Daniel M. Rosyid : Daftar Pemilih Tuyul

Oleh : Daniel Mohammad Rosyid

Selasa lalu Indonesia Lawyers Club menayangkan kasus Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang diduga oleh Badan Pemenangan Nasional (Tim Kampanye Paslon 02) bermasalah. Sebagai data yang penting bagi keabsahan Pemilu serentak 17 April 2019 yang akan datang, seharusnya ini menjadi perhatian serius semua peserta Pemilu (pasangan capres cawapres, dan para caleg DPR/D maupun DPD). Anehnya, hanya BPN Prabowo-Sandi yang konsisten mempersoalkan validitas DPT ini sejak akhir 2018 yang lalu. Apa soal ?

Oleh tim IT BPN, ditemukan indikasi sekitar 17juta data yang bermasalah (invalid, ganda, pemilih dengan tanggal lahir yang sama dalam jumlah yang secara statistik tidak mungkin). Dalam ILC tersebut dihadirkan komisioner KPU dan juga Dirjen Dukcapil Kemendagri. Sayang sekali, pesentasi data secara detail terpaksa disensor, hanya presentasi kualitiatif dan sopan oleh Hashim Djojohadikusumo saja yang sempat ditayangkan. Kasus jutaan pemilih dengan tanggal lahir yang sama ternyata cukup dijelaskan oleh Dirjen Dukcapil tentang praktek di daerah yang buruk catatan dukcapilnya sehingga orang kemudian memilih tanggal lahir tertentu seperti 1 Juli. Akibatnya, persoalan DPT bermasalah ini dalam forum ILC itu jatuh menjadi no case of concern. Artinya masalah data ini bisa diabaikan karena tidak terjadi kesalahan masiv, berpola dan sistemik yang disengaja.

Mengapa ada kesan bahwa ini hanya dipersoalkan oleh Prabowo-Sandi saja ? Rupanya ada oknum partai politik, bahkan oknum caleg pendukung koalisi Prabowo-Sandipun, telah menjadikan daftar pemilih bermasalah dan sisa kartu suara untuk ajang jual-beli suara di pasar gelap politik di tingkat lokal (KPUD). Sikap yang sama juga ditunjukkan oleh partai pendukung Jokowi-Ma’ruf. Praktek jual-beli suara ini sudah lazim terjadi dalam Pemilu-pemilu yang lalu. Artinya, DPT yang buruk kualitasnya justru menguntungkan bagi beberapa oknum peserta Pemilu.

Namun yang perlu menjadi perhatian adalah sikap tidak peduli pasangan Jokowi-Ma’ruf yang sangat mengherankan, jika tidak bisa disebut mencurigakan. Saya khawatir, jual-beli suara pemilih bermasalah inilah yang akan dimanfaatkan untuk mendulang suara dari suara pemilih “tuyul”. Tuyul adalah sejenis jin dalam kepercayaan Jawa yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan manipulatif tertentu. Para tuyul ini digunakan antara lain untuk pemanfaatan sisa kartu suara yang tidak dimusnahkan di TPS.

Setiap orang yang hidup dari meneliti tahu bahwa data perlu diperlakukan secara sakral. Manipulasi data adalah skandal memalukan sekaligus tak terampuni. Saya mendesak agar dilakukan validasi DPT hingga tingkat TPS terutama di Pulau Jawa yang jumlah pemilihnya besar. Saya usul beberapa TPS di Bangkalan di Jawa Timur sebagai lokasi validasi data ini sekaligus disaksikan oleh para pemuka masyarakat terutama ulama.

Jika kasus DPT ini tidak segera diselesaikan, saya khawatir yang digunakan dalam kontestasi politik ini adalah “Daftar Pemilih Tuyul” yang dipakai di “TPSontoloyo” dan hanya diawasi oleh para “Gendruwo”. Dan Pemilu 2019 ini akan tercatat sebagai Pemilu yang paling memilukan bangsa ini.

Sukolilo, 15/3/2019

Related Posts