c) Batalnya nadzar Abdul Mtuhalib menjadikan Abdullah sebagai kurban sembelihan.
Ketika menggali sumur zam – zam, Abdul Muthalib saat itu baru mempunyai satu anak yaitu Harits. Sebagai kepala suku, dirinya sebenarnya merasa direndahkan oleh protes dari penduduk Mekkah ketika dia melakukan penggalian tersebut. Salah satu sebab mengapa penduduk Mekkah berani protes kepadanya adalah karena dia hanya mempunyai satu anak. Hal itu ditangapi oleh Abdul Muthalib sebagai pertanda bahaya bagi kedudukannya sebagai kepala suku. Oleh karena itu kemudia dia sering berdo’a diKa’bah agar dapat mendapatkan istri lagi dan memperoleh anak lagi. Abdul Muthalib juga mengucapkan nadzar bahwa jika dia diberikan banyak anak, akan mengurbarkan salah satu anaknya untuk Ka’bah. Do’a Abdul Muthalib terkabulkan dan kemudian memperoleh istri dan anak yang cuku banyak laki-laki maupun perempuan.
Ketika anaknya semuanya telah dewasa, Abdul Muthalib teringat nadzarnya. Dia adalah seorang yang selalu menepati janjinya. Lalu dikumpulkan anak-anaknya, dan diceritakanlah riwayat penggalian harta karun, sumur zam – zam dan nadzarnya. Anak-anaknya tidak mempunyai pilihan lain, kecuali menyetujui rencana bapaknya untuk memenuhi nadzarnya. Anak anaknya di bawa ke Ka’bah, kemudian dengan pengundian anak panah, ternyata yang keluar untuk menjadi kurban adalah Abdullah anak yang sangat dicintainya. Abdul Muthalib kemudian membawa pisau besar, digandengnya Abdullah untuk disembelih di halaman Ka’bah. Teriakan istri istrinya tidak dihiraukannya sama sekali.
Namun kemudian kepala bani Makhzum (keponakan Abdul Muthalib), bersama para istridan anak-anaknya menghalangi jalannya Abdul Muthalib yang perbuatan itu kemudian diikuti seluruh keluarga suku Qurays. Mereka keberatan karena, perbuatan menjadikan anak sebagai kurban oleh seorang kepala suku yang sangat dihormati akan dapat ditiruoleh anak cucu mereka. Selain itu, kaum Qurays justru berpikir dengan ditemukannya kembali harta karun dan air zam zam tersebut maka kebutuhan air jema’ah haji dari suku-suku arab dapat terpenehui. Oleh karena itu mereka merasa tidak sepantasnya Abdul Muthalib menanggung penemuan itu dengan menjadikan anaknya sebagai kurban.Mereka kemudian mengusulkan pengganti kurban. Mereka mengusulkan untuk membicarakan hal itu dengan orang Yatsrib yang dikenal bijak yaitu Quthbah yang juga dipanggil Sajjah. Abdul Muthalib akhirnya bersedia menunda pelaksanaan kurban, dan akan pulang ke kampung halaman keluarganya di Yatsrib.
Abdul Munthalib kemudian bersama anak anaknya ke Yatsrib, namun tidak menemukan Sajjah karena sedang pergi ke Khaibar, kemudian menyusul ke kota tersebut dan akhirnya dapat bertemu. Pada pertemuan pertama, belum menghasilkan saran karena Sajjah merasa belum mendapatkan isyarat untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan Abdul Muthalib dengan rombongannya diminta datang pada keesokan harinya. Esoknya,sebelum berangkat Abdul Muthalib berdo’a kepada Allah agar perkaranya dapat diperoleh jalan keluarnya. Pada pertemuan kedua dengan Sajjah, jalan keluar perkara tersebut memperoleh hasilnya yaitu sebagai pengganti atau dhiyat untuk Abdullah sebagai kurban adalah dengan diganti binatang unta dalam kelipatan sepuluh melalui proses undian. Jika tetap keluar nama Abdullah maka harus ditambahkan 10 unta sampai kemudian dihentikan undiannya jika yang keluar adalah sembelihan unta. Ketika di undi,nama Abdullah selalu muncul hingga sepuluh kali, setelah itu baru keluar sembelihan unta. Ketika muncul sembelihan unta, Abdul Muthalib belum puas, masih meneruskan undian hingga muncul nama sembelihan unta sampai tiga kali pengundian. Setelah ituAbdul Muthalib menghentikan pengundian dan merasa bahwa Allah telah meridloi penggantian kurban tersebut. Dengan demikian, pengganti Abdullah sebagai kurban adalah unta sebanyak 100 ekor. Undian yang baru pertama kali terjadi ini menjadi bahan pembicaraan suku suku Arabiya.
Akhir nadzar yang menggembirakan semuanya ini justru menjadikan Abdullah sebagai buah bibir kebaikan bagi para wanita dan orang-orang tua Arabiya. Banyak wanita yang tertarik menjadi istrinya dan banyak orang tua ingin mengambil Abdullah sebagai menantu. Abdul Muthalib sangat menyadari hal ini, oleh karena itu, Abdul Muthalib berinisiatif memilihkan istri untuk Abdullah, dan pilihannya jatuh pada Aminah, putri Wahab mantan pemimpin bani Zuhrah. Namun Wahab telah meninggal beberapa tahun sebelumnya dan kedudukannya digantikan oleh saudaranya yaitu Wuhaib yang juga sebagai pengasuh Aminah. Wuhaib juga mempunyai anak perempuan yang bernama Halah, yang kemudian dilamar oleh Abdul Muthalib untuk diperistrinya. Maka ada dua pasang pengantin yang dirayakan bersama sama yaitu Abdul Muthalib dengan Halah dan Abdullah dengan Aminah. Pernikahan ini terjadi pada tahun 569.
Keturunan Abdul Muthalib adalah sebagai berikut :Dari istrinya yaitu Samra’ binti Jundub bin Juhair …. mempunyai anak Al – Harits.Dari istrinya yaitu Fathimah binti Amr bin Aidz bin Imran bin Makhzum bin Yaqaddhah bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An Nahdr ….. mempunyai anak laki-laki yaitu Abdullah, Abu Thalib, Zubair, dan anak perempuan yaitu Ummu Hakim al –Baidha, Atikah, Umaimah, Arwa, dan Barrah.Dari istrinya yaitu Lubna binti Hajjar bin Abdu Manaf …. mempunya anak Abdul Uzza dikenal dengan julukan Abu Lahab.Dari istrinya yaitu Nutailah binti Janab bin Kualib … mempunyai anak Al – Abbas dan Dhirar.Dari istrinya yaitu Halah binti Wuhaib bin Abdu Manat … mempunyai anak laki laki yaitu Hamzah, Al – Muqawwim, Hajl yang juga dikenal dengan nama Al – Ghaidag (dikenal karena kebaikan, kedermawanan dan hartanya yang banyak) serta anak perempuan yaitu Shafiyyah.
Baca Juga: Agus Mualif: Menjelang Kedatangan Utusan Terakhir (Bagian 2)
Related Posts
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
Quo Vadis Kampus Era Prabowo
Habib Umar Alhamid: Prabowo Berhasil Menyakinkan Dunia untuk Perdamaian Palestina
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Jaxx LibertyNovember 19, 2024 at 3:32 pm
… [Trackback]
[…] Read More to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/agus-mualif-menjelang-kedatangan-utusan-terakhir-tamat/ […]
free camsNovember 25, 2024 at 9:17 pm
… [Trackback]
[…] There you can find 34775 additional Information to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/agus-mualif-menjelang-kedatangan-utusan-terakhir-tamat/ […]
cam tokensDecember 5, 2024 at 10:16 pm
… [Trackback]
[…] Find More Info here to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/agus-mualif-menjelang-kedatangan-utusan-terakhir-tamat/ […]
pgslotJanuary 5, 2025 at 6:54 pm
… [Trackback]
[…] Find More on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/agus-mualif-menjelang-kedatangan-utusan-terakhir-tamat/ […]