Oleh: Isa Ansori, Kolumnis
Anies kecil sebagaimana anak-anak yang lainnya adalah anak yang nakal dan merepotkan. Sebagaimana penuturannya.
Anies menceritakan bagaimana dia kerap merepotkan Aliyah sang bunda sewaktu masih duduk di bangku sekolah dasar kelas satu sampai tiga. Gurunya beberapa kali memanggil sang bunda untuk datang ke sekolah karena kenakalannya.
Lucunya guru itu merupakan mantan mahasiswa sang bunda ketika berkuliah. Anies bersyukur bisa merasakan pendampingan yang intensif dari ibunya, yang seorang pendidik. Cara sang bunda mendidik penuh dengan kesabaran dan halus. “Beliau sabar mengarahkan tanpa saya merasa pernah diarahkan,” ujar dia.
Melewati masa-masa itu, bersekolah, kuliah hingga berkarir bukan berarti Anies tak menemui banyak kesulitan, tapi semua itu bisa dilewati dengan baik.
Karena hobinya naik sepeda, suatu saat ia ingin bersepeda jauh, demi ingin bersepeda jauh itu pun Anies pun mengikuti apa yang menjadi komitmen dengan sang bunda, boleh bersepeda jauh asal menuju perpustakaan.
Begitulah cerita Anies kecil, berkomitmen terhadap apa yang menjadi kesepakatan dengan sang bunda.
Ketika menjabat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan, Anies pun menerapkan apa yang menjadi pengalamannya, menjalankan kerja yang terukur dan berkomitmen dan bisa dilaksanakan.
Baca Juga: Kasus Wadas, Anies Layak Menggantikan Jokowi
Salah satu kebijakan Anies saat itu adalah ingin menumbuhkan minat baca pada anak-anak. Dia pun mengeluarkan kebijakan wajib membaca. Buku yang dibaca pun tidak ditentukan, anak-anak dibebaskan memilih sesuai dengan kesenangannya.
Bagi Anies, membaca bukanlah hal yang sulit, tapi kalau anak tidak punya minat, maka membaca akan menjadi barang mahal bagi anak, sehingga anak-anak dipersilahkan memilih buku yang disukai.
Hal yang sama ketika menjadi Gubernur Jakarta, Anies menjalankan kerja-kerja terukurnya. Selama 4 tahun memimpin Jakarta, Anies memenuhi janji -janjinya satu persatu. Capaian-capaian kerja dengan indikator-indikator terukur dia penuhi, sehingga tak ada cela bagi orang lain untuk mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Anies tidak berhasil.
Perjalanan selama memimpin Jakarta bukan tidak pernah mendapatkan tantangan, tapi tantangan-tantangan itu bisa beliau lewati dengan sabar dan jiwa besar. Anies sadar tidak semua yang dilakukan bisa memuaskan semua orang, jangankan pekerjaan yang salah, pekerjaan yang benar pun kalau sudah tidak disenangi, pasti akan dianggap salah.
Anies tak pernah melawannya dengan debat kusir, Anies selalu mempersilahkan mereka yang menganggap pekerjaannya salah untuk menunjukkan dengan argumen dan indikator – indikator yang sudah dibuatnya, bagi Anies kritik sangat dibutuhkan, tapi kritik yang berdasar argumen bukan sekedar imajinasi apalagi halusinasi.
Baca Juga: Survei Populi: 86 Persen Puas Kepemimpinan Anies di Jakarta
Jiwa besar Anies-lah yang membuatnya dalam menghadapi kritik-kritik yang cenderung fitnah dan menyerang pribadi tidak dihadapi dengan reaktif dan emosional. Kesederhanaan dan senyum serta menjawab kritik dengan argumen-argumen yang runtut menjadikan para pembencinya tidak berkutik.
Di tengah bangsa menghadapi berbagai persoalan – persoalan yang mendera, krisis keuangan, hutang luar negeri yang menumpuk, keterpurukan ekonomi akibat pandemi, keadilan yang sulit dicari, pembelahan bangsa yang bisa menyebabkan disintegrasi, menepisnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan aparatnya dan banyak lagi kerja-kerja yang tidak terukur dan cenderung ugal-ugalan, kehadiran pemimpin dengan kerja-kerja yang terukur untuk menyelesaikan persoalan – persoalan itu sangat diharapkan.
Anies dengan kerja terukurnya, berkomitmen serta jiwa besarnya adalah modal besar yang sedang dicari bangsa Indonesia agar bisa menyelesaikan masalah- masalahnya satu persatu.
Modal memimpin Jakarta dan kemampuan menyelesaikan masalah-masalah pelik yang ada dengan kerja-kerja terukurnya serta komitmen pemenuhan janji – janjinya merupakan modal besar untuk memimpin bangsa ini agar bisa keluar dari krisis yang dihadapi.
Anies kecil yang kini tumbuh dewasa dan memimpin Jakarta adalah anugerah bagi bangsa ini agar bisa keluar dari kesulitan yang ada. Anies diharapkan akan menjadi juru selamat bangsa ini keluar dari krisis. Memang tidak mudah, tapi semua itu pasti bisa dilakukan oleh Anies dengan pengalaman yang dia miliki.
Tidak ada kesulitan yang tidak bisa diselesaikan, di dalam kesulitan selalu akan ada kemudahan, begitulah janji Allah. Maka dalam mengatasi itu tak bisa Anies dibiarkan sendirian, Anies harus didoakan dan dibantu untuk menjemput takdirnya, takdir memimpin bangsa Indonesia. Semoga Allah memudahkannya. Aamien. (*)
EDITOR: REYNA
Related Posts
Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama
Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
Quo Vadis Kampus Era Prabowo
Habib Umar Alhamid: Prabowo Berhasil Menyakinkan Dunia untuk Perdamaian Palestina
No Responses