Perpustakaan
Universitas Baitul Hikmah, benar-benar menjadi pusat Ilmu Pengetahuan dunia saat itu. Menjadi jantung berkembangnya sain, teknologi dan seni, yang tiada tandingnya di wilayah dunia saat itu.
Dia merupakan universitas tempat diselenggarakannya pengajaran, penelitian, penerjemahan, seminar, diskusi ilmiah, percobaan-percobaan ilmiah dalam berbagai bidang seperti kimia, fisika, biologi, kedokteran, astronomi, biologi, sejarah, geografi, bahkan persenjataan militer.
Negara dibawah khalifah Harun Al Rosid yang kemudian diteruskan anaknya Al Makmun, bukan hanya membiayai semua kegiatan ilmiah yang dilakukan Universitas Baitul Hikmah. Namun tepatnya adalah mensponsori revolusi ilmu pengetahuan.
Kegilaan Al Makmun pada Ilmu Pengetahuan memang luar biasa. Disamping pecinta ilmu, dia juga gemar membiayai ilmuwan dalam melakukan aktivitasnya. Salah satu gerakan besar yang dilakukan adalah meningkatkan aktifitas penterjemahan, yang dirintis khalifah Al Mansur Berbagai buku-buku asing berbahasa Yunani, Persi, India, China, an lain-lain, diterjemahkan kedalam bahasa Arab.
Tujuannya untuk memudahkan umat Islam menyerap puncak-puncak ilmu dari berbagai bangsa saat itu. Agar umat Islam dapat belajar dari semua ilmu yang ada saat itu, yang dikuasai oleh berbagai bangsa sebelumnya.
Dengan penerjemahan kedalam bahasa Arab, akan memudahkan umat Islam mempelajarinya, menguasainya, dan mengembangkan lebih jauh lagi.
Beberapa buku dari Yunani karya para ilmuwan besar seperti Plato, Aristoteles, Socrates, Phitagoras, Archimides, Zeno Citium, Thales, dan Anaxagoras, semua diterjemahkan kedalam bahasa Arab.
Ini sekaligus menjadi proyek penyelamatan ilmu pengetahuan warisan Yunani.Tentu saja penterjemahan juga berlangsung terhadap karya-karya dari ilmuwan bangsa lain seperti India, Persia, China, dan Mesir.
Pada periode dinasti Abbasiyah ini perpustakaan memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Hal ini terlihat setelah khalifah al Mansur (754-775) khalifah ke dua dari dinasti Abbasiyah mendirikan biro penerjemahan di Baghdad.
Kemudian pada masa pemerintahan Harun Al Rasyid lembaga ini bernama khizanah al hikmah (khazanah kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian).
Pada perpustakaan ini banyak tersimpan buku-buku berbahasa asing yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Arab seperti dari bahasa Yunani, Parsi, Syiriac dan Sanskrit, dan terdaftar dalam katalog bernama Fibrist karya Ibn Al Nadim dan Kasyif karya Haji khalifah.
Pada tahun 815 al Ma’mun mengembangkan lembaga ini dan merubah namanya dengan bayt-al-Hikmah (Baitul Hikmah). Perpustakaan ini menyerupai Universitas yang bertujuan untuk membantu perkembangan belajar, mendorong penelitian, dan mengurusi terjemahan teks-teks penting.
Koleksi buku Perpustakaan Baghdad berjumlah 400 ribu hingga 500 ribu jilid. Menurut riwayat, khalifah Al Makmun Al Rasyid, telah memperkerjakan cendekiawan-cendekiawan terkenal pada perpustakaan ini diantanya yaitui Al Kindi -filosof-, untuk menerjemahkan karya-karya Aristoteles ke dalam bahasa Arab. Al Kindi sendiri menulis hampir tiga ratus buku tentang masalah-maslah kedokteran, filsafat sampai musik yang disimpan di Bayt Al-hikmah.
Musa Alkhawarizmi, matematikawan ternama dan penemu aljabar juga bekerja di tempat ini dan menulis buku terkenalnya kitab Al-jabr wa’al-muqabilah.
Perpustakaan bayt al-Hikmah adalah perpustakaan pertama terbesar dalam Islam. Pada perpustakaan ini para ulama dan intelektual melakukan berbagai aktifitasnya. Begitu juga mahasiswa-mahasiswa Islam, berdatangan ke perpustakaan tersebut untuk memperluas dan mendalami berbagai jenis ilmu pengetahuan, seperti mendalami Al-Qur’an, kesusasteraan dan filsafat astronomi, tata bahasa, lexicography dan obat-obatan.
Ruang perpustakaan tersebut diperindah dengan karpet sedang seluruh pintu dan koridornya berkorden. Para manager, pegawai, portir (penjaga pintu) dan pekerja kasar lainnya ditunjuk untuk memelihara keberadaan Baitul Hikmah.
Menurut Al-Maqrizi anggaran pemeliharaan mencapai 257 dinar pertahun guna untuk kelengkapan permadani, kertas, gaji pegawai, air, tinta dan pena, perbaikan-perbaikan dan sebagainya.
Kertas, pena dan tinta disediakan cuma-cuma bagi para siswa yang diambilkan dari hasil wakaf dan para dermawan. Ibnu Al Furat (W. 924 M) mengatakan bahwa pada masa-masa terakhir jabatannya ia memikirkan murid-muridnya.
Katanya, “Barangkali mereka tidak mampu mengeluarkan uang sebesar satu sen-pun atau bahkan kurang dari itu untuk membeli tinta dan kertas, maka sudah menjadi kewajiban saya membantu dan menyediakannya”.
Dan untuk ini ia mengeluarkan 20.000 dirham dari dompetnya sendiri. Perpustakaan lain yang tak kalah besarnya pada masa ini adalah perpustakaan di Madrasah Nizamiah yang didirikan pada 1065 M oleh Nizam Al Mulk. Ia adalah seorang Perdana Mentri dalam pemerintahan Saljuq.
Koleksi di perpustakaan ini diperoleh sebagian besar melalui sumbangan, sebagaimana yang disebutkan oleh Ibn Al-Atsir (sejarawan) bahwa Muhib Al-Din ibn Al-Najjar Albaghdadi mewariskan dua koleksi besar pribadinya kepada perpustakaan ini.dan Khalifah Al-Nashir juga menyumbangkan beribu-ribu buku dari koleksi kerajaannya kepada perpustakaan tersebut.
Karyawan dan pustakawan-pustakawan diberi gaji yang besar. Hal ini bukan hanya terjadi di perpustakaan Nizamiah saja. Akan tetapi hampir di seluruh perpustakaan zaman tersebut. Bahkan Al Nadim memaparkan adanya tanda-tanda keirihatian dari para pustakawan –khususnya pustakawan Bayt Al Hikmah, sebab mereka memiliki kedudukan yang tinggi di dalam masyarakat, karena kecendikiawanan mereka.
Diantara pustakawan terkenal Nizamiah adalah Abu Zakariah Tibrizi dan Ya’qub ibn Sulaiman AL-Askari. Pada tahun 1116 M perpustakaan ini mengalami musibah: kebakaran hebat yang menghabiskan seluruh bangunan dan isinya. Di samping Baitul Hikmah, Khalifah Mustansir Billah mendirikan sebuah perpustakaan yang luar biasa di madrasah yaitu perpustakaan al-Mustanriyah yang didirikan pada 1227 M.
Uniknya perpustakaan ini adalah memiliki rumah sakit di dalamnya. Oleh karena itu perpustakan ini berfungsi sebagai madrasah dan rumah sakit.
Pengelana dunia terkenal (Ibn Baththuthah) menjelaskan bahwa Mustanriah dan perpustakaannya, melalui sumbangan-sumbangan sekitar 150 unta dengan muatan buku-buku yang langka disumbangkan ke perpustakaan ini. Perpustakaan ini memiliki koleksi yang cukup besar, dari milik kerajaan saja perpustakaan Mustanriah mendapatkan 80.000 buku
Bila diperhatikan, perpustakaa pada waktu ini bukan hanya berkembang di Bagdad saja melainkan hampir diseluruh kota besar di dunia timur. Kairo misalnya berdiri perpustakaan khalifah dengan jumlah buku yang tersedia sekitar 2.000.000 (dua juta) eksemplar. Selain dari itu ada lagi perpustakaan Darul Hikmah yang juga bertempat di di Kairo.
Perpustakaan ini mempunyai 40 lemari. Dalam setiap lemari memuat sampai 18.000 buku. Selain itu, diperpustakaan ini juga disediakan segala yang diperlukan pengunjung seperti tinta, pena, kertas dan tempat tinta
Perpustakaan ini terbuka untuk umum, bagi mereka yang ingin menghabiskan waktu untuk menelaah buku-buku, juga disediakan penginapan, makan dan bahkan diberi gaji. Untuk melihat bagaimana keadaan perpustakaan di Kairo ini dapat diketahui dari perkataan Filosof besar Ibn Sina yang pernah berkunjung kesana :
”Disana, saya menemukan sejumlah ruangan yang penuh dengan buku, tersusun dalam lemari-lemari yang ditata dalam barisan yang rapi. Satu ruangan dikhususkan bagi buku-buku tentang bahasa dan puisi; ruangan lain untuk bidang hukum; dan seterusnya; kumpulan buku dalam bidang tertentu mempunyai ruangannya sendiri. Lalu saya (Ibnu Sina) meneliti katalog penulis Yunani kuno dan mencari buku yang saya butuhkan. Dalam koleksi perpustakaan ini saya menemukan sejumlah buku yang hanya diketahui oleh sedikit orang saja, dan belum pernah saya lihat dan tak pernah lagi saya lihat sesudahnya”.
Related Posts
Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri
Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global
Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama
Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaisance of Islam (4) - Berita TerbaruJuly 12, 2022 at 11:30 pm
[…] Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaisance of Islam (2) […]
พรมปูพื้นรถยนต์November 1, 2024 at 3:53 pm
… [Trackback]
[…] Info to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/memahami-gagasan-dr-muhammad-najib-renaisance-islam-2/ […]
Sevink MolenDecember 4, 2024 at 11:58 am
… [Trackback]
[…] Information to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/memahami-gagasan-dr-muhammad-najib-renaisance-islam-2/ […]