Agus Mualif: Menjelang Kedatangan Utusan Terakhir (Bagian 4-Tamat)

Agus Mualif: Menjelang Kedatangan Utusan Terakhir (Bagian 4-Tamat)
Agus Mualif Rohadi

d) Serangan pasukan gajah.

Di Yaman, Abrahah yang menjadi raja di Najran telah meninggal dunia dan kedudukannya sebagai raja digantikan oleh salah satu dari dua anaknya yaitu Yaskum dan Masruk.Anaknya juga menggunakan nama bapaknya yaitu Abrahah sebagai gelar raja. Abrahah muda mempunyai ambisi mengalihkan tradisi haji suku suku Arabiya ke Mekkah, karenahanya dengan cara itu, Abrahah muda dapat menaklukkan suku suku arab yang sangat banyak dan tersebar di jazeerah Arabiya.

Abrahah muda membangun gereja besar di Shan’a, yang sebelumnya tidak ada gereja seperti itu di Yaman. Usai membangun gereja itu, Abrahah muda berkirim surat ke raja Abisinia yaitu Negus Gebre Maskal (Negus Hamba Salib). “ Wahai Raja, aku telah membangun sebuah gereja untukmu. Kemegahannya tidak pernah tertandingi oleh raja manapun sebelummu. Dan aku tak akan pernah berhenti hingga dapat mengalihkan pusat orang-orang arab ke sana “.

Apa yang disampaikan kepada raja Abisinia, juga disampaikan secara terbuka pada rakyat Yaman dan penduduk arab tentang maksud pembangunan gereja tersebut. Abrahah muda ingin menkalukkan Arabiya bukan hanya dari sisi geografisnya saja, tetapi juga ingin menaklukkan agama pagan suku-suku arab maupun peradaban intinya yaitu haji.

Namun tidak ada yang menduga sama sekali, bahwa pengumumannya pada rakyat Yaman dan orang oran arab tersebut, langsung mendapat tanggapan dari seorang arab dari suku Kinanah. Pada suatu malam, seorang diri, membakar gereja yang ternyata karena dorongan angin dengan cepat apinya menjalar pada seluruh bangunan gereja tersebut yang apinya tidak dapat diatasi oleh penduduk. Hanya dalam waktu semalam, gereja besar dan megah tersebut terbakar dan runtuh, sedang si pembakar dapat pulang dengan selamat.

Peristiwa itu membuat Abrahah muda sangat marah dan bersumpah akan pergi ke Mekkah untuk menghancurkan Ka’bah. Pada tahun 570, dengan membawa rombongan pasukan militer yang besar dalam ukuran suku suku Mekkah yang dalam kehidupan kesehariannya tidak mempunyai pasukan militer. Abrahah muda membawa bukan hanya pasukan berkuda namun juga membawa pasukan gajah. Dia sendiri menunggang gajah yang terbesar benama Mahmud.

Sepanjang perjalanan menuju Mekkah, Abrahah muda melakukan pengrusakan dan perampokan terhadap suku suku arab padang pasir. Kepala suku Khats’am, yaitu Nufail dipaksa sebagai penunjuk jalan, karena suku Khats’am bersahabat dengan suku Qurais.Suku Tha’if yang cukup besar juga menyerah tanpa perlawanan dan menyerahkan kebutuhan logistik kepada rombongan pasukan Abrahah. Sampai di Mughamis, pasukan Abrahah muda berhenti mendirikan perkemahan. Untuk menunjukkan kekuatannya, dikirimnya pasukan berkuda yang cukup besar merampok pemukiman pemukiman dipinggiran kota Mekkah. Unta-unta Abdul Muthalib termasuk yang dirampoknya.Perkemahan Abrahah muda masih berjarak tiga hari perjalanan kaki untuk sampai di kota Mekkah.

Abdul Muthalib kemudian mengumpulkan semua kepala bani dan kabilah suku Qurays dan suku suku lainnya yang tinggal di Mekkah. Suku suku arab tidak pernah membuat atau membentuk kekuasaan terstruktur, sehingga di Mekkah pun, tidak ada kekuasaan terstruktur yang mempunyai pasukan yang dapat digerakkan untuk mempertahankan kota maupun untuk berperang. Tidak ada pengalaman perang bagi suku suku arabiya.Yang dimiliki suku suku hanya pengawal kabilah dagang, yang sesekali bertempur dengan kawanan perampok kabilah dagang. Oleh karena itu, Abdul Muthalib harus mengumpulkan semua bani dan kabilah dari semua suku yang ada di Mekkah untuk membicarakan datangnya pasukan gajah Abrahah muda. Mereka kemudian bersepakat untuk mengosongkan kota Mekkah dan mengutus Abdul Muthalib menemui Abrahah muda, memohonkan agar tidak merusak kota. Sedang Ka’bah yang menjadi tujuan Abrahah diserahkan kepada Abdul Muthalib untuk dibicarakan dengan Abrahah meskipun mereka menyadari bahwa Abdul Muthalib tidak bisa mencegah apapun kemauan Abrahah muda terhadap Ka’bah. Mereka hanya bisa berdo’a dan memohon ampun kepada pemilik Ka’bah karena tidak bisa menjaga keamanan Ka’bah.

Setelah itu, semua penduduk Mekkah menyingkir ke perbukitan di sekeliling kota Mekkah dengan membawa harta apa saja yang bisa dibawa dan binatang ternaknya, hendak menyaksikan apa yang akan diperbuat oleh Abrahah dan pasukannnya terhadap kotanya dan Ka’bah.

Saat itu, Abdullah dan rombongan kabilah dagang bani Hasyim baru saja meninggalkan kota Mekkah ke Syam dan Yerusalem. Aminah, istri Abdullah yang sedang hamil ditinggalkan di kota Mekkah. Oleh karena itu, Aminah juga ikut mengungsi ke perbukitan.Abdul Muthalib kemudian pergi menemui Abrahah muda, dan sebelum bertemu Abrahah terlebih dahulu menemui Dzu Nafar, sahabatnya yang ditawan oleh Abrahah. Sahabatnya menyarankan menemui Unais, pemelihara gajah Abrahah. Unais kemudian menyampaikan kepada Abrahah bahwa pemimpin kota Mekkah ingin menemuinya.Abrahah muda menunggu di kemahnya. Tak lama kemudian, Abdul Muthalib yang tua masuk ke tenda Abrahah muda dengan raut muka yang tenang. Abrahah melihat ketenangan orang tua tersebut menjadi terkesan dan kemudian turun dari singgasananya menyongsong kedatangan Abdul Muthalib, dan kemudian mengajaknya duduk di karpet.

Abdul Muthalib memulai pembicaraan bahwa Ka’bah adalah milik Allah dan Allah sendiriyang akan mempertahankannya. Namun juga dicobanya untuk mencegah maksud Abrahah dengan menawarkan sepertiga harta Tihamah (harta bagian Ka’bah dari kegiatanhaji). Namun tawaran Abdul Muthalib di tolaknya dengan mengatakan bahwa Tuhan pemilik Ka’bah tidak akan mampu menghalangi maksudnya. Abdul Muthalib menanggapi bahwa itu urusan Abrahah muda dengan Allah, Abdul Muthalib hanya mohon agar untanya dan unta unta penduduk Mekkah dikembalikan semua, karena unta adalah harta untuk menyambung hidup penduduk Mekkah. Abrahah muda terheran heran dengan permintaan yang sederhana itu, dan menerima permintaan itu. Semua unta dikembalikan oleh Abrahah. Tujuan utama Abdul Muthalib adalah menyelamatkan penduduk Mekkah dari pembantaian dan mengambil kembali unta yang menjadi harta yang paling berharga bagi orang orang arab.

Rombongan Abdul Muthalib kemudian menggiring unta mereka menuju perbukitan dipinggir kota Mekkah. Sedang Abdul Muthalib pulang dengan rasa gelisah karena ketidakmampuannya mempertahankan Ka’bah. Sampai di kota, Abdul Muthalib langsung menuju Ka’bah, kemudian melakukan Thawaf, setelah itu berdo’a sambil menangis memohon ampunan kepada Allah karena ketidak mampuannya mempertahankan bait Allah tersebut. Tiba tiba Abdul Muthalib melihat banyak rombongan burung yang terbang mengelilingi Ka’bah. Tentu Abdul Muthalib tidak mengerti tentang pertanda itu. Namun dia semakin kuat memohon pertolongan Allah agar menolong penduduk Mekkah.Setelah merasa cukup berdo’a, Abdul Muthalib kemudian menuju perbukitan menyusul penduduk Mekkah.

Di Mughamis, Abrahah muda telah mensiagakan dan menata pasukannya untuk segera berangkat ke Mekkah. Di depan sendiri, Abrahah muda menunggangi gajahnya yang paling besar, Mahmud. Nufail, penunjuk jalan ke arah Mekkah telah berdiri disamping Mahmud, sedang disisi lainnya berdiri pengasuh Mahmud yaitu Unais. Di belakangnya berbaris rapi pasukan gajah, pasukan berkuda dan pasukan lainnya. Pasukan Abrahah kemudian berangkat menuju Mekkah. Perjalanan masih tiga hari untuk sampai ke Mekkah.

Ketika pasukan Gajah sudah semakin dekat dengan Mekkah, setelah istirahat sejenak,setelah pasukan disiapkan, segera akan diberangkatkan. Namun Mahmud tidak mau bergerak maju. Unais berusaha memberikan perintahnya baik dengan cara halus maupuncara keras, namun Mahmud tidak mau bergerak, bahkan kemudian duduk. Namun jika diperintahkan berbalik arah, Mahmud segera bangkit dan dengan cepat berjalan. Jika diperintahkan kembali menuju arah Mekkah, Mahmud langsung berhenti. Akhirnya pasukan Abrahah berusaha dengan paksa menarik Mahmud agar mau bergerak ke arah Mekkah. Mahmud malah memberontak sehingga Abrahah dan beberapa orang yang ada dipunggung Mahmud sampai berjatuhan.

Dari kejauhan tiba tiba Nampak awan hitam bergerak ke arah pasukan Abrahah. Melihat ada awan hitam itu, Mahmud lalu berlari menjauh di kejar oleh Unais dan Nufail. Perilaku Mahmud membuat kacau barisan tentara Abrahah muda. Bahkan kemudian banyak pula gajah dan kuda yang mengikuti Mahmud dengan meninggalkan para penunggangnya.Awan hitam yang semakin mendekat akhirnya nampak bahwa itu adalah rombongan burung yang sangat banyak. Ketika sampai diatas pasukan Abrahah muda, burung burungitu menjatuhkan kerikil yang membara. Kerikil itu, ketika mengenai manusia atau binatang akan menimbulkan luka yang luar biasa dan membuat yang tertimpa segera menemui kematiannya. Banyak pasukan Abrahah yang langsung mati tertimpa kerikil membara tersebut, banyak pula yang terluka namun tidak mampu bergerak kemudian menemui kematiannya. Namun ada pula yang selamat. Abrahah sendiri terluka parah dan ditandu menjauh dari daerah tersebut menjauh dari Mekkah. Namun tidak lama dalam perjalanan pulang, Abrahah muda menemui kematiannya. Dalam Al – Qur’an,burung tersebut dinamakan Ababil sedang batu membaranya disebut Sijjil, yang diabadikan dalam Qs. Al – Fil (Gajah) :

Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah.Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka telah sia sia.dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong – bondong.yang melempari mereka denga batu dari tanah liat yang dibakar sehingga mereka dijadikanNya seperti daun daun yang dimakan ulat.

Penduduk Mekkah dari kejauhan menyaksikan bagaimana pasukan gajah Abrahah kocar-kacir dan banyak binatang dan manusia mati bergelimpangan karena diserang oleh burung ababil yang melemparkan batu sijjil. Penduduk Mekkah telah menyaksikan bagaimana Allah mengadzab Abrahah muda dengan pasukannya. Setelah itu, AbdulMuthalib dan penduduk Mekkah kembali ke kota.

Sisa sisa pasukan Abrahah muda ada yang kembali ke Najran, namun banyak yang kehabisan bekal kemudian menetap di tempat tinggal suku suku arab dan menjadi budak orang orang arab, termasuk menjadi budak di Mekkah. Peristiwa serangan burung ababil berimbas di Najran. Kematian Abrahah muda dan banyak tentara Abisinia di dekat Mekkah menimbulkan pemberontakan di Najran menumbangkan kekuasaan Abisinia di Najran Yaman dan negeri sekitarnya. Pemberontakan dipimpin oleh Syaif bin Dzi Yasanal Himyari dari dinasti Himyar. Kaum Kristen Abisinia banyak yang pulang ke Abisinia dan yang tidak mempunyai bekal untuk pulang terpaksa harus menerima menjadi budak.Yaman merdeka kembali setelah sekitar 50 tahun dijajah oleh Abisinia. Sedang kaum Qurais menjadi buah bibir dan semakin disegani oleh suku suku Arabiya lainnya. Terbukti Mekkah dan Ka’bah mempunyai pelindung yang tidak nampak dan Maha Kuasa, dan kaum Qurais semakin dikenal sebagai kaum yang disayangi oleh pemilik Ka’bah. Tahun itu dikenang oleh orang orang Mekkah sebagai Tahun Gajah

Baca Juga: Agus Mualif: Menjelang Kedatangan Utusan Terakhir (Bagian 3)

TAMAT

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K

4 Responses

  1. Jaxx LibertyNovember 19, 2024 at 3:32 pm

    … [Trackback]

    […] Read More to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/agus-mualif-menjelang-kedatangan-utusan-terakhir-tamat/ […]

  2. free camsNovember 25, 2024 at 9:17 pm

    … [Trackback]

    […] There you can find 34775 additional Information to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/agus-mualif-menjelang-kedatangan-utusan-terakhir-tamat/ […]

  3. cam tokensDecember 5, 2024 at 10:16 pm

    … [Trackback]

    […] Find More Info here to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/agus-mualif-menjelang-kedatangan-utusan-terakhir-tamat/ […]

  4. pgslotJanuary 5, 2025 at 6:54 pm

    … [Trackback]

    […] Find More on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/agus-mualif-menjelang-kedatangan-utusan-terakhir-tamat/ […]

Leave a Reply