Oleh : Ridwan Saidi, Budayawan
Intel legendaris Kolonel Zulkifli Lubis. Ia pendidikan jaman Jepang. Namanya dikaitkan dengan peristiwa 17 Oktober 1952 ketika Bung Karno (BK) ditekan agar bubarkan parlemen. Kol Zulkifli juga terlihat berpotret dengan sejumlah perwira di Sungai Dareh, Sumatera Barat, jelang proklamasi PRRI Februari 1958.
Saya punya kesan Kol Zulkifli intelejen intelek ketika tahun 1957 ia memberi komentar tentang usul2 fraksi Islam di Konstituante mengenai Islam sebagai dasar Negara. Terasa ia hormat pada pengusul, tapi pendiriannya tetap tegas Pancasila dasar Negara.
Di jaman Jend Yoga Sugama Ka Bakin, dan sebelumnya Jend Sutopo Yuwono, Bakin setiap bulan menyampaikan perkiraan keadaan Nasional depan sidang kabinet. Presiden Suharto mendengar dengan serius.
Sejak peristiwa Talangsari (Lampung 1989, red)), informasi yang kita dengar melulu Islam radikal radikul. Kalau ucapan ini sudah jadi daging, ini akan mempengaruhi psikologi yang bersangkutan.
Tidak ada komentar apa pun dari Indonesia ketika Siti Aisyah, warga Indonesia, bersana Doan Thi Huong, wanita Vietnam, berdua di siang bolong di tengah kerumunan ramai di Airport Kuala Lumpur menyerang seorang pria yang kemudian diketahui bernama Kim Jong Nam. Jong Nam bersaudara dengan Jong Un Presiden Korea Utara .
Kemudian tersiar berita Jong Nam bekerja untuk Korsel, dan ada yang spekulasi Jong Nam CIA.
Jong Nam diberitakan mati setelah 1 jam serangan. Rupanya kedua cewe intel ini lumuri wajah Jong Nam dengan cairan yang tak diumumkan.
Siti Aisyah kemudian dikabarkan dibebaskan. Nasib Thi Huong tak diketahui. Dari drama Airport Kuala Lumpur, pembebasan Siti Aisyah menjadi pertanyaan yang menggoda.
Benarkah seperti itu latar belakang kisah pembunuhan Jong Nam? Dia bekerja untuk CIA dan Korsel, atau untuk Korut dan China?
Ketika peristiwa terjadi media di Indonesia sepi komentar sampai gini hari. Seandainya Aisyah dituduh terkait ISIS USUS ISO, pendeknya sampai tujuh kali Rejeb Hijri ulasan dan komentar tak akan ada berhentinya. (RSaidi)
EDITOR : REYNA
Related Posts

Dr. Anton Permana: 5 Seruan Untuk Presiden Prabowo, Saat Rakyat Mulai Resah dan Hati Mulai Luka

Menyikapi UUD 18/8/1945

Rocky Gerung: 3 Rim Karatan di Kabinet Prabowo

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam

Setahun Rezim Prabowo, Perbaikan atau Kerusakan Menahun?

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (1) – Peta Baru di Samudra Pasifik

Api di Ujung Agustus (Seri 34) – Gelombang Balik

Api di Ujung Agustus (Seri 33) – Pengkhianat Didalam Istana

Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri

Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global




เว็บตรง lucabetNovember 23, 2024 at 6:57 am
… [Trackback]
[…] Read More on to that Topic: zonasatunews.com/terkini/catetan-babe-ridwan-saidi-17-intelejen-indonesia/ […]