Muhammad Nabil: Gus Yahya Pemimpin Ummat

Muhammad Nabil: Gus Yahya Pemimpin Ummat
Yahya Cholil Staquf, Ketua PBNU

Oleh : Muhammad Nabil

Untuk opini diluar, tidak, tidak ada yang penting dan bermanfaat membahas “keanehan” jika ada seorang kader HMI menjadi tokoh NU seperti Gus Yahya. Karena semakin dibahas semakin ada dikotomi antara HMI dan NU yang pada dasarnya tidak ada yang sulit dan berbeda.

Dalam setiap training kita pernah diajarkan dan mengajarkan bahwa HMI adalah kader ummat dan kader bangsa. Karena pada dasarnya ikut HMI itu adalah ajang latihan untuk belajar dan berjuang untuk ummat dan bangsa. Menjadikan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.

Tidak ada jarak dan sekat ketika seorang kader HMI mau masuk dan aktif NU ataupun aktif di Muhammadiyah.

Di HMI (hampir) tidak pernah membahas hal-hal yang bersifat furu’iyah atau khilafiyah. Bahkan cenderung dibuat candaan saja.

Tidak ada yang harus diadaptasikan ketika aktif di HMI kemudian masuk di NU. Ini hanya lapangan perjuangan yang berbeda seperti ketika aktifis HMI juga aktif di Muhammadiyah.

Tidak ada persoalan ketika kader HMI aktif di NU, bahkan ketua SC Muktamar NU pun, Prof. M. Nuh juga kader HMI yang pernah jadi ketua Komisariat Elektro ITS. Dan tidak ada persoalan apapun bagi pak Nuh dan NU itu sendiri

Jadi ingat cerita tokoh PPP Surabaya, KH. Mudjib (KH. Mudjib Ridwan) yang mengatakan putranya ada yang aktif di HMI.

Pernah juga waktu saya sowan ke Gus Ali dan mengomentari Anas Urbaningrum yang menikahi putri keluarga besar pondok pesantren Krapyak,Yogyakarta.

Gus Ali bilang sambil bergurau, dari caranya Anas meyuguhkan kopi sudah jelas kalau Anas itu NU tulen.

Tidak ada yang penting untuk dibuat dikotomi karena sangat tidak pas dan tidak relevan.Yang penting ummat yang merupakan bagian dari bangsa bisa bersinergi.

Sekarang Gus Yahya menjadi orang pertama di NU pasti punya komitmen kebangsaan dan keummatan. Tidak ada pikiran atau apapun namanya HMI akan mewarnai NU, bukan itu dan pasti bukan.

Semakin didiskusikan semakin kita masuk suasana dan warna yang tidak menarik dan tidak produktif, bahkan cenderung mundur ke belakang lagi tanpa arah dan disorientasi atau bahkan a historis.

Jelas peristiwa sejarahnya bahwa yang membela HMI habis-habisan saat akan dibubarkan oleh Bung Karno adalah Menteri Agama KH. Syaifudin Zuhri (tokoh NU).

Juga jelas kalau yang menjaga dan melindungi HMI saaat peristiwa PKI 65 adalah Mas Subhan ZE yang merupakan salah satu pimpinan PB NU saat itu.

Bahkan rumah beliau di jalan Banyumas menjadi markas ke dua HMI waktu dr. Sulastomo (Mas Tom) menjadi ketua umum PB HMI saat itu (1963-1966).

Untuk di Jawa Timur masih ada nama Taufiqurrahman Saleh (Cak opik) putra kyai Saleh yang pernah menjadi ketua umum HMI Cabang Surabaya era 80-an.

Cak opik ini sangat dekat dengan KH. Imron Hamzah, tokoh NU Jawa Timur. Dengan KH. Hasyim Muzadi lebih dekat lagi karena setelah selesai di HMI aktif di GP Anshor Jawa Timur, bahkan menjadi teman dan kader kesayangan pak Hasyim Muzadi.

Sekarang kita berjalan untuk melakukan perbaikan ummat dan bangsa yang bermartabat. Saya khawatir (sedikit curiga) kalau ada pihak2 yang selalu membahas posisi Gus Yahya yang pernah aktif di HMI, selalu dibahas dan seolah aneh kalau sekarang menjadi elite NU.

Jangan2 memang ada yang tidak ingin ummat ini bersatu. Padahal kita berharap agar ummat ini bersinergi dan bersatu untuk Indonesia.

Selamat berjuang untuk Gus Yahya menjadi Ketua umum PB NU. Semoga menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat

EDITOR : SETYANEGARA

Last Day Views: 26,55 K