Renungan : Masih Adakah Pahlawan Zaman Now?

Oleh : Budi Puryanto, Pemimpin Redaksi zonasatunews.com

Judul ini mungkin terlalu hiporbolik. Lebay.Tapi senyatanya penulis bertanya sungguh-sungguh. Apakah masih ada pahlawan zaman now? Kalau masih ada, dimana mereka bersembunyi? Mengapa mereka tidak menampakkan diri? Apakah mereka berjuang dalam sunyi, hingga tak seorang pun tahu. Atau mereka pikir negeri ini sedang baik-baik saja, Sehingga tidak perlu para putra pertiwi itu berjuang memperbaiki negeri?

Oh, tidak. Tampaknya negeri ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Kedaulatan negeri ini terancam. Tidak berdaulat dalam ekonomi. Tidak berdaulat dalam energy. Tidak berdaulat dalam pangan. Tidak berdaulat dalam hukum. Tidak berdaulat dalam kesehatan. Tidak berdaulat dalam kebudayaan.

Katanya negeri ini amat kaya-raya. Namun putra-putranya belum bisa mengolah sendiri kekayaan itu. Dengan senang hati dan tangan terbuka diundangnya para pemilik modal asing kesini. Lalu dengan bangga kita mengatakan investasi terus meningkat. Kita lupa bertanya, kenapa kekayaan melimpah ini tidak diolah putra sendiri.

Penduduk kita sangat besar. Tapi kita lupa untuk berproduksi sendiri. Memenuhi kebutuhan hajat rakyat dari usaha produksi sendiri. Kebutuhan pangan kita, ya..urusan perut rakyat kita, berapa yang kita produksi sendiri? Selalu ada geger musiman yang menghebohkan : gula impor, daging impor, garam impor, beras impor, kedelai impor, benih pertanian impor. Kita lupa bahwa urusan perut rakyat adalah urusan ketahanan bangsa.

Sumber gas kita banyak. Cadangan gas kita besar. Tapi ironi, harga gas tinggi. Lalu pupuk menjadi mahal, karena bahan bakunya gas. Petani yang tertekan. Tapi mau bagaimana, petani kita sudah tergantung dengan pupuk kimia. Berapapun harganya tetap di beli. Lalu para pakar menulis : Nilai Tukar Petani rendah. Terus merosot.

Sumber energy kita banyak. Potensi energy terbarukan kita luar biasa besar. Tapi kita lupa menyiapkan putra-putra bangsa untuk mengolahnya sendiri. Kita menikmati kemewahan dengan cukup menerima hasil kerja orang lain. Kita malas bersusah-susah mengurus sendiri kebutuhan energinya. Inilah dampaknya : Harga listrik kita tinggi. Biaya produksi industri dan usaha kecil rakyat meningkat. Bekerjalah hukum pasar : harga barang terus naik. Daya beli rakyat tertekan.

Derajat kesehatan rakyat belum menggembirakan. Masih banyak orang sakit tak mampu berobat. Masih banyak orang sakit tak terlayani dengan baik. Angka kematian bayi masih cukup tinggi. Lho, kan sudah ada BPJS kesehatan? Anggaran BPJS kesehatan tidak mencukupi. Ibu Menteri mengeluh. Dan berpesan dengan bijak : rakyat tak boleh sakit, jaga kesehatan, anggaran tidak mencukupi!

Hukum di negeri ini belum menjadi obat penawar bagi pencari keadilan. Praktek hukum masih sering berpihak kepada kelompok kuat. Kita masih sering mendengar istilah hukum tumpul keatas, dan tajam kebawah. Ini memang Negara hukum. Tapi apakah hukum menjadi panglima? Belum, masih belum.

Dalam soal kebudayaan. Rasanya sudah lama bangsa ini meninggalkan kebudayaan sendiri.Anak kids zaman now lebih mengenal produk kebudayaan bangsa lain. Dan mereka bangga dengan itu. Apakah anak-anak itu salah? Sama sekali tidak. Karena mereka tidak paham. Itu dampak dari tidak adanya politik kebudayaan yang jelas. Hasilnya, anak-anak tidak memiliki karakter bangsa sendiri. Karakter mereka menjadi tidak genuine.

Ah, hari ini entah kenapa sangat merindukan hadirnya kembali sosok para pahlawan itu. Ya, jiwanya yang tulus ihklas berjuang tanpa pamrih. Semangatnya yang tidak pernah padam. Keberaniannya yang tak kenal gentar. Hidupnya yang sederhana. Kecintaannya pada bangsa mengalahkan segalanya. Semuanya itu…amat dibutuhkan kehadirannya saat ini.

Petikan sajak Chairil Anwar terasa benar :
“…Diponegoro. Di zaman pembangunan ini, Tuan hadir kembali….”

Selamat Hari Pahlawan!

Related Posts