Chris Komari: Usaha Dekolonisasi Dan Deislamisasi Di Indonesia Selalu Dilakukan Oleh Non Bumiputera Khususnya RRC

Oleh: Chris Komari
Activist Democracy, tinggal di Amerika Serikat 

Usaha-usaha itu bisa dilihat dari berbagai cara, seperti bangunan-bangunan apartment dan perumahan di sekitar pesisir pantai pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan.

Di DKI Jakarta lewat reklamasi pulau buatan, yang dibangun massive perumahan dan apartment yang akan dihuni oleh para PENDATANG, khususnya dari RRC.

Kemudian mereka akan mudah mendapatkan KTP dan KK palsu dan ASPAL, yang kemudian dipakai untuk ikut NYOBLOS di PILKADA dan PILPRES.

Begitulah mereka punya taktik decolonization dan de-Islamisasi Indonesia dengan merubah landscape VOTERS, agar mereka menguasai kekuasaan DAERAH DKI Jakarta.

Ketika mereka menguasai IBU Kota Jakarta, maka menguasai daerah lain hanya soal waktu.

Usaha-usaha decolonization dan de-Islamisasi itu mendapatkan platform yg lebih besar di era Jokowi, LBP dan PDIP, hingga mampu menguasai Executive dan Legislative.

That is pretty dangerous and the danger is very real.

Bahkan mereka mampu meloloskan UU OMNIBUSLAW untuk merampok SDA bangsa lebih luas lagi dan memperkosa BURUH dengan gaji seadanya tanpa memiliki HAK dan kekuasaan untuk protes.

Mereka telah menguasai Executive, Legislative, POLRI dan TNI.

Tetapi mereka lupa, ada kekuataan besar di Indonesia yang mereka harus hadapi, pertama yakni Islam.

Karena itu, ARB dan HRS begitu dibenci oleh mereka habis-habisan, karena keberadaan mereka akan menghalangi dan menghancurkan grand agenda mereka untuk decolonization dan de-Islamisasi Indonesia.

Yang kedua, tantangan mereka adalah para activist pergerakan yang nationalis, para activist akademisi, para warga negara yang well-educated and intellectual, sebagian anggota TNI yg punya jiwa nationalis dan patriotic yg tinggi, mereka paham betul dgn sejarah masa lalu, bukan hanya diera communism 1940’s, 1950’s dan 1960’s hingga gerakan G30S PKI, tetapi juga diera kerajaan di Jawa.

Tantangan ketiga adalah para “ulama” yg menjadi politisi dan activist, mereka sulit disogok dan dipengaruhi dgn jabatan dan uang, kecuali ulama bunglon, ulama gadungan dan ulama celebrity.

Tantangan keempat adalah dari keluarga keturunan dan titisan para raja-raja di Jawa dan Sumatera yang hingga kini hidup dan berada dalam kehidupan masyarakat, hanya keberadaan mereka sulit diketahui dan diditeksi oleh umum, karena mereka bergerak secara spiritual dari alam yg berbeda. Dalam dunia spiritual, keberadaan mereka mudah diditeksi, karena merekalah yg menguasai dunia spiritual di tanah air.

Kekuataan spiritual ditanah JAWA inilah yg sering luput dari master plan dari mereka yg ingin de-Islamisasi dan de-kolonialisasi tanah JAWA.

It’s not going to happen, it failed in the past, it is going to fail again this time.

It can backfire to those who try to de-islamization and decolonization NKRI.

In my views, those attempts of decolonization and de-Islamization are pretty dangerous because many Indonesians today are way more well educated then in the old days, the 50’s, 60’s and 70’s.
.
You guys shall hunt down those who are advocating and supporting decolonization and de-Islamization of Indonesia from now on.

Gather the list….!!!!

(Itu tidak akan terjadi, itu gagal di masa lalu, itu akan gagal lagi kali ini.

Hal ini dapat menjadi bumerang bagi mereka yang mencoba melakukan de-islamisasi dan dekolonisasi NKRI.

Dalam pandangan saya, upaya dekolonisasi dan de-Islamisasi itu cukup berbahaya karena banyak orang Indonesia saat ini yang jauh lebih berpendidikan daripada di masa lalu, tahun 50-an, 60-an dan 70-an.
.
Kalian harus memburu mereka yang menganjurkan dan mendukung dekolonisasi dan de-Islamisasi Indonesia mulai sekarang.

Kumpulkan daftarnya!!)

EDITOR : REYNA 

Related Posts