ZONASATUNEWS.COM –“Seorang anak manusia Indonesia yang bernama Siti Fadilah Supari sebagai menteri kesehatan Ri telah melakukan perlawanan sengit terhadap ketidakadilan WHO dan pihak-pihak lain yang terkait dalam penanganan vaksin flu burung, tidak hanya untuk kepentingan Indonesia tapi juga kemanusian secara keseluruhan.”
Demikian endorsement Buya Syafii Maarif. Sementara Al-Maghfurllah Gus Sholahuddin Wahid dalam endorsementnya mengatakan, “Siti Fadilah Supari melawan ketidakadilah WHO dengan gagah berani.”
Seingat saya, buku berujudul “Saatnya Dunia Berubah, Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung ini saya dapatkan di toko buku UIN Sunan Ampel Surabaya sekitar tahun 2012 (saat itu masih IAIN). Entah, apa bos toko buku itu masih ingat atau tidak. heheh. Saat itu saya membeli tiga eksemplar. Satu saya ‘haturkan’ ke kiai saya. Satu dibeli teman saya. Satunya lagi ada di tangan saya ini. Awalnya saya diutus oleh kiai saya, untuk mencari buku yang ditulis oleh menteri kesehatan RI 2004-2009, dan akhirnya saya menjumpai buku berjudul Saatnya Dunia Berubah ini.
Menarik apa yang ditulis oleh menteri kesehatan periode 2004-2009 dalam buku ini. Bagaimana perjuangannya melawan ketidakadilan yang selama separoh abad lebih didiamkan. Dia secara berani dan jujur membeberkan bagaimana proses perlawanan itu. Perjuangan berat dan melelahkan karena ‘melawan’ negara adidaya yang sekian lama ‘mencengkeram’ negara-negara berkembang dengan aneka kebijakan yang dibuat.
Lebih dari separoh abad negara-negara berkembang dikadali oleh negara-negara maju. Tak ada yang berani bersuara. Sampai seorang perempuan, menteri kesehatan RI yang bernama Siti Faadilah Supari membelalakkan mata dunia. Dia menjadi pelopor negara-negara lain yang selama ini membisu atas ketidakadilan itu.
Semenjak puluhan tahun, 110 negara di dunia yang mempunyai kasus influenza biasa (seasonal flu) harus mengirimkan spesimen virus secara sukarela ke GISN (Global Influenza Surveilance Network) yang telah direkomendasikan oleh WHO (World Health Organization). Virus yang telah diterima GISN sebagai wild virus menjadi milik GISN. Kemudian diproses untuk risk assesment dan riset para pakar. Di samping itu juga diproses menjadi seed virus. Dari seed virus ini kemudian dibuat suatu vaksin, dan vaksin ini dijual kepada negara-negara berkembang dengan harga selangit. Negara penyetor virus tidak boleh tahu, mau diapakan virus itu. Bisa jadi dibuat vaksin, alat diagnosis bahkan senjata biologi.
Ketika ibu Siti Fadilah Supari bersuara keras, memperotes ketidakadilan ini. Negara-negara maju yang selama puluhan tahun menikmmati keuntungan di atas penderitaan negara lain itupun berang. Aneka tekanan dan ancaman diterimanya. Bolak-balik dokter ahli jantung itu didatangi utusan WHO dan Amerika agar menghentikan ‘suara kerasnya’. Namun semua itu tak sedikitpun menyurutkan langkahnya untuk menyuarakan keadilan.
Tanggal 20 Desember 2006 ibu Siti Fadilah Supari memberikan peringatan keras, bahwa Indonesia tidak akan lagi mengirimkan spesimen virus flu burung dari indonesia ke WHO CC (Collaborating Center) lagi, selama mekanisme masih mengikuti GISN. Mekanisme yang tidak adil dan sangat imperialistik itu harus dirubah menjadi mekanisme yang adil dan transparan. Sehingga negara yang terdampak tidak dirugikan.
Saat itu juga beliau menegakkan diagnosis flu burung dengan malukukan pemeriksaan di laboratorium Litbangkes RI. Tidak diakui WHO, dia tidak peduli. Dia ingin membuktikan bahwa Indonesia adah negara yang merdeka dan berdaulat, yang tidak seenaknya bisa didekte. Dia pun berencana membuat early and rapid diagnosis dan vaksin dari virus strain Indonesia secara mandiri atau bekerjasama dengan prinsip kesetaraan dengan negara maju sebagai negara yang berdaulat. (hal. 23)
Berkat keberaniaannya dan perjuanganya yang tulus, negara-negara berkembang tidak lagi menjadi santapan negara maju. Negara yang terjangkit memperoleh sharing benefit atas setiap virus sharing yang dilindungi hukum. Dan negara maju pun tidak akan tertarik lagi merekayasa virus baru. Karena keuntungan secara komersial tidak menjanjikan lagi.
Perjuangan berat ibu Siti Fadilah Supari berbuah manis. Meski awalnya hanya Thailand dan Iran yang mendukung perjuangan ide besarnya. Pada akhirnya resolusi besar yang digaungkan Indonesia untuk merubah aturan yang penuh ketidakadilan itu mendapatkan dukungan dunia. Semua berani bersuara untuk melawan ketidakadilan itu.
Kini perempuan tangguh dan pemberani itu harus mendekam dalam penjara. Kasusnya seperti dibuat-buat. Dicari-cari kesalahannya. Di tahun 2012 ibu Siti Fadilah Supari ditetapkan sebagai tersangka, karena diduga menyalah guankan wewenang.
Kasus tersebut berawal saat terjadi banjir bandang di Kuta Cane, Aceh pada tahun 2005. Saat itu, ada sekitar 22 orang meninggal, 300 orang harus dirawat di Rumah Sakit, dan sekitar 3000 orang terpaksa mengungsi. Karena takut terjadi wabah, maka dia pun mengambil langkah darurat untuk mengatasi keadaan tersebut. Ibu Siti Fadilah Supari akhirnya mengambil kebijakan khusus. Dan karena kebijakan ini dia dituduh menyalahkan wewenang.
Kini di usianya yang ke-70 tahun, beliau masih mendekam dalam penjara. Negara tak pernah menghargai perjuangan besar itu. Dan menghadapi situasi seperti ini, tak ada salahnya pengalaman beliau menangani kasus virus flu burung sekian tahun yang lalu itu bisa menjadi masukan berharga untuk pemerintah. Kali ini saya setuju dengan Pak Fahri Hamzah, bebaskan perempuan pemberani ini, Ibu Siti Fadilah Supari.
Sumber : FB ZAENAL ABIDIN EL JAMBEY
Related Posts
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
Quo Vadis Kampus Era Prabowo
Habib Umar Alhamid: Prabowo Berhasil Menyakinkan Dunia untuk Perdamaian Palestina
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Kelemahan Jokowi
my siteOctober 24, 2024 at 12:58 pm
… [Trackback]
[…] Read More on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/perempuan-pemberani-itu-bernama-siti-fadilah-supari/ […]
top camsNovember 26, 2024 at 4:31 am
… [Trackback]
[…] Info on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/perempuan-pemberani-itu-bernama-siti-fadilah-supari/ […]
ทางเข้าpgDecember 13, 2024 at 3:10 am
… [Trackback]
[…] Here you will find 97076 more Information to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/perempuan-pemberani-itu-bernama-siti-fadilah-supari/ […]
บาคาร่าเกาหลีDecember 21, 2024 at 12:53 pm
… [Trackback]
[…] Find More on on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/perempuan-pemberani-itu-bernama-siti-fadilah-supari/ […]
Telegram中文December 25, 2024 at 10:47 am
… [Trackback]
[…] Read More Info here to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/perempuan-pemberani-itu-bernama-siti-fadilah-supari/ […]
best chat roomsDecember 26, 2024 at 6:35 am
… [Trackback]
[…] Find More to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/perempuan-pemberani-itu-bernama-siti-fadilah-supari/ […]