Oleh : Ridwan Saidi, Budayawan
Migran India muslim kemari mulai XI M, mereka dipanggil Koja = kaya. India Hindu baru kemari tahun 1873 ke Medan. Mrk pekerja kebun dan dipanggil org Keling. Next datang retailler dari Bombay. Mereka Sikh, kumpul dan bisnis di Pasar Baru. Buka Toko Bombay.
Yang mengherankan India yg didatangkan pada abad IV M dan VII M ke Bekasi n Sumsel oleh Sejarawan lokal dan Bule. Itu India dari mana? Kok jejaknya tak ada. Tapi kalau melihat buku sejarah yang mereka susun, tampaknya banyak sejarawan lokal dan Bule yang berpikirnya wayang oriented.
Kalau orang Koja dari selatan, orang Pakistan dari timur India ke Andunisi abad XV-XVI M. Mereka muslim dan banyak yang memakai gelar Maulana. Yang pasti tokoh2 sejarah XV-XVI M itu yang bergelar Maulana, termasuk Sultannya, BUKAN native . Jangan ngaku-ngaku..
Di Sawah Besar Jakarta ada toko obat2an herbal besar sekali milik Indian muslim namanya Prof Tabib Fachrudin. Ia menjual rupa2 obat, juga obat kuat untuk pria. Iklannya sangat terkenal pada tahun-tahun 1950-an. “Nafsu besar tenaga kurang. Ibarat bubuk makan kayu”.
Ada yang pernah menyoal gelar prof-nya, Tuan profesor dari mana? Prof itu profesional, jawab Tabib. Si penyoal terdiam.
Setiap tahun WNI India di Jakarta baik yang tinggal di Pasar Baru atau Sunter menjadi host bikin acara Dipawali yang dihadiri oleh orang2 India Indonesia dari seluruh tanah air. Bintang Bollywood beken seperti Amitab Bachan dan Shahrukh Khan dihadirkan. Palwali meriah. Seandainya Raj Kapoor masih ada tentu berhadir juga. Kuingat filmnya Booth Poolish.
Mehra juta hey Japan
Yeh patlul ka Hindustan
Sarpelal topi Russi
Firbidil ke Hindustan
Bajuku dari Jepang
Sepatuku India
Topiku dari Rusia
Aku tetap India
Aacha muhabath.
(RSaidi)
EDITOR : REYNA
Related Posts
Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama
Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata
Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
No Responses