Oleh: Budi Puryanto, Jurnalis
Rintisan Universitas Modern
Dr Muhammad Najib, Dubes RI untuk Spanyol, menerangkan bahwa Ilmu-ilmu modern yang dikenal saat ini lahir melalui proses panjang. Sain dan teknologi yang berkembang pesat ini, awalnya dimulai dari Baghdad, ibukota Bani Abassiyah, dimana Baitul Hikmah didirikan oleh Khalifah Al Makmun, melanjutkan rintisan ayahnya Khalifah Harun Al Rosyid.
Pada masa itu terjadi gerakan penguasaan ilmu pengetahuan secara besar-besaran.
Baitul Hikmah yang oleh banyak ulama dan tokoh disebutkan telah berjasa karena menjadi tempat menterjemahkan banyak buku berbahasa asing (Yunani, India,China,dll). Namun sejatinya bukan sekedar Lembaga penerjemah buku saja, karena aktifitas penterjemahan buku hanyalah salah satu aktifitas saja.
Penterjemahan itu kemudian diikuti juga oleh aktifitas pembahasan ilmiah, sehingga lahir ilmu-imu baru.
Baitul Hikmah juga menggalakkan riset diberbagai bidang yang luas seperti alchemy (kimia), ekonomi, astronomi, matematika, fisika, biologi, sejarah, sosiologi, geografi, dan sebagainya.
Karena itu, Dr Muhammad Najib mengatakan, Baitul Hikmah lebih cocok disebut sebagai sebuah akademi atau universitas, karena di dalamnya melakukan berbagai aktifitas ilmiah, seperti proses belajar-mengajar, diskusi, penelitian, dan eksperimen.
“Baitul Hikmah itu bisa dikatakan sebagai Rintisan Universitas Modern,” jelas Muhammad Najib.
Yang menarik, menurutnya, Baitul Hikmah tidak hanya mempekerjakan orang Islam tetapi juga Nasranai dan Yahudi, bahkan jika dilihat dari etnisnya lebih luas lagi seperti ilmuwan Bizantium, China, India, dan Persia.
“Kalau dilihat dari sejumlah buku yang ditulis, penemuan yang mempengaruhi kehidupan, dan luasnya pengaruh dari berbagai sumbangan dari sejumlah ilmuwan yang dilahirkan pada era ini, maka tidak berlebihan jika Profesor A Khalili menempatkan ilmuwan-ilmuwan yang dilahirkan pada era ini sejajar dengan Newton, Einstein, dan ilmuwan-ilmuwan Barat yang sering dirujuk sampai saat ini, karena sumbangannya dalam sain dan teknolagi,” kata Muhammad Najib.
Liberalisme
Ilmuwan seperti Ibnu Rusyd, yang oleh orang Barat dikenal sebagai Averroes, disamping menguasai khasanah Islam juga mengerti sain dan teknologi. Di Dunia Barat ia dikenal sebagai seorang filosof dan ilmuwan muslim yang pertama kali mengajarkan semangat ‘pembebasan’ atau liberalisme dalam berpikir. Inti dari ajaran Ibnu Rusyd adalah kebebasan berpikir.
Ibnu Rusyd (Averroes) mengenalkan filsafat rasionalitas yang mendorong kebebasan berfikir dalam melihat dunia. Karena itu, Dunia Islam saat itu terbebas dari berbagai Tahayul, Bid’ah, dan Khurafat. Di Barat pemikirannya mendorong lahirnya Protestan dalam komunitas penganut Nasrani dan liberalisme dalam dunia politik, ekonomi, dan kehidupan sosial secara umum
Sebenarnya gagasan pembebasannya bersumber dari semangat Al Qur’an yang mendorong pada kebebasan berfikir dan berijtihad. Hanya saja, ketika sampai ke Barat yang pada waktu itu masyarakatnya masih jumud, mengakibatkan liberalisme yang berkembang di Barat lepas dari agama.
“Umat Islam harus berpikir merdeka. Allah mendorong semangat kebebasan berpikir,” kata Muhammad Najib.
Di Barat saat itu dikenal sebagai masa kegelapan. Tradisi membaca tidak ada. Rakyat tidak diajari membaca. Yang boleh membaca kitab suci hanya pihak Gereja dan Kerajaan. Buku-buku disimpan di gereja dan kerajaan.
“Pihak Gereja dan Kerajaan saat itu mengangkangi kekuasaan, mengendalikan dan menikmata kekuasaan. Kondisi rakyat miskin dan terbelakang,” ujarnya.
Dalam kondisi demikian, Ibnu Rusyd menawarkan gagasan baru, yaitu kebebasan berpikir. Gagasan itu disambut baik oleh masyarakat Eropa, yang merasa tertindas oleh kekuasaan Gereja dan Kerajaan.
Salah satu tokoh ilmuwan Eropa yang sangat tertarik dengan gagasan Ibnu Rusyd adalah Thomas Aquinas. Ia pergi ke Toledo untuk mempelajari secara khusus dan mendalam gagasan Ibnu Rusyd.
Thomas Aquinas membawa semangat baru kebeasan berpikir itu ke Italia, dan menyebarkannya di kalangan masyarakat Italia dan Eropa.
“Akhirnya lahirlah gerakan kebangkitan atau kelahiran kembali yang dikenal dengan nama Renaisance di Italia, dengan tokoh-tokohnya seperti Michel Angelo, Leonardo Da Vinci, Keppler, Bacon, Issac Newton, dan sebagainya,” ujar Muhammad Najib.
Dibidang agama, semangat kebebasan berpikir itu mengakibatkan munculnya gerakan protes di Jerman, terhadap otoritas Gereja yang saat itu dikuasai Kristen Katolik. Maka munculah Kristen Protestan.
Muhammad Najib menegaskan, ajaran Ibnu Rusyd menganggap perbedaan pendapat itu biasa. Tidak perlu dipersoalkan.
“Yang penting niatnya saja, beda itu tidak apa-apa,” ungkap Najib menirukan pendapat Ibnu Rusyd.
Yang penting dicatat, menurut Najib, hasil Renaisance sangat dahsyat. Barat sangat maju, baik ilmu pengetahuan maupun teknologinya.
Sekitar 200 tahun setelah Renaisance lahirlah Revolusi Industri di Inggris, dan Revolusi Politik di Perancis.
“Barat menjadi hebat setelah belajar dari umat Islam, lewat Ibnu Rusyd,” ungkapnya.
Mengapa justru umat Islam sekarang mundur, padahal dahulunya sangat maju, dan menjadi mercusuar dunia? Ada pelajaran yang perlu diperhatikan.
BACA JUGA:
- Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaisance of Islam (1)
- Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaisance of Islam (2)
Sekulerisme
Dr Muhammad Najib menjelaskan, hal yang serupa sebenarnya juga dialami oleh Ibnu Khaldun yang di Barat dijuluki sebagai Bapak Ilmu Sosial. Bagi Ibnu Khaldun, semua ilmu berasal dari Allah. Jika merujuk pada Al Qur’an, ada ayat-ayat yang masuk kategori Qauliah dan ada yang Qauniah. Ibnu Khaldun kemudian menekuni Ilmu Qauniah yang bersifat non-fisik, seperti ilmu sosial, sejarah, termasuk ekonomi.
Kalau kita menggunakan istilah yang muncul di Barat, maka Ibnu Khaldun disebut telah mengajarkan sekularisasi. Sekularisasi yang berkembang di Barat lepas dari Agama, mirip dengan yang dialami Ibnu Rush.
Ia mengenalkan metodologi riset modern dalam kehidupan sosial, termasuk di dalamnya ilmu sejarah yang paradigmanya terus digunakan Barat sampai sekarang.
“Kalau kita harus meminjam istilah yang digunakan Barat, maka Ibnu Khaldun merupakan ilmuwan yang pertama kali memisahkan ilmu non-agama dari ilmu agama, yang waktu itu telah menimbulkan perdebatan yang luar biasa. Ia kemudian berkonsentrasi pada ilmu sosial non-agama,” ungkap Muhammad Najib.
Dengan kata lain, sambungnya, Ibnu Khaldunlah orang yang pertama kali melakukan sekularisasi dalam ilmu pengetahuan. Belakanga muncul ilmuwan Barat asal Perancis bernama Emile Durkheim yang mengenalkan dikotomi istilah “sakral” dan “profan”, yang substansinya sama.
Ibnu Khaldun meyakini bahwa semua ilmu bersumber dari Allah, hanya saja ada yang sifatnya Qauliyah, yakni tertulis eksplisit di dalam kitab suci Al Qur’an, dan ada yang bersifat Qauniah, yakni berbentuk hukum-hukum alam yang tersebar di darat, laut, udara, antariksa, dan alam semesta secara keseluruhan yang harus digali.
Karena di Barat pada masa kegelapan itu, masalah ilmu pengetahuan itu hanya dikuasai oleh elit, baik elit agama (gereja) maupun elit politik (kerajaan).Sementara rakyatnya tidak boleh mempelajari kitab suci, apalagi ilmu pengetahuan.Sehingga mayoritas rakyatnya bodoh. Itu sebabnya kalau pendeta membacakan kitab suci, rakyatya tidak ada yang mengerti. Nah akhirnya kitab-kitab itu hanya berfungsi sebagai mantra.
“Nah, didalam Islam sejak Nabi Muhammad diajarkan, bukan saja boleh tetapi harus menuntut ilmu. Misalnya ‘tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat kubur’. Artinya apa, bagi orang Islam menuntut ilmu itu bagian dari ibadah. Ini liberalisme Al Quran. Ini kemudian diadopsi oleh msyarakat Sekuler Barat, kemudian kelompok-kelompok Protestan terinspirasi oleh ajaran Ibnu Rush ini. Sehingga kemudian mereka mengembangkan apa yang disebut meritokrasi, egalitarian, liberalisme, termasuk juga Sekularisme,” ungkapnya.
Sekularisme itu semangatnya memisahkan masalah-masalah duniawi dari agama.
“Silakan pendeta-pendeta di gereja berbicara urusan akherat, tetapi urusan dunia kami tidak mau ikut gereja, kira-kira begitu.Karena konsekuensi dari sikap gereja pada waktu itu,” ungkap Muhammad Najib.
Nah, semestinya sikap seperti ini tidak terjadi didunia Islam. Tetapi karena latah, ikut-ikutan, dan inferior complex, dan tidak mengerti historis bagaimana Sekulerisme lahir di Barat, maka muncul tokoh-tokoh sekuler di timur, didunia Islam. Ini karena mereka tidak memahami sejarah dengan baik.
“Oleh karena itu saya sampai saat ini masih mengikuti tesisnya Jamaludin Al Afghani ketika pertama kalinya menginjakkan kakinya di kota Paris, akhir abad kedua puluh. Dia mengatakan, orang Barat itu maju karena meninggalkan agamanya, sementara orang Islam tertinggal karena meninggalkan agamanya,” ungkap Muhammad Najib.
Sementara tokoh lain Muhammad Abduh yang juga murid Jamalludn Al Afghani mempertegas pendapat gurunya, orang Islam terlalu banyak bicara Islam tetapi tidak mempraktekkan. Sementara orang Barat itu tidak bicara Islam tetapi mempraktekkan Islam value.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri
Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global
Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama
Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
ข่าวการศึกษาOctober 27, 2024 at 6:07 pm
… [Trackback]
[…] Read More Info here on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/memahami-gagasan-dr-muhammad-najib-renaisance-islam-3/ […]
how much are my free cam tokensNovember 11, 2024 at 8:51 pm
… [Trackback]
[…] Info on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/memahami-gagasan-dr-muhammad-najib-renaisance-islam-3/ […]
Japanese womenNovember 17, 2024 at 3:09 pm
… [Trackback]
[…] Find More here on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/memahami-gagasan-dr-muhammad-najib-renaisance-islam-3/ […]
jebjeed888December 22, 2024 at 5:37 pm
… [Trackback]
[…] Read More on to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/memahami-gagasan-dr-muhammad-najib-renaisance-islam-3/ […]
live chatDecember 26, 2024 at 11:01 am
… [Trackback]
[…] Read More Information here on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/memahami-gagasan-dr-muhammad-najib-renaisance-islam-3/ […]
chatroomJanuary 5, 2025 at 1:59 pm
… [Trackback]
[…] There you will find 29816 additional Info on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/memahami-gagasan-dr-muhammad-najib-renaisance-islam-3/ […]
เว็บพนันออนไลน์เกาหลีJanuary 21, 2025 at 5:54 pm
… [Trackback]
[…] Find More here to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/memahami-gagasan-dr-muhammad-najib-renaisance-islam-3/ […]