Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-32)

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-32)
Agus Mualif Rohadi

Oleh : Agus Mualif Rohadi

V. Nabi Musa dan Harun, Bani Israel pulang ke Baitul Maqdish.

Rameses II juga tidak ingin bani Israel berkembang menjadi suku yang kuat, yang dikhawatirkan dapat berbuat seperti suku Hyksos, merebut kekuasaan dari bangsa asli Mesir. Bangsa Mesir sangat mengetahui bahwa bani Israel adalah pendukung kekuasan suku Hyksos.Oleh karena itu, dengan kekuasaannya sebagai raja, Rameses II mengerahkan dan menjadikan bani Israel sebagai pekerja paksa dan sebagai budak yang ditindas. Selain dipekerjakan untuk membangun proyek juga dipekerjakan di ladang ladang gandum dan perkebunan.

Meskipun ditindas, jumlah penduduk bani Israel tetap bertambah banyak. Hal itu membuat Ramses II melangkah lebih kejam lagi dengan memerintahkan para bidan bangsa Mesir jika melayani kelahiran bayi Israel, apabila lahir laki laki harus dibunuh dan membiarkan bayi perempuan tetap hidup. Namun perintah itu tidak efektif karena perempuan bani Israel juga dapat melayani kelahiran, disamping kesulitan untuk mengawasi ketaatan bidan Mesir terhadap perintah membunuh. Jumlah penduduk Israel masih tetap dengan cepat berkembang, melampaui perkembangan jumlah bayi bangsa Mesir.

Lembah para raja dinsaty Fir’aun Mesir, di tepi barat sungai Nil, Luxor, Mesir Selatan. Komplex bangunan makampara raja, patung Rameses II, makam Tutankhamun.

Akhirnya Ramses II memerintahkan kepada semua rakyat Mesir untuk melemparkan bayi laki-laki yang lahir dari bani Israel ke sungai Nil (Qs Al – Baqarah 49, Qs Al – Qashash 4, Kitab Keluaran 1 : 15 – 22). Dalam situasi bani Israel yang sangat sulit dan terancam punah akibat generasi lelakinya dalam jangka panjang dapat habis, kemudian Allah akan mengutus seorang rasul dari bani Israel untuk menyelamatkan keturunan nabi Ibrahim. Akan muncul peristiwa besar yang akan selalu menjadi buah tutur seluruh umat manusia, sehingga tidak akan pernah dilupakan sepanjang masa.

2. Kelahiran Musa.

Pada saat berlangsungnya kekejaman Rameses II terhadap bani Israel, seorang bayi laki-laki yang cakap dari keluarga suku Lewi bani israel telah lahir. Kelahiran ini mencemaskan Ibu si bayi, sehingga kemudian disembunyikan. Ketika penyembunyian telah berlangsung selama tiga bulan, suara tangis bayi yang kadang kala keras semakin menambah kecemasan ibunya. Dalam suasana kecemasan itu, si Ibu diberikan ilham oleh Allah untuk melarung bayinya dengan ditaruh di sebuah peti yang dihanyutkan ke sungai nil (Qs Thaha 38 – 39, Qs Al – Qashash 7). Ketika si Ibu melihat bayinya hanyut, hatinya menjadi tidak tahan, hampir saja dia berteriak yang dapat membuka rahasia tentang bayi tersebut namun Allah meneguhkan hatinya sehingga tidak jadi berteriak dan kemudian menyuruh anak perempuannya untuk mengikuti hanyutnya peti tersebut (Qs Al – Qashash 10 – 11).

Dari kejauhan kakak perempuan bayi itu melihat kedatangan rombongan istri Ramses II bersama para pengiringnya untuk mandi sedang sebagian pengiringnya menunggui dan berjalan jalan di tepi sungai.

Ramses II dan istrinya mengerti dengan pasti bahwa bayi ini adalah bayi bani Israel karena bisa dilihat dari fisik bayi tersebut yang berbeda dengan bayi orang Mesir (Kitab Keluaran 2 : 6). Namun karena permintaan istrinya, dan sangat mungkin Allah saat itu melembutkan hatinya, sehingga mungkin Ramses II berfikir bahwa meskipun bayi israel tetapi karena dipelihara di istana, bayi itu tidak akan membahayakannya, kemudian meluluskan permintaan istrinya memelihara bayi Israel tersebut dipelihara istrinya diistana. oleh Asyiah bayi tersebut kemudian diberi nama Musa, yang mempunyai arti “karena aku telah menariknya dari air” (Kitab Keluaran 1 : 10).

Islamaktual.net Lukisan yang menggambarkan persepsi pelukis tentang bayi Musa yang di larung (ditempatkandalam peti kemudian dihanyutkan) di sungai Nil, ditemukan dan di diambil istri Rameses II (Asyiah binti Muzahim), kemudian diambil anak).

Kemudian terlihat peti tersebut bergerak ketepi sungai dan menarik perhatian istri Ramses II yang melihat peti tersebut, yang kemudian meminta para pengiringnya untuk mengambil peti tersebut untuk dibawa keatas. Ketika peti dibuka ternyata berisi bayi yang kemudian menangis.Allah membuat siapa saja yang melihat bayi tersebut akan jatuh hati, sehingga ketika istri RamsesII (yang bernama Asyiah binti Muzahim) melihatnya langsung terpikat ingin memeliharanya. Sampai di Istana, kemudian dia menunjukkan bayi tersebut kepada suaminya dan meminta agar bayi tersebut jangan dibunuh karena bisa jadi penyejuk hati bagi dirinya maupun suaminya dan akan dipeliharanya diistana. Allah membuat si bayi akan dipelihara oleh musuh-Nya dan musuh bayi tersebut (Qs Al – Qashash 8 – 9, Qs Thaha 39, Kitab Keluaran 2 : 4 – 6).

Bayi itu menangis terus. Banyak perempuan yang sedang menyusui dipanggil untuk menyusui bayi tersebut, namun Allah mencegah bayi tersebut untuk mau menyusu kepada perempuan selain ibunya sehingga tangisnya tidak berhenti. Akhirnya kakak perempuan bayi tersebut memberanikan diri untuk menawarkan perempuan kepada Asyiah agar diterima untuk menyusui, yang kemudian Asyiah menyuruhnya memanggil perempuan tersebut. Maka dipanggillah ibunya dan ketika ibunya telah datang, kemudian diberikan bayi tersebut kepadanya ternyata bayi tersebut seketika mau disusui oleh ibunya. Allah telah mengembalikan bayi tersebut kepada ibunya (Qs Al – Qashash 12 – 13, Qs Thaha 40). Asyiah pasti mengerti bahwa si anak perempuan dan si Ibu adalah orang ibrani. Namun Asyiah pasti orang ibrani yang cantik yang karena kecantikannya itu kemudian diperistri Ramses II. Setelah bayi mau disusui, kemudian bayi itu dikembalikan kepada ibunya sampai lepas dari susuan. Ketika si bayi sudah agak besar dan lepas dari susuan, kemudian bayi tersebut dikembalikan ke istana.

3. Musa Ketika dewasa.

Cerita dalam Al – Qur’an maupun Kitab Keluaran tentang Musa, setelah menceritakan kelahirannya langsung melompat ke masa Dewasa. Dalam Taurat dijelaskan bahwa Musa mengetahui jika dirinya adalah bukan orang Mesir dan bukan anak Ramses II dgn Asyiah,  tetapi Musa menyadari bahwa dirinya adalah orang dari keturunan bani Israel (Kitab Keluaran 2 : 11). Oleh karena itu Musa  mempunyai empati terhadap nasib bani Israel yang diperbudak dan di kerahkan dalam kerja paksa membangun proyek proyek Ramses II.

Suatu saat Musa keluar dari istana, akan mengunjungi saudaranya. Dalam Qs Al – Qashash  15 – 17, diceritakan ketika Musa sedang berjalan jalan dimana tidak ada terlihat ada penduduk yang sedang dijalanan, dilihatnya ada dua orang yang berkelahi. Yang seorang adalah dari bani Israel dan lainnya adalah orang Mesir. Ketika orang israel telah terdesak kemudian meminta bantuan Musa. Ketika Musa meninju orang Mesir itu, seketika orang tersebut mati. Musa kaget dan menyesal karena tidak bermaksud untuk membunuhnya. Musa merasa “ ini adalah perbuatan setan, sungguh dia (setan) adalah musuh yang jelas dan menyesatkan “. Kemudian Dia (Musa) berdoa “ Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah mendzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku. Wahai Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, maka aku tidak akan menjadi penolong bagi orang orang yang berdosa“.

Titikdua.net Lukisan persepsi pelukis tentang Musa menolong orang Israel, memukul orang Mesir tidak sengaja membunuh orang Mesir, lalu melarikan diri.

Setelah pembunuhan itu, Musa menjadi ketakutan berada di dalam kota, namun menunggu akibat perbuatannya. Ketika dia kembali keluar istana, berjalan jalan di kota, tiba tiba dijumpainya orang yang kemarin meminta tolong kepadanya berteriak minta tolong lagi kepadanya. Namun Musa mengatakan “ Engkau sungguh orang yang nyata nyata sesat “ (Qs Al – Qashash 18). Namun Musa masih bersedia menolongnya. Ketika Musa hendak memukul lagi, kemudian orang yang mau dipukulnya berkata “ Wahai Musa apakah engkau bermaksud membunuhku, sebagaimana kemarin engkau membunuh seseorang ? Engkau hanya bermaksud menjadi orang yang berbuat sewenang wenang di negeri ini, dan engkau tidak bermaksud menjadi salah seorang dari orang – orang yang mengadakan perdamaian “ (Qs Al – Qashash 19, Kitab Keluaran 14). Dari perkataan tersebut, dapat dianalisa bahwa perkara dirinya membunuh orang Mesir beritanya telah tersebar dan orang tersebut takut kepada Musa bukan hanya karena melihat kekuatan fisik Musa, namun orang tersebut juga menyadari Musa adalah keluarga istana yang dia tidak berani berbuat atau menyakiti. Oleh karena itu dia menyatakan Musa bermaksut berbuat sewenang wenang.

(bersambung ……..)

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K