Dubes Muhammad Najib: Belajar Dari Sepakbola di Spanyol, Untuk Memajukan Sepakbola Indonesia

Dubes Muhammad Najib: Belajar Dari Sepakbola di Spanyol, Untuk Memajukan Sepakbola Indonesia
Dr Muhammad Najib, Duta Besar Indonesia untuk Spanyol dan UNWTO

ZONASATUNEWS.COM, MADRID – Spanyol itu luar biasa sepakbolanya. Klub-klub bola itu hidup, dan masyarakat antusias sekali memberikan dukungan.

Pernyataan itu disampaikan Dubes Indonesia untuk Spanyol dan UNWTO, Dr Muhammad Najib kepada zonasatunews.com, Jumat (11/2/2022) lewat saluran video youtube.

Dia mengakui, sebenarnya bukan penggemar sepakbola. Namun saat pertandingan Real Madrid dan Inter Milan, minggu lalu, yang merupakan pertandingan 2 raksasa Eropa, Dubes Najib menceritakan ditawari stafnya untuk nonton bola, ada tiket yang bisa dimanfaatkan.

“Wah saya senang sekali. Akhirnya saya nonton. Pertama, saya lihat, orang yang nonton itu ramai sekali. Tapi tertib. Ada orang tua, perempuan, anak-anak, nenek-nenek. Semua datang itu dengan wajah yang gembira, ” katanya.

Tidak seperti di Jakarta, kata dia, datang ke lapangan itu menakutkan. Wajah-wajah beringas nampak. Jadi seperti mau ke medan perang kalau datang ke stadion.

Stadion Santiago Bernabéu, Markas Real Madrid, Spanyol

Tapi di Spanyol beda, sambung Dubes Najib, kita seperti datang lihat pentas musik.

Yang kedua, pihak keamanan sangat sigap. Dimasa pandemi ini tidak boleh bawa makanan masuk. Bahkan minuman itu tutupnya harus dilepas. Karena khawatir penonton yang emosional itu akan melempar botol ke lapangan.

“Yang ketiga, saya perhatikan sepakbolanya itu profesional. Pemainnya itu kadang-kadang bermain keras, tapi gentlemen. Wasitnya itu adil. Dan seterusnya. Sehingga ketika saya pulang, saya merenung dan akhirnya berdiskusi dengan sejumlah orang yang mengerti dunia bola. Disitu saya baru mengerti, kenapa sepakbola Indonesia tidak maju,” paparnya.

Dubes Najib berkesimpulan, sebenarnya sepakbola Indonesia itu bisa seperti bulutangkis. Bisa maju. Atau kalau dibalik, kenapa sepakbola di Spanyol ini maju. Di Spanyol itu antara penjudi dan mereka yang bermain sepakbola, itu bermain di kamar yang berbeda. Kalau di Indonesia campur aduk.

“Penjudi dibantu para mafia itu masuk ke lapangan. Sehingga pelatih tidak bisa seratus persen menyusun kesebelasannya, pemain terbaik yang dia yakini. Banyak intervensi. Rekruitmen begitu juga, pelatihan begitu juga. Sampai pertandingan, itu bisa diatur skornya. Wasit disuap. Pemain disuap. Itu kan kemudian merusak. Sehingga penonton itu sebenarnya ditipu saja oleh para penjudi,” ungkapnya.

Dan juga soal suporter-suporter itu, Dubes Najib merasa sedih melihatnya. Ada yang berkorban nyawa, tawuran, membela kesebelasannya. Padahal semuanya sudah di kendalikan para mafia dan para penjudi.

“Menurut hemat saya, selama masalah ini belum diselesaikan, tidak akan pernah bisa maju sepakbola Indonesia. Nah, dalam kesempatan yang berharga ini, saya sebelum berangkat kesini (Spanyol), saya bertemu dengan pak Boy Rafli Amar (Pembina Utama Uni Papua FC, Komjen Boy Rafli Amar), yang mengantar 2 anak Papua yang akan berlatih di Spanyol, saya gembira sekali mendengarnya,” ungkapnya.

Dua putra Papua akan dikirim ke Spanyol untuk mengikuli latihan selama satu tahun di akademi S.A.D CD Numancia. Pelepasan keduanya dilakukan oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Spanyol yang baru saja dilantik Presiden Joko Widodo, yaitu Muhammad Najib, pada Selasa (26/10/2021) malam di Jakarta.

Bahkan, Boy Rafli Amar mengatakan,”Pak Najib, saya sebagai pembina di Papua ini, saya mengangkat bapak Duta Besar sebagai bapak angkat mereka,” katanya menirukan Komjen Boy Rafli Amar, Pembina Utama Uni Papua FC.

Karena itu setelah masalah konsolidasi internal di KBRI selesai, Dubes Najib berjanji akan mengunjungi mereka.

Dia akan lihat dari dekat, dimana mereka berlatih. Bagaimana makannya. Bagaimana pakaiannya. Bagaimana kesehatannya. Karena mereka itu tidak hanya berlatih sepakbola. tetapi membawa apa yang disebut ‘football diplomacy’.

Menurutnya, kita bisa meredakan ketegangan di Papua dengan memanfaatkan potensi-potensi mereka. Kita salurkan bakat-bakat mereka. Sehingga masalah Papua jangan hanya diselesaikan dengan senjata.

“Karena itu saya serius, saya akan kunjungi mereka. Nah, cuma saya ingatkan, kerja saya disini, menjalin kerjasama dengan klub sepakbola. Saya dengar La Liga sudah buka kantor di Jakarta. Kerjasama diantara Real Madrid dan sejumlah kementerian khususnya Kemenpora dan beberapa propinsi itu sudah berjalan,” ungkapnya.

Namun, semuanya itu akan menjadi sia-sia, kata dia, selama mafia dan penjudi ini tidak dipisahkan. Silakan mereka berjudi, tapi dalam kamar yang berbeda. Jangan ganggu pemain. Jangan intervensi kesitu. Nah saya melihat di Spanol ini, yang profesional berada di kamar profesional. Mungkin pemisahnya kamar yang transparan, bisa dilihat, tapi para penjudi main dengan temannya sendiri. Dengan dunianya sendiri.

“Nah,ini bagaimana kedepan ini, saya melihat selama ini, menurut curhat begitu banyak (orang), tiba-tiba saya punya banyak teman yang mengerti sepakbola, berurusan dengan dunia sepakbola, dan ingin memajukan sepakbola Indonesia, justru setelah saya di Madrid ini,” jelasnya.

Dubes Najib mengaku tiba-tiba kaya sekali informasi. Tiba-tiba seolah ngerti sepakbola. Padahal dia menyadari dan mengakui, tidak banyak mengerti tentang sepakbola.

Kalau bulutangkis dia memang penggemar. Makanya hafal nama-nama seperti Rudy Hartono, Liem Swie King, Iin Sumirat, Alan Budikusuma, Susi Susanti, dan sebagainya.

“Tapi kalau sepakbola saya ndak hafal nama-nama pemain itu. Nah, sekarang saya berpikir bagaimana sepakbola kita ini bisa kita buat maju seperti bulutangkis,” tegasnya.

EDITOR: SETYANEGARA

Last Day Views: 26,55 K