Oleh: Ridwan Saidi
(Sejarawan, Budayawan, Politisi Senior)
Dari jaman penjajahan Nederlands Indie Zainal Mustafa telah melakukan perlawanan terhadap penjajah. Latar belakang pendidikannya agama Islam. Setelah kembali dari menunaikan ibadah haji di Mekah 1927, KH Zainal Mustafa membuka pesantren di Singaparna, Tasik Malaya. KH Zainal sempat berurusan dengan polisi Belanda akibat aktivitas perlawanannya.
Ketika Jepang masuk 8 Maret 1942 KH Zainal juga menolak membantu Jepang. Puncak kemarahan KH Zainal ketika pemerintah Dai Nippon Taekoku mewajibkan orang Indonesia Sekerei, membungkuk mengarah matahari.
Klimax perlawanannya ketika beliau sedang khutbah Jumat 25/2/1944 di mesjid di pesantrennya Singaparna datang 4 serdadu Jepang menyuruh berhenti khutbah dan KH Zainal diminta ikut menghadap bala tentara Jepang. Jamaah marah, serdadu Jepang diserang dan 3 orang serdadu tewas.
Beberapa hari kemudian dengan kekuatan penuh serdadu Jepang menyerang dan membunuh orang2 di Singaparna. KH Zainal Mustafa dan beberapa tokoh dibawa ke Jakarta, katanya untuk pemeriksaan. Kemudian hari diketahui sebenarnya beliau dan sahabat2nya dieksekusi di Ancol. Pada tahun 1973 kuburan pejuang2 tersebut ditemukan di Ancol (sumber: Kompas).
3,5 tahun penjajahan Jepang di Indonesia membawa rakyat pada penderitaan. Produksi agro dirampas, kerja paksa sampai ke Burma, wanita banyak yang dijadikan Iugun Ianfu, penghibur sex. Maka terjadi perlawanan di Aceh pimpinan Teuku Hamid, Peta di Blitar. Juga pemogokan buruh pelabuhan di Pontianak. Selain perlawanan rakyat Singaparna pimpinan KH Zainal Mustafa.
Pada medio 1945 memang terjadi perubahan sikap Jepang, tetapi pada elit politik Indonesia saja. Kepada rakyat tetap kejam.
Pelajaran sejarah penting diajarkan, bukan sebagai mata pelajaran fakultatif saja. Generasi bangsa Indonesia mesti mempunyai visi sejarah agar tidak memandang ke depan terus, menoleh kiri kanan dan ke belakang perlu agar tidak merancang sesuatu cuma dengan modal semangat. Padahal proyeknya sendiri berpotensi mangkrak.
Gunting pita itu tradisi sejak jaman Jepang. Gunting pita setelah proyek selesai, bukan pas letak batu pertama. RSaidi
EDITOR: REYNA
Related Posts
Api di Ujung Agustus (Seri 33) – Pengkhianat Didalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata
Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 25) – Garuda Hitam Membara
Api di Ujung Agustus (Seri 24) – Kartu As Gema
Api di Ujung Agustus (Seri 23) – Dua Api, Satu Malam
Diyala/baqubah/university/universalNovember 14, 2024 at 8:06 pm
… [Trackback]
[…] Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/cabe-catetan-babe-230-kh-zainal-mustafa-pahlawan-dari-singaparna/ […]
6 carat diamond priceNovember 19, 2024 at 3:16 am
… [Trackback]
[…] Read More to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/cabe-catetan-babe-230-kh-zainal-mustafa-pahlawan-dari-singaparna/ […]
mepay168December 5, 2024 at 6:47 am
… [Trackback]
[…] Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/cabe-catetan-babe-230-kh-zainal-mustafa-pahlawan-dari-singaparna/ […]
Food RecipesDecember 27, 2024 at 5:30 pm
… [Trackback]
[…] Read More on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/cabe-catetan-babe-230-kh-zainal-mustafa-pahlawan-dari-singaparna/ […]
cinemakickJanuary 4, 2025 at 8:21 am
cinemakick