hadir juga menantang para politisi kawakan didaerah Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Wanita muda yang mempunyai beragam prestasi ini bertarung didapil III. Dia yang pernah menyandang Putri Tarune Dedare Kab. Lombok Tengah 2018 Ini merupakan simbol pemuda/i yang berprestasi dan cerdas disamping itu juga berani. Ini merupakan tanda bahwa arah baru indonesia sudah benar-benar dekat. Kehadiran mereka tentu mewakili nilai-nilai perlawanan para anak-anak muda terhadap berbagai isu sosial, ekonomi dan politik yang timpang dan tidak berpihak kepada rakyat.

Tidak ada kata yang banyak yang bisa disampaikan, hanya bangga dan salut. Saatnya kita bersatu untuk membersamai perjuangan saudara-saudari kita. Kata terakhir yang patut kita sampaikan sebagai simbol perjuangan kita yaitu ‘Mari Bung Kita Rebut Bersama’.Kini zamannya anak-anak muda pendobrak yang harus mengisi kursi perjuangan membawa merah putih menuju keadilan ekonomi, hukum, politik dan sosial.

Tatas Tuhu Trasna (Tegas, Bijaksana, Iklas).

Related Posts