Fokus utama pendekatan human security ini didasarkan pada pandangan bahwa dunia saat ini adalah tempat yang tidak aman (insecure), penuh dengan ancaman di berbagai bidang.
Bencana alam, konflik kekerasan, kemiskinan kronis dan terusmenerus, pandemi, terorisme internasional, dan kemerosotan ekonomi dan keuangan, telah menimbulkan beragam kesulitan dan melemahkan prospek untuk pembangunan berkelanjutan, perdamaian dan stabilitas.
Krisis terkait human security ini bersifat kompleks, melibatkan berbagai bentuk ketidakamanan manusia. Ketika ketidakamanan yang beragam tersebut tumpang tindih, maka akan tumbuh secara eksponensial, tumpah ke semua aspek kehidupan masyarakat dan menghancurkan seluruh komunitas dan melintasi batas negara.
Pendekatan human security, meniscayakan sinergi dan jejaring keilmuan dan adonan beragam disiplin, diyakini akan mampu menjawab problem kemanusiaan yang seringkali pemicunya juga melibatkan banyak faktor (multiple factors).
Pendekatan ini memberikan arti penting bagi masyarakat luas, aktivis sosial serta pemangku kepentingan, penyelenggara negara dalam pembangunan yang memusatkan perhatian pada perlindungan manusia, orang per orang, dari beragam bentuk kekerasan, daripada keamanan nasional yang berpusat pada negara.
Selain itu, perhatian sivitas akademik di lingkup PTKI, termasuk di UIN Sunan Kalijaga, terkait urgensi keberadaan indeks sebagai indikator penting untuk mengukur tingkat kesejahteraan dan kebahagian masyarakat, nampaknya masih sangat minim, atau bahkan sebagian mungkin alergi terhadap berbagai bentuk indeks dan statistik.
Sebenarnya, ruang untuk memperdebatkan variabel-variabel yang digunakan untuk menyusun sebuah indeks sangatlah terbuka, terlebih setelah munculnya beragam penelitian yang menyuarakan pentingnya Gross National Happiness (GNH) sebagai standar untuk menilai keberhasilan pembangunan, dibandingkan dengan memakai ukuran Gross National Product (GNP) yang hanya melihat faktor ekonomi semata.
Gross National Happiness (GNH) sendiri bertumpu pada empat pilar, yaitu: (1) good governance (tata kelola pemerintahan yang baik); (2) sustainable socioeconomic development (pembangunan sosial-ekonomi yang berkesinambungan); (3) cultural preservation (ketahanan dan perlindungan budaya); dan (4) environmental conservation (ketahanan dan pemeliharaan lingkungan). Keempat pilar ini sebenarnya bukanlah hal yang tidak popular bagi sivitas akademik di UIN Sunan Kalijaga.
Namun karena terwadahi dalam bentuk indeks, jadi seakan-akan terasa asing. Padahal, melalui keempat pilar ini, terbuka ruang untuk mendialogkan sekaligus menginterpretasikan kembali konsep-konsep dalam ajaran Islam, termasuk merumuskan Maqashid al-Syari’ah sesuai dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan masyarakat.
Selain itu, dengan memperhatikan perkembangan teknologi yang begitu pesat, lima atau sepuluh tahun kedepan, bisa dipastikan bahwa ruang bagi penggunaan indeks atau statisktik untuk kajian keagamaan dan perdamaian akan semakin terbuka.
Akhirnya, prosesi penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa pada kesempatan ini merupakan bentuk apresiasi UIN Sunan Kalijaga atas kontribusi dan konsistensi promovendus dalam upaya pengarusutamaan wacana peace study, human security, gross national happiness, dan global ethic yang dibingkai dalam konteks Maqashid al-Syari’ah al-Mu’asirah, sebagaimana yang dituangkan dalam naskah pidato promovendus yang akan disampaikan pada forum yang mulia ini.
Kami, tim promotor berharap bahwa penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa ini menjadi penyemangat bagi promovendus untuk terus berkarya dan memberikan kontribusi yang nyata bagi pengembangan kajian-kajian untuk mewujudkan perdamaian dan meningkatkan kualitas hidup manusia.
Sekaligus juga memberikan dorongan buat UIN Sunan Kalijaga secara kelembagaan untuk meningkatkan perhatian dan menginisiasi pembukaan program studi yang secara spesifik merespon perkembangan keilmuan terkait kajian-kajian perdamaian (peace studies).
Semoga penganugerahan gelar ini membawa keberkahan buat semua.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri
Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global
Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama
Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
cam girlsNovember 18, 2024 at 10:10 pm
… [Trackback]
[…] Here you can find 12542 additional Information to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/pidato-promotor-pada-penganugerahan-gelar-honoris-causa-dalam-ilmu-sosiologi-perdamaian-kepada-drs-muhammad-habib-chirzin/ […]
jebjeed888December 22, 2024 at 8:37 pm
… [Trackback]
[…] Find More to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/pidato-promotor-pada-penganugerahan-gelar-honoris-causa-dalam-ilmu-sosiologi-perdamaian-kepada-drs-muhammad-habib-chirzin/ […]
free chatDecember 26, 2024 at 8:37 pm
… [Trackback]
[…] Read More here to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/pidato-promotor-pada-penganugerahan-gelar-honoris-causa-dalam-ilmu-sosiologi-perdamaian-kepada-drs-muhammad-habib-chirzin/ […]
ufa168January 5, 2025 at 4:09 pm
… [Trackback]
[…] Read More on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/pidato-promotor-pada-penganugerahan-gelar-honoris-causa-dalam-ilmu-sosiologi-perdamaian-kepada-drs-muhammad-habib-chirzin/ […]