Shahib Anshari Muhajir : Darah Biru Lebih Mulus, Cara Gibran

Shahib Anshari Muhajir : Darah Biru Lebih Mulus, Cara Gibran
Anak Jokowi, Gibran Rakabuming Raka Calon Walikota Solo-Jawa Tengah

Oleh : Shahib Anshari Muhajir

Tentu sudah bukan menjadi obrolan privacy lagi, tentang seorang pemuda istana yang saat ini sedang melenggang dan memuluskan niatnya dalam perhelatan politik imperium Surakarta, Gibran Rakabuming, anak darah biru dari Presiden Jokowi.

Timeline berita minggu ini semua nyaris menyorot kepadanya, bagaimana tidak, usahanya Gibran menjadi cawalkot dan tekad merebut kursi bakal calon orang nomor satu di Surakarta itu ia berhasil dapatkan setelah bersaing dengan rivalnya, Ahmad Purnomo, seorang kader PDIP sepuh, terbaik di surakarta, sudah berdarah darah, telah menata lama melalui proses penjenjangan dan kaderisasi, dan yang lebih penting ia telah bisa melakukan ria’yah sebagai jati diri kader PDIP.

Purnomo bukan kader ingusan yang ujug ujug ingin jadi walikota. Tapi sayang, ia harus kecewa, memupus harapan, setelah katanya di hadang oleh surat sakti, Taklimat Presiden yang di perkuat oleh keputusan DPP. Siapa yang berani vis a vis melawan Presiden?.

Hadirnya Gibran dalam konstelasi Cawalkot Solo tentu mengundang perdebatan perspektif terkhusus para kaula muda, banyak yang mengapresiasi terhadap keberaniannya, tapi tak sedikit banyak yang meragukannya, banyak yang beranggapan bahwa ini adalah sebagai cara kamuflase seorang Joko Widodo untuk merangkai bangunan politik dinasti. Jikalah benar tentu ini adalah hambatan bagi reformasi partai politik dan kemacetan untuk agenda pendidikan dan kaderisasi politik di Indonesia.

Sebab Dinasti Politik akan mengakibatkan hasil dari kebijakan kekuasaan tersumbat untuk menyebar dan memberi dampak bagi masyarakat, Kekuasaan hanya akan berada dalam pusaran segelintir elite dan di peluk secara kekerabatan.

Tentu kongkalikong ini harus di lawan, partai politik harus melakukan konvensi secara terbuka, menseleksi calon berdasarkan integritas, prestasi dan kapasitas. Bukan sebab senioritas, punya relasi dengan kekuasaan atau bahkan karena memiliki darah biru kekerabatan, apalagi hanya karena manut manutan.

EDITOR : SETYANEGARA

Last Day Views: 26,55 K