Oleh: Ridwan Saidi, (Budayawan Betawi, Sejarawan,Politisi Senior)
(Photo atas, pasar di Jakarta tahun 1950-an, tempe komplit)
Kita sudah digembleng di kawah candradimuka revolusi. Kita bukan bangsa tempe.Kata Bung Karno dalam suatu pidato di alun2.
Perumpamaan itu betul. Itu jaman tempe barang murah dan mudah didapat.
Kita mengenal kuliner yang kemudian dikasi nama tempe dari bangsa2 Carribea penghasil kedelai. Kita pun memproduk kedelai. Dari kedelai muncul tempe dan tahu. Di jaman revolusi pun tempe tidak pernah langka. Kini tempe langka.
Dimulai dengan minyak goreng, lalu tempe ikut langka.Seorang mentri berkata tempe langka gara2 China kasih makan babi dengan kedelai. Babi doyan apa saja, kenapa mesti kedelai.
Seorang kawan berkisah waktu dia bermalam di sebuah kampung di Indochina lagi asyik buang hajat di-semak2 tau2 jatuh tersungkur diseruduk babi. Tuan rumah ter-tawa2, Itu babi sudah tak sabar menunggu mau sikat U punya output. U jongkok kelama’an.
Sulit untuk dipahami kenapa minyak goreng dan kedelai susah didapat. Penimbunan? Belum ada bukti. Mungkin gangguan pada systen distribusi. Tapi ini perlu penelitian.
Kenapa kedelai sasaran, ini ‘kan kebutuhan rakyat kecil. Minyak goreng juga objek, semua orang perlu minyak goreng ‘kan. Krisis di era jelang meta verse tak mudah dipahami. Dalam diksi perang disebut proxy war.
Betapa sulit kita memahami situasi di Ukraine. USA sempat memastikan Rusia akan menyerang Ukraine 16/2/2022, taunya tak ada apa2.
Sebentar lagi yang bergentayangan avatar bukan real person. Avatar penjelmaan real person yang tak doyan tempe, dan kita saat itu mungkin masih bergulat dengan real problem langkanya tempe.
Hadapilah kesulitan dengan sabar. Sabar itu konservasi enerji. Baik ketika konon era digital mau ditinggalkan dan masuk ke era meta verse, variable tetap buat hidup adalah enerji.
Ketika dulu memasuki digital seraya tinggalkan manual tak berasa apa2, nanti juga begitu pas masuk meta verse karena yang diubah cuma cara bekerja, sedangkan kebanyakan kita masih mencari lowongan kerja. (RSaidi)
Related Posts
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata
Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 25) – Garuda Hitam Membara
Api di Ujung Agustus (Seri 24) – Kartu As Gema
Api di Ujung Agustus (Seri 23) – Dua Api, Satu Malam
GiftsDecember 17, 2024 at 10:10 pm
… [Trackback]
[…] Find More on on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/cabe-catetan-babe-182-bung-karno-kita-bukan-bangsa-tempe/ […]