Oleh: Alfiah Sufiani, SE
(Koordinator Presidium FORHATI Surabaya)
Agustus 2022, yang masih masuk Muharram 1444H, sepertinya akan menjadi bulan yang tidak cerah bagi para perempuan. Karena harga-harga kebutuhan pangan bergerak naik, sementara penghasilan dari suaminya masih dengan angka yang sama dengan sebelumnya.
Pengeluaran akibat anak-anak yang bersekolah secara offline merupakan komponen pengeluaran yang cukup besar juga selain kenaikan biaya listrik, BBM dan sewa rumah bagi sebagian besar rumah tangga. Bisa dibayangkan bagaimana perempuan melakukan pengelolaan keuangan rumah tangganya kan?
Kemiskinan dan perempuan adalah dua sisi dalam satu mata uang. Tidak mudah mengenyampingkan perempuan ketika berdialektika tentang kemiskinan. Program SDG’s yang pertama adalah memerangi kemiskinan.
Penurunan daya beli akibat jumlah uang yang terbatas merupakan bagian dari gejala kemiskinan yang dialami oleh perempuan di rumah tangganya. Kemiskinan sangat dekat dengan perempuan karena perempuan lebih rentan terhadap pemiskinan, khususnya pemiskinan struktural. Seringkali kemiskinan itu berwajah perempuan, karena perempuan paling menderita dalam situasi miskin yang sama bila dibandingkan dengan laki-laki.
Bahkan Bu Mentri PPPA menyatakan bahwa pandemi mendorong lebih banyak perempuan masuk dalam kategori kemiskinan ekstrim. Ini artinya juga memperlebar kesenjangan gender dalam kemiskinan (Tribunnews, Feb 2022)
Kenaikan harga bahan pokok dan harga-harga lainnya adalah sebuah keniscayaan sementara jumlah penghasilan terbatas dengan jumlah yang sudah tertentu serta minimnya inklusi keuangan pada perempuan dalam upaya peningkatan kualitas hidup perempuan adalah sebuah persoalan pelik seperti lingkaran setan. Dibutuhkan goodwill yang cukup kuat dari pemerintah untuk memberikan solusi nyata bagaimana membuat para perempuan ini memiliki kualitas hidup yang lebih layak.
Ada beberapa langkah yang harusnya diambil oleh FORHATI, yaitu:
Pertama, FORHATI bersama-sama dengan Pemerintah berada di sisi hulu pada sisi supply bahan baku pangan dengan meminimalkan layer yang membuat harga semakin tinggi di sisi end user, yaitu sektor rumah tangga. Membuka akses agar dari distributor bisa turun langsung ke para agen dan dari agen langsung ke end user. Pemangkasan jalur distribusi dan penguasaan sisi distribusi adalah solusi tercepat dalam pengendalian harga.
Kedua, Mendorong agar perempuan terlibat aktif dalam rangkaian industri rumahan untuk kemudian dibuat cluster2 industri rumahan. Upaya ini untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dan me mitigasi kemiskinan yang melingkupinya. Dan dengan industri rumahan yang sedang berjalan, maka goodwill berikutnya dari pemerintah adalah meningkatkan inklusi keuangan pada perempuan.
Inklusi keuangan adalah ketersediaan akses pada berbagai lembaga, produk, dan layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kondisi di lapangan yang seringkali terjadi adalah perempuan tidak mudah untuk mengakses layanan keuangan karena banyak perempuan yang masih belum memiliki identitas pribadi. Ketika perempuan tidak memiliki identitas pribadi, maka juga tidak memungkinkan bagi dirinya untuk memiliki aset atas namanya. Sebagian besar perempuan tidak memiliki jaminan yang bankable.
Linier dengan hal kepemilikan aset dan identitas diri, banyak perempuan yang belum memiliki pengetahuan yang memadai tentang layanan keuangan formal dan bagaimana mengoptimalkannya.
Dua sisi seperti mata uang inilah, harusnya yang bisa dijembatani oleh FORHATI
Ketiga, Meningkatkan Produktifitas Sosial Ekonomi Perempuan. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan serta penyadaran kesehatan terhadap tubuhnya sendiri. Bahwa dirinya bukanlah barang yang bisa ditransaksikan oleh sesiapapun. Sedangkan untuk meningkatkan produktifitas keekonomiannya, harus dilakukan penyadaran pentingnya produktifitas keekonomian perempuan, yang dengannya diharapkan dapat membuka peluang pada perempuan terhadap akses sektor publik lainnya.
Pada ketiga simpul inilah sebenarnya FORHATI bisa meletakkan kakinya. Berdiri di sisi perempuan-perempuan yang butuh untuk diberdayakan sekaligus berdiri di sisi pemerintah untuk terus mendorong terciptanya ide-ide kreatif nan solutif untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan.
Meningkatkan kualitas hidup perempuan secara otomatis dapat meningkatkan kualitas hidup rumah tangga dan para anggotanya. Ketika ini tercapai, maka sekaligus mencapai tujuan negeri ini yaitu kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat. Tercapai juga tujuan kita ber HMI.
Ayo para pengurus dan anggota FORHATI, mari kita saling bahu membahu untuk terus membantu meningkatkan kualitas hidup perempuan di negeri ini. Banyak perempuan hebat nan jenius di FORHATI, insyaAllah akan banyak ide-ide solutif lainnya untuk hal ini. Semoga kita semua terus dapat memberikan kebermanfaatan untuk umat dan negeri ini.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri
Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global
Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama
Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
faw99October 20, 2024 at 12:51 pm
… [Trackback]
[…] Read More Information here to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/muharram-1444-h-kenaikan-harga-bahan-pokok-dan-minimnya-inklusi-keuangan-perempuan/ […]