Saatnya Revolusi Mental dan Revolusi Akhlaq Disatukan

Saatnya Revolusi Mental dan Revolusi Akhlaq Disatukan
Isa Ansori

Oleh: Isa Ansori
Kolumnis, saat ini sedang menjahit tenun kebangsaan

 

Setidaknya ada dua jargon penting untuk perubahan perilaku dan peradaban bangsa dimassa pemerintahan sekarang ini, yang pertama diucapkan oleh Presiden Jokowi dengan semangat Revolusi mentalnya dan yang kedua digaungkan oleh Imam Besar Ummat Islam Indonesia Habib Rizieq Syihab. Tidak ada alasan dua jargon penting itu untuk diposisikan secara diametral. Sehingga bagi siapapun yang berkepentingan dengan NKRI menjadi negara yang adil, makmur dan mensejahterakan untuk melakukan langkah – langkah konkrit menyatukan dan mewujudkannya.

Niat baik presiden Jokowi dengan semangat Revolusi mentalnya ternyata tak bergayung sambut baik dilapangan, sehingga banyak menodai semangat Revolusi mental dalam mengelola negara. Sebut saja kasus pelanggaran HAM berat yang diduga dilakukan geng sambo di kepolisian RI terhadap meninggalnya 6 warga sipil di KM 50. Begitu juga dengan kasus pembunuhan terhadap sesama anggota kepolisian Bharada Josua yang diduga dipicu dengan kasus kasus yang sejatinya melanggar norma dan semangat Revolusi Mental. Bahkan pada kasus Sambo juga beredar informasi liar yang belum diklarifikasi oleh pihak kepolisian tentang kaisar Sambo yang menerima aliran dana judi. Yang lebih memprihatinkan institusi kepolisian kini jatuh pada titik nadir kepercayaan masyarakat akibat ulah Sambo dan gengnya didalam institusi kepolisian. Tak tanggung tanggung melibatkan sejumlah besar anggota polisi mulai dari tingkat rendah sampai perwira tinggi dengan pangkat jenderal.

Bahkan setelah Sambo ditetapkan sebagai tersangka bersama orang – orang yang selama ini bersamanya, kepolisian getol melakukan penangkapan terhadap bandar – bandar judi di beberapa daerah. Yang jadi pertanyaan selama ini kemana pihak kepolisian? Sehingga memunculkan dugaan dugaan yang tidak enak kepada institusi kepolisian.

Lebih memprihatinkan lagi juga adalah tertangkapnya oknum kepolisian setingkat kapoksek dibeberapa tempat yang menggunakan narkoba didalam lingkungan kepolisian. Ini seolah menantang presiden Jokowi dan mencorengnya.

Tentu ini menjadi tantangan sekaligus momentum bagi Kapolri untuk segera melakukan bersih – bersih dilingkungan kepolisian agar citra kepolisian menjadi lebih baik lagi dimata masyarakat.

Kasus terbaru tertangkapnya Antonius S Kosasih direktur utama PT Taspen oleh istrinya sendiri ketika sedang berada didalam kamar sebuah hotel bersama selingkuhannya. Bukannya meminta maaf tapi bahkan menyalahkan istri dan memarahinya. Mental dan akhlak seperti apa yang dimiliki oleh orang seperti ini apalagi tentu orang seperti ini adalah orang yang dipercaya oleh Presiden sebagai orang yang mentalnya baik.

Revolusi mental terkesankan gagal karena ulah mereka yang diamanahi oleh Presiden Jokowi. Setidaknya sampai pada titik ini ternyata Presiden Jokowi tak boleh bekerja sendirian dalam memperbaiki akhlak dan mental bangsa.

Semangat presiden Jokowi memperbaiki mental bangsa setidaknya bisa dilengkapi dengan semangat berdakwah yang dilakukan oleh Imam Besar Ummat Islam Indonesia Habib Rizieq Syihab dengan revolusi akhlaq.

Bagi HRS ada problem besar bangsa ini yaitu ketidak jujuran yang menyebabkan bangsa ini menjadi salah kelola.

Bagi HRS ketidak jujuran adalah masalah mendasar, kalau setiap pemegang amanah sudah berlaku tidak jujur, maka apapun akan dilakukan untuk melanggar amanah yang dipegang. Sebagaimana yang tertulis didalam Al Hadist bahwa tidaklah Nabi Muhammad SAW diutus kecuali untuk memperbaiki akhlaq.

HRS ingin menyampaikan pesan kepada semua terutama kepada Presiden Jokowi bahwa dibutuhkan semangat bersinergi untuk menjadikan Indonesia menjadi negara yang adil, makmur dan mensejahterakan. Sinergi antara gerakan Revolusi Mental dan Revolusi Akhlaq.

Sudah saatnya memang ditengah momentum kita merayakan kemerdekaan Indonesia yang ke 77 dengan pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat, kita memulai bergandengan tangan dan menguatkan persatuan, agar NKRI tetap kokoh dan tetap sejalan dengan semangat dengan negeri ini merdeka.

Tak ada yang tak mungkin untuk bisa dilakukan, kalau titik persamaan selalu dikedepankan. Hal yang sama juga tidak akan sulit untuk duduk bersama diantara para elit dan tokoh bangsa, bermusyawarah menjadikan Indonesia menjadi negara yang lebih baik dengan Revolusi Mental dan Revolusi Akhlaq.

Semoga saja suatu saat kita bisa menyaksikan dialog kebangsaan antara Presiden Jokowi bersama jajarannya dengan tokoh tokoh bangsa yang selama ini diposisikan berhadapan seperti Habib Rizieq, Gatot Nurmantyo, Rocky Gerung dan lain lain.

Surabaya, 29 Agustus 2022

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K