Serial Wali Paidi (Bagian 2): Sejarah Wali Paidi, Episode 8: Menyembuhkan Pemuda Stres

Serial Wali Paidi (Bagian 2): Sejarah Wali Paidi, Episode 8: Menyembuhkan Pemuda Stres
Gambar ilustrasi Pondok Pesantren

Ditulis Ulang Oleh: Ir HM Djamil, MT

 
Paidi masih posisi di teras masjid setelah mimpi bertemu dengan pemilik masjid yang orang tua itu. Dia terbangun karena orang tua tadi hendak membisikkan sesuatu ke telinganya sehingga ia perlu menggeser badan dan cekekal ternyata ia hendak jatuh ke lantai terbangun.

Dia berusaha menenangkan diri dari rasa geragapan terbangun dari tidur, berulang kali istighfar dan dia menoleh ke belakang ternyata hanya tembok masjid. Setelah agak tenang ia memandang ke alun alun depan masjid yang ada pemandangan menarik.

Di luar masjid dekat alun-alun dilihatnya ada seorang anak muda yang ngomel-ngomel dengan keras yang dikerumuni oleh beberapa orang yang berusaha mencegah dan memegang tangannya, mungkin itu orang gila atau anak muda yang lagi stress.

Tiba-tiba anak muda itu berlari masuk halaman masjid dan menghampiri Paidi. Paidi berdiri hendak menghindar tapi anak muda itu berusaha hendak memeluknya, maka Paidi mengusapkan tangannya ke muka pemuda itu dan seketika Pemuda stress itu terjatuh lemas terduduk dan tertidur di pangkuan Paidi.

Orang-orang yang tadi mengerumuni Pemuda itu ternyata adalah keluarganya, mereka khawatir akan terjadi apa-apa dengan Pemuda itu, mereka sekarang ganti mengerumuni Paidi dan anak muda yang terdidur di pangkuan Paidi.

Paidi memberi isyarat untuk diam pada orang-orang itu dan minggir agar Pemuda itu dapat selonjor serta bernafas lega, tidak mengepung dan duduk sabar.

“Anak saya diapakan tadi… kok semaput ?”… celatu seorang ibu yang ikut rombongan.

Paidi tidak menjawab dia hanya memberi isyarat telunjuk di mulutnya tanda menyuruh diam dan tangannya mengisyaratkan agar mereka duduk tenang menunggu pemuda itu siuman.

Dengan suara pelan Paidi minta pada rombongan untuk sama-sama membaca Al Fatihah disuarakan pelan dan tartil sebanyak 3 kali. Setelah mereka semua bareng-bareng mebaca Fatihah, Paidi bercerita menghadap ibu tadi.

”Anak ini patah hati… dalam bercinta… berat pada kuliahnya… mohon jangan dipaksakan… biarkan sak mau maunya asal jangan meninggalkan Allah… yang boleh dipaksa hanya Sholat, lainnya nanti Allah yang mengatur”… tutur wali Paidi seolah tahu problema keluarga ini.

Si ibu meneteskan air mata sedang seorang lelaki tua tampak menundukkan kepala entah apa yang dipikirkan. Suasana menjadi hening.

Selang beberapa menit kemudian anak muda itu siuman dan celingukan melihat sekelilingnya dia heran melihat ibunya… pamannya.. dan beberapa saudaranya ada disitu.

“Dimana ini.. lho kok bisa ada disini..,” kata pemuda itu dan melompat menghampiri dan memeluk ibunya sambil menangis sejadi-jadinya, si ibupun tak kuasa menahan tangis, begitu pula paman dan orang tua tadi ikut pula mengusap air-mata, setelah acara tangis selesai.

Pemuda itu tanpa ada yang memerintah dia sungkem ke ibunya.

“Ibu maafkan saya gagal,”.. ujarnya.

Maka serta merta si ibu memeluk dan menciumi anaknya sambil berkata,

“Engkau telah sukses Le.. engkau sukses mengajarkan pada kami semua arti hidup ini,” setelah itu pemuda ini sungkem ke orang tua tadi yang ternyata bapaknya dengan mengucapkan kata yang sama.

Si Bapak tak menjawab apa-apa dia hanya mendongak sambil tangannya tetap mengelus kepala si anak dan kemudian merangkulnya.

Selesai suasana haru pemuda itu menanyakan hal ihwal mengapa mereka berada di masjid Demak, maka setelah dijelaskan oleh keluarganya dan juga ditunjukkan pada orang yang tadi memangkunya, pemuda itu bergegas mencium tangan Paidi mengucapkan terima-kasih hingga beberapa kali.

“Iya mas… Jodoh.. Rejeki… itu prerogratif Allah, sampeyan hanya ngelakoni saja … perbanyak dzikir, pahami dan baca Kul a’udu bi robbinas… dalam sholat-sholat sunah sampeyan utamanya qobliyah subuh”… tutur Paidi seperti kyai mewejang santrinya.

Pemuda itu mengangguk dan mencium tangan Paidi berkali kali, rupanya Pemuda ini adalah pemuda yang taat, sebenarnya dia bisa mengaji, namun karena orang tuanya yang lebih mengutamakan ilmu dunia pemuda ini dilema antara kepatuhan pada keinginan orang dan keinginan batinnya yang senang pada ilmu filsafat kehidupan.

Setelah ngobrol sejenak dan basa basi sedikit rombongan ini mohon pamit, sebelum mereka semuanya meninggalkan Paidi, sang Bapak walau sudah agak tua tapi masih kelihatan parlente itu menghampiri Paidi menyerahkan bungkusan, menjabat tangan Paidi seraya memberikan kartu nama, mengucapkan terima-kasih dia merangkul Paidi, dia mohon pamit juga.

Setelah rombongan anak muda stress tadi pulang, Paidi melihat bungkusan yang dihadiahkan tadi ternyata amplop tidak terlalu tebal, namun Paidi cukup gembira dengan hadiah itu.

Hmm dalam benak Paidi sudah ada sederetan rencana membelanjakan hadiah itu, langkah pertama ia akan mencari warung untuk menghentikan perutnya yang keroncongan.

Langkah kedua kalau uangnya cukup ia akan membeli sarung dan baju untuk sholat Jum’at di masjid Demak nanti.

Kalau uangnya masih cukup ia akan mengambil secukupnya untuk ongkos pulang dan selebihnya akan dijariyahkan ke masjid Demak.

Selesai makan, ngopi, dan mengambil sebungkus rokok sebelum menyulut rokoknya, Paidi membuka amplop pemberian tadi, ternyata isinya 20 lembar uang 50 realan Saudi.

“Bu.. masya Allah saya bayar dengan uang ini yaa”.. sambil menyerahkan dua lembar uangnya.

“Ndak mau pak.. sampeyan tukarkan dulu di BRI depan itu”… tukas Si empunya warung sambil menunjuk ke arah bank pembantu depan warung.

“Kalau begitu sebagian uang ini saya taruh sini yaa.. saya tak kesana.”

“Ndak usah pak sampeyan bawa saja saya percaya.. rokoknya juga sampeyan bawa sekali,”… jawab ibu warung itu menolak amplop dan rokok Paidi.

Di dalam BRI yang kebetulan agak sepi itu Paidi menyodorkan dua lembar uangnya untuk ditukar rupiah.

“Maaf pak.. kami belum bisa transaksi valas… sampeyan ke BRI pusat aja di jln. A. Yani,” ujar pegawai wanita bank itu.

Tapi tiba-tiba ada pegawai laki-laki yang mungkin managernya memanggil Paidi dengan isyarat tangan seraya berkata,

“Mana pak saya bantu, berapa sih yang mau ditukar ?”, wali Paidi menghampiri petugas itu seranya menyerahkan dua lembar uangnya.

“Seratus real kalau kurs resminya sampeyan dapat 295 ribu, tapi ini saya tukar 270 rb.. mau ?” 

“Kalau begitu sekalian ini biar cukup untuk beli sarung,”.. jawab Paidi sambil menyerahkan dua lembar uangnya lagi.

Setelah mendapat uang rupiah Paidi balik ke warung untuk membayar sarapan dan rokok yang sudah dibawanya, dan balik ketoko sederetan dengan Bank tadi yang ternyata baru buka.

Disana ia membeli sarung warna putih dan baju warna krem, kemudian balik ke warung lagi menanyakan di mana ada ponten untuk mandi dan buang air.

Ternyata untuk keperluan itu Paidi disuruh balik ke masjid, sebelum ke masjid ternyata warung itu juga menjual odol dan sikat gigi, maka lengkap sudah kebutuhannya untuk membersikan diri di hari Jum’at.

Setelah minta ijin pada petugas, Paidi lupa dia ndak bawa sabun dan handuk yang ternyata di kamar mandi itu sudah ada sabun sisa pengunjung sebelumnya juga sampo.

Dan setelah beres buang air serta mandi Jum’at baju serta kaos nya dia pakai sebagai handuk, hingga ia keluar dengan serba baru kecuali kopiahnya yang masih kumel.

Ba’da Jum’atan Paidi naik becak ke terminal untuk segera balik ke Pondok, ia lupa menjariyahkan sisa uangnya ke masjid uang itu tetap dalam amplop bercampur dengan celananya dalam tas keresek yang ditentengnya.

Ternyata bus jurusan Mojokerto atau Jombang tidak ada yang langsung dari terminal ini, terpaksa ia naik ke jurusan Surabaya dulu.

Tidak ada peristiwa penting yang bisa dilaporkan karena dalam bus dia hanya tidur melulu, baik dalam bus ke Surabaya, maupun bus yang ke Jombang.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K

3 Responses

  1. freegayporn.tubeOctober 17, 2024 at 11:26 pm

    … [Trackback]

    […] Find More on to that Topic: zonasatunews.com/religi/serial-wali-paidi-bagian-2-sejarah-wali-paidi-episode-8-menyembuhkan-pemuda-stres/ […]

  2. แผ่นปูทางเดินNovember 27, 2024 at 12:56 pm

    … [Trackback]

    […] Find More here to that Topic: zonasatunews.com/religi/serial-wali-paidi-bagian-2-sejarah-wali-paidi-episode-8-menyembuhkan-pemuda-stres/ […]

  3. sos evakuatorsJanuary 25, 2025 at 5:46 am

    … [Trackback]

    […] There you can find 10984 more Information to that Topic: zonasatunews.com/religi/serial-wali-paidi-bagian-2-sejarah-wali-paidi-episode-8-menyembuhkan-pemuda-stres/ […]

Leave a Reply