Industri Semen Kelebihan Kapasitas 30 Juta Ton

JAKARTA, ZonasatuNews – Situs resmi Kementerian Prindustrian RI menyatakan Industri semen nasional diperkirakan mengalami kelebihan kapasitas (overcapacity) hingga 30 juta ton pada 2017. Beroperasinya dua pabrik semen baru yang tidak diimbangi peningkatan permintaan, membuat overcapacity di industri ini semakin meningkat.

“Tahun ini kapasitas produksi sudah 92,7 juta ton dari permintaan hanya 65 juta ton. Tahun depan akan menyusul operasi 2 unit baru yaitu Semen Padang dan Semen Baturaja, sehingga over supply akan meningkat menjadi sekitar 30 juta ton,” kata Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso kepada Investor Daily, baru-baru ini.

Widodo menjelaskan, kelebihan kapasitas produksi sudah terjadi sejak tiga tahun terakhir. Dalam kurun waktu 2014-2016, terjadi penambahan kapasitas produksi 34 juta ton dari 13 pabrik baru, yang sayangnya tidak diimbangi tingginya permintaan. Tercatat, peningkatan konsumsi semen selama periode tersebut hanya 7 juta ton.

“Di tahun 2016 ini saja sudah ada enam pabrik baru yang melakukan comissioning dengan total kapasitas sekitar 14 juta ton. Ditambah kelebihan kapasitas sebelumnya tahun 2015, total kapasitas di akhir tahun 2016 akan sebesar 92,7 juta ton. Tahun depan, akan menyusul lagi operasi 2 unit baru yaitu Semen Padang dan Semen Baturaja,” terang dia.

Sekretaris Perusahaan PT Semen Baturaja Tbk Zulkifli Sibli sebelumnya mengatakan, pihaknya tengah membangun pabrik Baturaja II di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Sumatera Selatan (Sumsel). Pabrik dengan kapasitas produksi 1,85 juta ton ini dijadwalkan mulai beroperasi pada semester I-2017.

Proses pembangunan pabrik telah dilakukan sejak pertengahan 2015 dengan total investasi sekitar Rp 3,32 triliun. Dana pembangunan pabrik tersebut berasal dari dana hasil penawaran saham perdana dan pinjaman perbankan.

Sementara itu, Semen Padang juga bakal membangun pabrik pengepakan semen di Bengkulu pada awal Oktober 2016. General Manager Quality Assurance PT Semen Padang Hari Utama mengatakan, pabrik dengan nilai investasi Rp 75 miliar ini berkapasitas produksi 300 ribu ton semen per tahun. Pembangunan diperkirakan membutuhkan waktu satu tahun dan selesai pada Oktober 2017.

Widodo menyebut, Indonesia telah menjadi produsen semen terbesar di Asia Timur dengan total kapasitas mencapai 92 juta ton pada 2016, disusul Vietnam 78 juta ton, Jepang 60 juta ton, serta Korea Selatan 55 juta ton. Namun sayangnya, tingginya kapasitas produksi tersebut belum diimbang kenaikan konsumsi semen di Tanah Air.

Dia menjelaskan, kenaikan konsumsi semen pada 2015 hanya 3,4% atau sekitar 2 juta ton. Adapun semester I-2016, peningkatan konsumsi juga 3,1% atau bertambah 1,1 juta ton saja, sehingga estimasi konsumsi tahun 2016 hanya naik sekitar 4% atau 2,5 juta ton saja.

Pembatasan Investasi

Widodo mengungkapkan, beberapa produsen semen terpaksa harus menyetop sebagian pabriknya, karena stok di gudang penyimpanan sudah penuh. Bahkan beberapa diantaranya ada yang sudah menyimpan klinker (produk setengah jadi) di open yard, karena gudang penuh.

“Produsen semen mengeluh dengan terus diizinkannya pengembangan pabrik di Indonesia. ASI sudah secara resmi memohon agar dihentikan sementara izin pembangunan pabrik baru sampai tahun 2019. Ini juga terjadi di Thailand dan Viet Nam, dimana setelah kelebihan kapasitas,mereka menahan sementara pengembangan pabrik semennya,” kata dia.

Menurut Widodo, langkah penghentian izin pembangunan pabrik baru sangat mendesak, karena dengan kelebihan pasokan yang ada, utilisasi akan menuju 65-70%. Dengan kondisi ini, kinerja industri semen akan menurun drastis dan mungkin berdampak pada terganggunya penyelesaian keuangan dengan pihak perbankan, karena pembiayaan investasi pasti sebagian dari pinjaman bank.

“Kami berharap izin pembangunan pabrik semen baru dihentikan dulu sampai ada keseimbangan antara suplai dan permintaan dalam negeri. Semoga pemerintah bisa melindungi industri semen dalam negeri mengingat kondisi oversupply tersebut,” ungkap dia.

Widodo mengatakan, perkembangan pembangunan infrastruktur sudah cukup bagus. Namun tetap saja tidak akan bisa menyerap peningkatan produksi yang sangat besar. Terlebih, kegiatan properti juga mengalami perlambatan, dan kebutuhan anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tahun ini yang sebesar Rp 104 triliun tidak bertambah, sehingga kebutuhan semennya juga sama seperti tahun lalu.

Related Posts