Apa Sih Perbedaan Sarjana Terapan dengan Sarjana?

Oleh : Dr. Machsus, ST., MT.
Kepala Departemen Teknik Infrastruktur Sipil, Fakultas Vokasi,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS),

Penasaran! Ungkapan ini rasanya pas untuk menggambarkan respon publik terhadap kebijakan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang memutuskan menutup program studi (prodi) diploma III (D3) sejak tahun ajaran 2019/2020. Kini, ITS fokus mengembangkan prodi sarjana terapan. Bahkan, jika sebelumnya hanya menyelenggarakan 1 (satu) prodi sarjana terapan, maka sekarang bertambah menjadi 8 (delapan) prodi sarjana terapan yang dikelola dibawah naungan Fakultas Vokasi ITS.

Sejatinya torobosan ITS ini sesuai dengan arahan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) melalui Permenristekdikti No. 54 Tahun 2018. Peraturan tersebut ditindaklanjuti dengan penugasan dari Direktorat Kelembangaan Kemenristekdikti untuk meng-upgrade prodi d3 menjadi prodi sarjana terapan di ITS. Delapan Prodi Sarjana Terapan terdiri dari: Teknologi Rekayasa Pengelolaan dan Pemeliharaan Bangunan Sipil; Teknologi Rekayasa Konstruksi Bangunan Air; Teknologi Rekayasa Konversi Energi; Teknologi Rekayasa Manufaktur; Teknologi Rekayasa Otomasi; Teknologi Rekayasa Kimia Industri; Teknologi Instrumentasi; dan Statistika Bisnis.

Program Studi Sarjana Terapan TRPPBS (Teknologi Rekayasa Pengelolaan dan Pemeliharaan Bangunan Sipil) dibawah naungan Departemen Teknik Infrastruktur Sipil (DTIS) ITS merupakan prodi sarjana terapan pertama di ITS, yang telah diselenggarakan sejak tahun 2012. Departemen ini merupakan salah satu departemen di lingkungan Fakultas Vokasi atau Sekolah Vokasi ITS. Sejatinya departemen ini telah menyelenggarakan program pendidikan tinggi vokasi sejak tahun 1976. Artinya telah memiliki pengalaman panjang selama lebih dari 40 tahun dalam pengelolaan pendidikan tinggi vokasi, dimana sampai periode wisuda ke-119, pada tanggal 16 Maret 2019, telah menghasilkan 6.656 lulusan, yang terbagi 6.055 Ahli Madya (Diploma Tiga), dan 601 Sarjana Terapan.

Namun seiring dengan perkembangan zaman yang memasuki era revolusi industri 4.0, dan sekaligus menyambut era masyarakat 5.0 (Society 5.0), serta dinamika perubahan regulasi pemerintah, maka sejak tahun ajaran 2019/2020, DTIS memutuskan restrukturisasi organisasi dan hanya fokus menyelenggarakan Program Studi Sarjana Terapan, dan juga akan segera membuka Program Studi Magister Terapan (S2) Terapan dan Program Studi Doktor (S3) Terapan pada bidang Teknologi Rekayasa Sipil.

Sarjana Terapan Vs Sarjana?

Lantas, apa perbedaan dan persamaan program studi (prodi) sarjana terapan ini dengan prodi sarjana? Secara garis besar, perbedaannya adalah bahwa prodi sarjana terapan berfokus pada penerapan ilmu dengan gelar STr., sementara prodi sarjana fokus pada pengembangan ilmu dengan gelar ST. Dengan demikian, kata kunci pembedanya adalah prodi sarjana terapan identik dengan penerapan ilmu, aplikatif dan praktisi, sedangkan prodi sarjana identik dengan pengembangan ilmu, teoritis dan ilmuan. Persamaannya adalah bahwa prodi sarjana itu setara atau sama dengan prodi sarjana terapan. Contohnya, dalam pengakuan ketika sama-sama baru masuk sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) atau PNS, keduanya sama-sama diakui pada jenjang Kepangkatan Golongan Ruang, yakni Penata Muda III/A.

Komitmen prodi sarjana terapan yang fokus pada penerapan ilmu atau aspek aplikatif ini tercermin pada komposisi materi pembelajaran 60% praktek dan 40% teori. Untuk memantapkan keunggulan lulusan dengan kompetensi keahlian terapan, link and match dengan DUDI (Dunia Usaha Dunia Industri), dan tentunya siap kerja, maka kami merancang kurikulum vokasional yang inovatif, dengan menyediakan satu semester khusus untuk Program Magang Bersertifikat di industri jasa konstruksi atau instansi yang menangani proyek konstruksi pada bidang rekayasa atau teknik infrastruktur sipil.

Mahasiswa prodi sarjana terapan juga berkesempatan mengikuti program student exchange, dan internship dengan beberapa universitas di luar negeri. Di samping itu, mahasiswa prodi sarjana terapan Departemen Teknik Infrastruktur Sipil, Fakultas Vokasi ITS juga sudah menorehkan prestasi gemilang pada event internasional, diantaranya: Juara Umum Bridge Model Competition 2017 di Johor Malaysia; Meraih penghargaan dalam KIDE (Kaohsiung International Invention and Design Expo) 2018; Menjadi Delegasi pada Simulasi Sidang PBB yakni Harvard National Model United Nation (HNMUN), dan mendapat juara pertama untuk kategori social venture challenges. Sementara pada event nasional, mahasiwa sarjana terapan meraih Peringkat 1 Mawapres Tingkat Nasional 2017 dan Juara Umum Kompetisi Jembatan Indonesia-Kompetisi Bangunan Gedung Indonesia (KJI-KBGI) tahun 2017 & 2018, dan masih banyak lagi prestasi kemahasiswaan lainnya.

Keunggulan lain prodi sarjana terapan adalah bahwa lulusannya bersertifikasi kompetensi. Ketika diwisuda, lulusan prodi sarjana terapan tidak hanya mendapatkan ijazah saja, melainkan secara langsung juga mendapatkan sertifikat kompetensi dari Lembaga Sertifikasi (LSP) ITS yang berlisensi BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi). Sertifikat kompetensi ini tentunya merupakan nilai tambah lulusan sarjana terapan untuk mendaftar pekerjaan. Di samping itu, pada prodi sarjana terapan juga melibatkan dosen praktisi. Dengan demikian, mahasiswa prodi sarjana terapan selalu update dengan perkembangan teknolohi terkini di DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri).

Terakhir, bagaimana profil lulusan dari prodi sarjana terapan DTIS yang sudah melahirkan 601 wisudawan ini? Setelah lulus apa langsung kerja? Mereka kerja dimana aja? Berdasarkan hasil pelacakan data alumni (tracer study) yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Karir dan Kewirausahaan Mahasiswa (P2K2M) ITS diperoleh rata-rata waktu tunggu lulusan sampai mendapat pekerjaan pertama 2,5 bulan. Sebaran lulusan terdistribusi di berbagai perusahaan atau instansi pengguna lulusan, yakni: sebagai ASN pada instansi pemerintah pusat dan daerah; sebagai praktisi/professional di konsultan dan kontraktor BUMN, swasta nasional, maupun perusahaan multinasional; sebagai wiraswasta pada bidang rekayasa infrastruktur sipil; dan juga ada yang langsung melanjutkan studi ke jenjang program magister/magister terapan dan program doktor/doktor terapan baik di PT dalam negeri, maupun PT di luar negeri.

Sebagai penutup, kami berharap semoga rasa penasaran publik terhadap terobosan kebijakan ITS sudah terjawab. Namun, jika pembaca masih penasaran bisa mendapatkan informasi lebih detail pada laman: https://smits.its.ac.id/vokasi/. Kami mengajak para generasi milenial, marilah bergabung bersama kami, dengan memantapkan pilihan kuliah di Program Studi Sarjana Terapan, Departemen Teknik Infrastruktur Sipil, Fakultas Vokasi atau Sekolah Vokasi ITS.

Related Posts