‘Pecah Telor’, Investasi Dana Abadi ITS di Sukuk Wakaf Private Placement Sebesar Rp 50 M

‘Pecah Telor’, Investasi Dana Abadi ITS di Sukuk Wakaf Private Placement Sebesar Rp 50 M
Prof. Dr. Ir. H. Mohammad Nuh, DEA selaku Ketua Badan Pelaksana BWI (Badan Wakaf Indonesai)

ZONASATUNEWS.COM, SURABAYA – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berhasil membuat ‘pecah telor’, karena menjadi perguruan tinggi pertama yang menginvestasikan dana abadi (endowment fund) sebesar 50 miliar di instrumen sukuk wakaf metode private placement. Hal ini ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara ITS dengan Badan Wakaf Indonesia (BWI), Senin (13/6) di Gedung Rektorat ITS.

Penandatanganan tersebut dilakukan oleh Prof. Dr. Ir. H. Mohammad Nuh, DEA selaku Ketua Badan Pelaksana BWI dan Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng selaku Rektor ITS. Setahun sebelumnya, ITS juga telah bekerja sama dengan BWI dalam mengelola Dana Abadi ITS melalui instrumen investasi Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) Seri SWR002. Hasil kerjasama tersebut juga sudah dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan tri dharma perguruan tinggi, yakni disalurkan kepada mauquf ‘alaih berupa program beasiswa dana abadi, ujar Machsus selaku pengelola dana abadi ITS.

Rektor ITS menyampaikan terima kasih dan apresiasi atas pencerahan tentang khazanah perwakafan kepada pihak BWI dan Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Risiko (Dirjen PPR) Kemenkeu RI, karena sebelumnya informasi terkait dengan hal ini memang sangat terbatas. Sebelum kita memang jarang mendengar informasi tentang wakaf, terutama literasi seputar wakaf produktif.

Dimensi Kekinian & Kenantian

“Program-program wakaf ternyata bukan hanya di Indonesia, dan bukan pula hanya berdimensi duniawi, melainkan juga berdimensi ukhrawi,” tutur Ashari, sapaan akrab rektor ITS. InsyaAllah hingga kita nanti meninggal dunia pun, amal jariyahnya akan mengalir terus mengalirkan pahala. Dengan kata lain, wakaf memiliki dimensi kekinian dan dimensi kenantian. Selain itu, ternyata BWI banyak men- create program-program yang memudahkan dalam berwakaf.

Prof Dr Ir Mochamad Ashari M.Eng. Rektor ITS Surabaya

Sumber dana abadi ITS diperoleh dari internal ITS, alumni dan masyarakat. ITS telah mengalokasikan dana tiap tahun untuk menambah akumulasi dana abadi ini sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra) ITS 2021-2025. Satu hal yang sangat substansial adalah bahwa kebijakan pengalokasian dari internal ITS ke dana abadi diniatkan atau diakadkan sebagai wakaf bagi seluruh keluarga besar ITS.

“Semoga melalui terobosan ikhtiar kebijakan ini dapat menjadi amal jariah yang pahalanya tidak putus bagi seluruh dosen, tenaga kependidikan, para mahasiswa dan alumni, serta semua pihak yang turut berkontribusi terhadap ITS,” terang alumnus Teknik Elektro, E-24 ITS.

Dalam sambutannya, Ketua Badan Pelaksana BWI menyampaikan ada tiga (3) kesyukuran di hari penandatanganan PKS ini, yaitu kesyukuran sebagai inisiator, kesyukuran bisa berterima kasih, dan kesyukuran menambah khazanah (perwakafan).

Kesyukuran pertama, ITS sebagai inisiator, karena ini merupakan program perwakafan yang pecah telor di ITS. Beliau mengutip hadist Riwayat Muslim No. 1017, “Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikit pun”.

Tegasnya, konsekwensi ITS sebagai inisiator, insyaAllah akan mendapatkan nilai plus atas inisiator kebaikan yang telah dilakukan, dan akan mendapatkan nilai plus-plus-plus lagi karena kebaikannya itu diikutin oleh orang lain. Namun sebaliknya, barangsiapa yang mentradisikan kejelekan maka ia akan mendapat nilai negatif atas ketidakbaikan yang telah dilakukan, dan akan mendapatkan tambahan nilai negatif lagi, negatif lagi, dan negatif lagi karena ketidakbaikannya itu diikutin oleh orang lain.

“Fenomena Eril”

Alhamdulillah ITS telah memberi contoh ketauladanan kebaikan. Semoga kita semua turut mendapatkan nilai plus-plus-plus, meski mungkin saat kita masih hidup di dunia, atau dalam dimensi kenikian ini, kita tidak tahu. Barangkali kita tahunya suatu saat nanti, ketika telah memasuki dimensi kenanantian, setelah di alam akherat.

Dalam konteks ini, fenomena almarhum Eril, putra dari Ridwan Kamil, yang kondisi jenazahnya tetap utuh meski telah hilang selama 14 hari dapat menjadi pelajaran bagi kita semua atas pentingnya amal kebaikan dalam dimensi kekinian. Sangat boleh jadi, almarhum Eril memiliki amalan kebaikan yang luar biasa, hingga sangat banyak yang mendo’akannya, wallahualam bissawab.

Oleh karena itu, pecahnya telur Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) di perguruan tinggi melalui mekanisme private placement di Kampus ITS ini patut kita syukuri. “It’s First”, atau “ITS First”, ungkap pria yang akrab disapa Pak NUH. Joke istilah “It’s First” ini mungkin dimaksudkan untuk menyebut ITS sebagai perguruan tinggi pertama kali berinvestasi di instrument sukuk wakaf private placement. Semoga perguruan tinggi lainnya dapat segera mengikutinya.

Kesyukuran kedua, ITS bisa berterima kasih kepada negara. Kita tahu tujuan Negara Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Terlepas dari segala kelebihan dana kekurangannya, pemerintah tentu sudah all out untuk mewujudkan tujuan negara Indonesia tersebut. Untuk itu, dibutuhkan anggaran pembangunan dan belanja negara (APBN) dengan dana yang luar biasa besar. Untuk mendapatkan dana besar itu tentu tidak mudah.

Dalan konteks ini, kita tentu patut bersyukur, karena ITS telah turut berkontribusi kepada negara dengan cara menginvestasikan dana abadi ITS di instrument sukuk negara melalui metode private placement. Meski tentu nominal kontribusi ITS tentu masih sangat kecil bila dibandingkan dengan kebutuhan negara. Yang terpenting ITS telah turut berterima kasih kepada bangsa dan negara.

Di samping itu, sejatinya investasi dana abadi ITS di sukuk itu juga bukan sekedar menyerahkan atau menempatkan dana, melainkan ITS juga mendapatkan imbal balik kebaikan atau bagi hasil, berupa disconto dan kupon (tingkat imbalan), yang secara bisnis dapat berjalan dengan baik.

Kesyukuran ketiga, ITS menambah khazanah perwakafan. Semula mungkin kita belum pernah tahu, karena belum ada knowledge tentang perwakafan. Kini kita sudah tahu dan mulai mencoba (experiments) berinvestasi di instrument sukuk wakaf private placement. Setelah fase experiments tentu kita akan mendapatkan pengalaman (experiences), dan pada gilirannya nanti ITS akan punya keahlian (expertise) dalam hal pengelolaan dana abadi, ataupun asset-aset lainnya, khususnya terkait investasi di sukuk negara melalui metode private placement.

Mengakhiri sambutannya Prof. Dr. Ir. H. Mohammad Nuh, DEA selaku Ketua Badan Pelaksana BWI mengucapkan terima kasih kepada pihak ITS atas inisiasi investasinya, dan kepada pihak Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu RI atas fasilitasinya dalam pengembangan skema investasi melalui instrument sukuk wakaf private placement.

Selanjutnya, Ibu Dwi Irianti Hadiningdyah, S.H, M.H, Direktur Pembiayaan Syariah – Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan RI mengungkapkan bahwa kehadirannya ke ITS untuk pertama kalinya selain untuk memenuhi undangan Rektor ITS, Beliau memang merasa berkepentingan untuk hadir ke Kampus ITS yang teduh nan asri, demi membumikan literasi perwakafan di perguruan tinggi, khususnya Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) metode private placement.

Dalam penuturannya, Bu Dwi, yang juga mengaku sebagai orang Jawa Timur asli, mencontohkan bahwa pemerintah untuk pertama kalinya telah melaksanakan penerbitan Sukuk Wakaf (CWLS) dengan cara private placement pada tanggal 10 Maret 2020 dengan nilai nominal sebesar Rp 50,85 miliar. Wakaf sukuk pertama ini diterbitkan pemerintah untuk pembangunan dan pengembangan retina center pada Rumah Sakit Wakaf Achmad Wardi yang berlokasi di Serang, Provinsi Banten.

Penerbitan sukuk wakaf tersebut sebagai salah satu bentuk komitmen pemerintah untuk mendukung pengembangan investasi sosial dan pengembangan wakaf produktif di Indonesia. Melalui sukuk wakaf, pemerintah memfasilitasi para pewakaf uang, baik yang bersifat temporer maupun permanen, agar dapat menempatkan wakaf uangnya pada instrumen investasi yang aman dan produktif.

Sesuai peraturan perundang-undangan di bidang wakaf, BWI dalam kedudukannya sebagai nazhir atau pengelola wakaf telah melakukan penempatan dana wakaf uang dalam SBSN melalui mekanisme private placement. Sukuk Wakaf yang diterbitkan adalah SBSN seri SW001, jangka waktu 5 tahun, tidak dapat diperdagangkan (non-tradable), dan dengan imbal hasil investasi yang berupa diskonto dan kupon.

Diskonto dibayarkan sekali di awal transaksi penerbitan SW001 dan akan digunakan oleh BWI untuk pengembangan aset wakaf baru, yaitu renovasi dan pembelian alat kesehatan guna mendukung pembangunan retina center pada RS Wakaf Achmad Wardi. Sementara itu, kupon dibayarkan setiap bulan dan akan digunakan untuk pelayanan operasi katarak gratis bagi kaum Dhuafa di Rumah Sakit yang sama, dengan target jumlah Dhuafa yang dilayani selama lima tahun sebanyak 2.513 pasien. Selanjutnya, dana sukuk wakaf tersebut akan kembali 100 persen kepada wakif saat SBSN seri SW001 tersebut jatuh tempo pada 10 Maret 2025.

Pada kesempatan terpisah, Machsus selaku Pengelola Dana Abadi ITS, menambahkan pentingnya dana abadi ITS dalam mendukung pembiayaan perguruan tinggi. Oleh karena itu, melalui program dana abadi ini, ITS juga ingin menjadi agen gerakan filantropi.

Machsus, dosen transportasi ITS, juga mengungkapkan data dari Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index yang menobatkan Indonesia sebagai negara terdermawan 2021. Indonesia menempati peringkat pertama dengan skor 69, lebih banyak dari tahun 2018 yang mendapat skor 59. Indonesia, negara terdermawan di dunia berdasarkan survei yang dilakukan oleh organisasi tersebut. Hasilnya, lebih dari 8 dari 10 orang Indonesia tahun ini menyumbangkan uang. Jadi, tingkat sukarelawan negara Indonesia lebih dari tiga (3) kali rata-rata global.

Machsus, dosen transportasi ITS

 

Secara konseptual istilah “Filantropi” dalam bahasa Indonesia berarti “kemurahan hati” dan “kasih sayang” kepada sesama. Dalam konteks pembesaran dana abadi ITS, gerakan filantropi ini diorientasikan untuk mendukung ITS dalam mengembankan tridharma perguruan tinggi, yaitu pembelajaran, penelitian dan inovasi, pengabdian kepada masyarakat. Gerakan filantropi adalah semangat partisipatif dukungan material yang dapat membantu kelompok masyarakat yang membutuhkan. Dana Abadi adalah salah satu saluran terbaik dalam pengelolaan filantropi di perguruan tinggi.

Akhirnya kami berharap semoga penandatanganan PKS antara BWI dengan ITS tentang Pengelolaan Investasi Dana Abadi (Endowment Fund) ITS di Instrumen Sukuk Wakaf Private Placement membawa kemaslahatan bagi kemajuan ITS dan kemaslahan bangsa Indonesia. Dan, semoga semangat filantropi melalui dana abadi ini dapat menjadi gaya hidup (lifestyle) khususnya bagi civitas dan alumni ITS, serta masyarakat pada umumnya.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K

3 Responses

  1. more hereOctober 26, 2024 at 2:09 am

    … [Trackback]

    […] Information on that Topic: zonasatunews.com/nasional/pecah-telor-investasi-dana-abadi-di-sukuk-wakaf-private-placement-sebesar-rp-50-m/ […]

  2. MLM programsNovember 14, 2024 at 12:58 pm

    … [Trackback]

    […] Here you can find 99813 more Info to that Topic: zonasatunews.com/nasional/pecah-telor-investasi-dana-abadi-di-sukuk-wakaf-private-placement-sebesar-rp-50-m/ […]

  3. online chatNovember 19, 2024 at 7:47 am

    … [Trackback]

    […] Find More Information here to that Topic: zonasatunews.com/nasional/pecah-telor-investasi-dana-abadi-di-sukuk-wakaf-private-placement-sebesar-rp-50-m/ […]

Leave a Reply