Isa Ansori: Membaca Migrasi Oligarki

Isa Ansori: Membaca Migrasi Oligarki
Isa Ansori

Oleh: Isa Ansori, Kolumnis

Pertarungan popularitas dan elektabilitas capres 2024 semakin tajam dan semakin mengerucut terbuka. Setidaknya untuk pencapresan sampai saat ini hanya mengerucut pada tiga calon, yaitu Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.

Dua nama terakhir dianggap sebagai calon yang didukung oleh istana dan oligarki sedangkan Anies adalah calon yang selalu diposisikan sebagai musuh oligarki dan tidak disetujui oleh istana.

Sehingga posisi Anies selalu ditempatkan sebagai calon presiden dari kalangan oposisi. Tak heran kemudian Anies menjadi calon presiden yang harus dibully, difitnah dan diserang dengan berita bohong.

Berbagai hujatan dan fitnah banyak ditujukan kepada Anies, misalkan operasi inelejen dengan tajuk deklarasi dukungan kepada Anies yang mengatasnamakan FPI Reborn dan Majelis Sang Presiden.

Sebagai sebuah operasi intelejen tentu saja deklarasi itu harus mencapai targetnya yaitu memposisikan Anies sebagai calon presiden yang didukung Islam garis keras, pembawa tema khilafah dan presiden yang didukung kelompok intoleran.

Agar kesan itu bisa diterima dengan lancar kebenak publik, maka sebelumnya dilakuan framing yang dilakukan oleh PSI melalui Grace, bahwa PSI tak akan dukung presiden yang dikelilingi oleh kelompok intoleran.

Framing berjilid jilid ternyata tak mampu menggerus popularitas dan elektabilitas Anies dari benak publik, bahkan capres yang didukung istana dan oligarki tidak juga beranjak naik popularitas dan elektabilitasnya. Anies pelahan tapi pasti sudah menjadi top mind publik. Anies sudah menjadi idola dan harapan untuk melakukan perubahan ditengah sistim pengelolaan negara yang memuakkan.

Apa yang terjadi pada Anies sebagai simbol harapan dan perubahan Indonesia menjadi lebih baik lagi seperti pengulangan sejarah yang pernah terjadi pada Presiden SBY dan Jokowi. Ketika publik sudah muak dengan praktek bernegara pada zamannya masing maka mereka kemudian menjadi simbol harapan perubahan Indonesia kearah yang lebih baik.

Nampaknya ketegasan sikap Anies dan keberpihakannya kepada rakyat tidak bisa lagi dilawan lagi oleh berita sampah dan framing buzzer suruhan oligarki.

Partai politik dan kelompok oligarki nampaknya juga harus realistik melihat peta dukungan rakyat. Sehingga tak heran kemudian partai Nasdem yang merupakan koalisi pemerintah juga mulai berubah haluan. Melalui rakernas yang dilakukan, Partai Nasdem menghasilkan tiga rekomendasi dukungan kepada Anies Baswedan, Andika Perkasa dan Ganjar Pranowo.

Apa yang dilakukan oleh Nasdem juga seiring dengan apa yang dilakukan oleh Puan dan Jokowi ketika menghadiri event Formula E. Puan pun mengatakan tidak ada masalah dengan Anies Baswedan, bahkan Puan pun juga sempat melakukan swa foto bersama Jokowi, Anies dan Bamsoet.

Nama Aniespun menjadi jaminan untuk perubahan Indonesia dan meresonansi keseluruh rakyat Indonesia.

Dukungan massa dari parpolpun mengalir untuk Anies, berdasar hasil riset Charta Politica bahwa 38.9 % massa PAN mendukung Anies, 63.8 % massa PKS, 33.9 % massa Nasdem dan 30.6 % massa Demokrat.

Belum lagi dukungan massa dari partai partai berbasis Islam dan Nasionalisme lain yang menginginkan perubahan. Bahkan PPP secara kepartaian dari beberapa DPW sudah tegas mendukung Anies untuk direkomendasikan partai sebagai Capres.

Besarnya dukungan terhadap Anies tentu akan memaksa semua partai politik dan oligarki untuk melihat realitas dan berubah haluan berpikir.

Dinamika Ganjar paska Rakernas PDI-P juga tidak sekuat sebelumnya, setelah Megawati tidak akan mentolerir kader yang bermain dua kaki serta penegasan bahwa pencalonan Capres adalah hak prerogarif Ketua Umum. Sehingga praktis aktifitas Ganjar untuk mempengaruhi persepsi publik pun juga mulai menghilang.

Safari beberapa pimpinan Parpol paska partai Nasdem memunculkan tiga nama sebagai hasil rekomendasi juga memantik dugaan dukungan kepada Anies, sehingga nama Aniespun semakin moncer dan menjadi trending topik.

Dinamika Anies dalam perhelatan Pilpres 2024 nampaknya juga membuat para pemilik modal harus berpikir keras dan balik kanan, bahkan akan membuat mereka harus menjadi bagian perubahan yang sedang berjalan ini.

Tanda tanda kearah situ bisa dilihat dari semakin terang terangan orang orang partai yang selama ini menjadi bagian dari oligarki, balik kanan dan pasang badan untuk membela Anies dari fitnahan kelompok buzzer pencari nafkah.

Anies memang jalan tengah untuk menjalankan perubahan Indonesia, Anies adalah jalan tengah mengatasi keterbelahan, Anies bisa menjadi jaminan bahwa Indonesia akan melewati kesulitannya dengan selamat.

Anies jelas mendapat dukungan riil dari masyarakat, sehingga tak ada alasan bagai partai apapun yang mencintai Indonesia, yang berkeinginan Indonesia adil, makmur dan damai untuk tidak mendukung Anies.

Sehingga disinilah rakyat bisa menilai siapa sesungguhnya mencintai Indonesia dan yang seolah olah mencintai.

Dukungan partai koalisi pemerintah, berbalik nya kesadaran orang orang yang selama ini getol memusuhi Anies dengan terang – terangan melawan partainya seperti Tsmara yang keluar dari PSI, Sunny Tanuwijaya pendukung Ahok yang menegaskan akan mendukung Anies adalah sebuah tanda – tanda bahwa akan ada gelombang besar perubahan untuk Indonesia.

Nah sambil kita menyeruput kopi pahit yang ada dihadapan kita, kita bayangkan bahwa masa masa kepahitan Indonesia segera berakhir.

Surabaya, 1 Juli 2022

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K